Part:10

28.5K 3.9K 406
                                    

Vote and comment juseyo..
....

Aland membuka pintu kamarnya, ditatapnya Vano dan Vino yang sepertinya sudah selesai mandi. Tanpa menghiraukan tatapan mereka, Aland langsung masuk ke kamar mandi untuk bersiap-siap pergi ke sekolah.

"Ck songong banget" ujar Vano tampak kesal, sedangkan Vino melihat kembarannya itu kemudian menghela nafasnya pelan.

"Sudahlah Van, keadaan lo gimana?"

"Apa perlu kita ke rumah sakit?" Tanya Vino dan dibalas gelengan oleh Vano.

"Nggak usah bang, kita ke markas aja yuk"

"Bolos aja sekolahnya dulu hari ini" ujar Vano dan diangguki oleh Vino.

"Lo duluan aja keluar, gue beresin ini dulu" ucap Vino hendak membereskan tempat tidur Aland, Vano berdehem dan keluar dari kamar Aland.

Dilihatnya Azka sepertinya sedang sibuk memasak di dapur, kemudian senyuman tipis terbit di wajahnya.

"Wahh jadi lo dijadiin babu sama si Aland itu?" Ujar Vano tersenyum smirk, Azka menatap Vano sekilas dan melanjutkan acara masaknya tanpa menghiraukan keberadaan Vano di sana.

"Mau aja lo disuruh-suruh masak gini, dapat apa lo dari dia sampai lo mau-maunya keluar dari mansion dengan dia"

"Dia bukan siapa-siapa juga, mau-maunya lo hidup susah sama dia"

"Dan ternyata malah dijadiin babu di sini haha" lanjut Vano sinis, Azka menghela nafasnya pelan dan menatap Vano tajam.

"Walaupun gue sama bang Aland hidup susah di sini, setidaknya gue bahagia bareng dia"

"Dari pada di mansion yang penuh kemewahan itu, tapi nggak ada kehidupan di sana" sinis Azka sambil mengaduk-aduk nasi goreng buatannya tanpa melirik Vano sedikitpun.

Vano tampak diam mendengar perkataan Azka, dilihatnya setiap pergerakan adeknya itu hingga masakannya masak dan menyusunnya di atas meja.

"Kenapa diam, benar kan ucapan gue" ucap Azka, Vano hanya menatap Azka kemudian mengangkat bahunya acuh, hingga Vino datang bergabung bersama mereka.

"Hmm Azka, kita pamit dulu"

"Tolong bilangin sama bang Aland" ucap Vino melirik Vano yang tampak diam, padahal dia khawatir Vano tadi bakalan gelud sama Azka.

"Gue udah masak banyak karena disuruh bang Aland, kalian makan dulu" ucap Azka tampak cuek. Kalau bukan abangnya itu yang menyuruh, mana mau dia repot-repot masak buat si kembar setan itu, pikir Azka.

"Hmm, baiklah" ucap Vino dan duduk di kursi yang ada di sana, suasana di antara mereka tampak canggung, Vano yang sibuk dengan pikirannya, Vino yang hanya diam memperhatikan kedua adeknya itu, sedangkan Azka tampak cuek dengan mereka berdua.

Sampai akhirnya Aland datang, wajah Azka yang tadi tampak kesal langsung tersenyum senang melihat Aland.

"Selamat pagi abang" sapa Azka tersenyum lebar.

"Pagi dek" ujar Aland ikutan tersenyum dan mengelus rambut Azka, dan itu tidak luput dari perhatian si kembar.

Aland duduk di kursi yang berada di samping Azka, tanpa melirik si kembar sedikitpun.

"Berasa kasat mata gue di sini" batin Vino kesal, sedangkan Vano hanya diam memperhatikan Aland dan Azka.

"Loh abang kenapa pucat, abang sakit?" Tanya Azka yang memperhatikan Aland dari tadi dan melihat abangnya itu tampak berbeda.

"Pucat apanya, gue biasa aja kok" ucap Aland tersenyum dan memakan makanannya, padahal sebenarnya sekarang kepalanya sangat terasa pusing.

"Huff gue nggak ada tidur semalaman" batin Aland berusaha menyembunyikan sakitnya. Kalau Azka tau kalau dia sakit karena begadang kemarin, pasti dia khawatir dan Aland juga pasti akan dimarahi sama kedua temannya itu.

Aland Leon O. (Pre ORDER)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang