Pagi itu Aliya bangun sedikit telat dari pada sebelumnya, kepala nya benar benar pusing, malas sepertinya untuk bangun hari itu.
Aliya bangun dan menatap betapa berantakan kasurnya itu, bantal yang sudah terjun entah kemana.
"Aihss, aku tidur atau mati sampai tidak sadar kamar ku seperti kapal pecah"
Keluh Aliya lalu ia bangkit menuju ke kamar mandi.
Setelah selesai mandi, Aliya membereskan kamar nya, harus mengganti semua peralatan kasurnya.
"Aku belum masak, siapa yang masak pagi ini"
Aliya pun keluar dari kamar dan menuju ke dapur.
Sampainya di tangga Aliya menatap Jimin dan Sekar yang sedang berada di dapur, terlihat Sekar yang sedang memasak dan Jimin yang berada di belakang Sekar sembari memeluk pinggang Sekar dari belakang.
"Oppa? Kenapa dia bersama Sekar? Dan dia juga tidak ada di kamar tadi, apakah mereka?"
Aliya menutup mulutnya tidak percaya.
"Oppa sayang, cicipin dehh keknya ini ada yang kurang tapi apa"
Ucap Sekar memberikan sesendok kaldu ke Jimin.
"Tidak ada yang kurang sayang, ini enak hanya kurang makan bersama mu saja em"
Jawab Jimin tersenyum lalu mencium pipi Sekar.
Aliya masih menatap kedua pasangan itu, kakinya tidak sanggup ingin melanjutkan langkahnya, ia memilih diam disana.
"Oppa, aku sudah selesai masak nya, bisa tolong ambilkan aku mangkuk di sana"
"Tentu, sebentar"
Tepat Jimin membalikkan tubuhnya, secara bersamaan Aliya yang sudah kembali menaiki tangga menuju kamarnya.
"*Aliya? Apakah dia melihat ku tadi?*" (Batin Jimin masih setia menatap punggung Aliya yang sudah menjauh.
"Oppa? Kau sedang apa? Berikan mangkuk nya, aku membutuhkan nya!"
Ucap Sekar membuat Jimin mengalihkan pandangannya.
"Nee"
Jimin kembali ke Sekar, walaupun pikiran nya masih tertuju pada Aliya.
Setelah menyiapkan semuanya berdua, akhirnya nenek, Aliya, Jimin dan Sekar pun di meja makan untuk sarapan.
Di meja makan belum ada yang memulai pembicaraan, begitupun dengan Aliya, yang hanya diam seakan-akan tidak terjadi apa-apa.
"Gimana Jim? Sudah di coba kan?"
Ucap nenek yang memulai pembicaraan.
"Em, nee sudah nek"
Aliya tidak mengangkat kepalanya, ia hanya mendengarkan pembicaraan itu.
"Jangan berhenti sebelum ada hasilnya ya, nenek yakin kalian sebentar lagi akan mempunyai anak"
Ucap nenek dengan tersenyum.
Setelah selesai makan, Aliya membereskan semuanya, kini ia berada di wastafel dengan beberapa piring kotor.
"Onie, tadi aku baru saja belajar masak makanan oppa, dan apa kau tau dia bilang apa? Dia bilang masakan ku lebih enak dan sangat enak"
Aliya hanya diam, Sekar yang terus mengumbar semua kejadian tadi pagi.
"Onie, aku yakin sebentar lagi posisi mu akan aku gantikan, jadi lebih baik sekarang kau jangan terlalu berharap"
"Aku tidak ingin ribut, pergilah aku bosan dengan semua perkataan mu tadi"
"Baiklah, lagi pula aku tidak perlu repot-repot memberi tahu mu, karna cepat atau lambat itu pasti akan terjadi, bye"
Ucap Sekar lalu pergi meninggalkan Aliya.
Siang harinya.
Jimin memakai jas nya lalu bergegas keluar rumah.
"Oppa kau ingin kemana??"
Triak Sekar.
"Aku harus ke kantor, ada banyak hal yang harus kerjakan"
"Oppa, boleh aku ikut? Aku bosan di rumah"
"Tidak Sekar, kau dirumah saja" Jimin.
"Eum tpi oppa, aku juga mau belanja" Sekar.
"Katakan saja kau ingin apa, aku akan membelikan nya" Jimin.
"Aku mau cemilan yang rada coklat, tapi tidak mau yg berbau wafer, dan aku juga mau dress black yang hanya ada satu di brand Dior kota, belikan ya oppa"
"Nee oppa belikan, kau Aliya? Kau mau apa?"
Tanya Jimin.
"Aku tidak mau apa apa, aku hanya ingin kau pulang dengan selamat, dan kembali seperti yang dulu"
Jawab Aliya menatap mata Jimin, Jimin pun menatap sendu mata Aliya.
"Sudahh oppaa, nnti oppa telatt pergilah"
Ucap Sekar membenarkan dasi Jimin.
"Em nee, aku berangkat"
Jawab Jimin lalu ia mencium kening Sekar, dan beralih pada Aliya, ia menarik tubuh Aliya lalu mengecup pipinya.
Aliya hanya mengalihkan pandangannya.
Jimin hanya menatap mata Aliya, lalu ia langsung pergi keluar rumah.
Next...?
KAMU SEDANG MEMBACA
PELAYAN HIDUP🧸
ContoGadis itu terpaksa menikah karena harus menghidupi paman tidak tau diri nya itu. Jeon Aliya, gadis muda berumur 19 tahun itu terpaksa memutuskan kehilangan masa remaja nya di umur belasan tahun itu dikarenakan harus menikah dengan seorang CEO mud...