Haechan manjat tembok belakang sekolah dengan satu kali lompatan. Dia mendarat mulus di gang kecil di depan warung milik koh Kun.
Haechan ngedarin pandangannya pada warung depannya. Haechan lagi nyari siswa garuda yang di bicarakan koh Kun tadi.
"Kal!"
Haechan noleh kearah koh Kun yang muncul dari pintu warung. "Mana anaknya?"
"Mereka di gang sempit ujung." Tunjuk koh Kun pada ujung jalan setapak yang hanya terdapat jalan buntu.
"Siapa?"
"Jaehyuk sama anak buahnya."
"Udah berani kesini lagi dia?"
"Udah, tadi kakak kelas kamu ada yang di bawa ke gang itu. Kayanya mau di palak, anaknya pake kacamata bulet, kasian kal Tolongin lah. Kalo kokoh masih bisa udah kokoh lawan kal. Makannya kokoh hubungin kamu kal."
Haechan ngangguk-ngangguk doang.
"Kalo bisa jangan sampe berantem kal. Nanti masalahnya makin panjang."
"Tenang aja koh, ekal yang tanggung jawab." Haechan ninggalin koh Kun dan berjalan lurus menuju ujung jalan.
Haechan jalan dengan langkah lebar nya tanpa ragu sedikitpun. Bau asap rokok mulai menyengat begitu jarak ujung gang dengan langkah jaechan mulai dekat. Dia yakin kalo anak Garuda sengaja Dateng kesini buat nyari masalah dengannya.
Tepat di depannya, haechan ngeliat dua anak berseragam SMA Garuda sedang menampar kakak kelasnya yang koh Kun deskripsi kan tadi. Mereka berdua meniup asap rokok ke wajah kakak kelasnya hingga dia terbatuk-batuk.
Haechan tersenyum miring lalu nyandarin Punggungnya ke tembok dengan tangan dilipat di depan dada. Dasinya masih dia ikat di kepalanya.
"Oi, kangen gue pukulin?"
Atensi semua orang tertuju padanya. Kakak kelasnya yang dari tadi di cengkram kerah lehernya oleh dua anak buah jaehyuk sekarang di lepas dan cowok berkacamata bulat tadi langsung terduduk lemas di tanah.
"Kalo gak ada duit minta ke gua aja. Jangan malak, butuh berapa duit Lo? Bilang!"
"Makin songong aja lu!" Jaehyuk duduk di balok kayu dengan sebatang rokok terselip di jarinya.
"Masih idup Lo yuk?"
"Masih, panggil gue jae. gue bukan yuk Lo!" Jaehyuk ngebuang rokoknya lalu menginjaknya, "emang Lo doang yang di kasih umur panjang?"
Jaehyuk maju ngedeket kearah haechan, anak yang pernah ngebuat hidungnya patah dan harus di rawat berminggu-minggu di rumah sakit.
"Kali ini gue yang bakal bikin Lo bobo nyenyak di bangsal rumah sakit, Chan. Tiati."
"Oke, gue bakal hati-hati."
"Dan asal Lo tau, gue udah gak takut sama lo. Jabatan lo sebagai ketua thunders gak bakal ngaruh, dan jabatan daddy lo sebagai orang yang yah lumayan lah, gak bakal ngaruh juga"
Haechan ketawa ringan, "bagus deh Lo gak takut lagi. Ah, mentang-mentang bapak Lo Sekarang udah jadi anggota DPR?"
Jaehyuk narik kerah seragam jaechan dengan satu tangannya, "iya, makannya Lo jangan macem-macem sama gue."
"Tapi, di banding bokap Lo, bokap lebih punya banyak harta, gimana tuh?" Haechan ketawa pelan, membuat wajahnya di hadiahi bogem mentah dari Jaehyuk karena cowok itu udah terlampau emosi.
Haechan mundur beberapa langkah, badannya sedikit kedorong. Dia merasakan panas disekitar pipinya.
"Wow, calm down man! Napsu amat main tonjok aje." Haechan terkikik, dia tersenyum miring dengan satu sudut bibirnya terangkat.