Pergi.

29 4 3
                                    

Setelah kejadian kemaren, Aliya sudah berusaha untuk menghubungi Jimin lagi, namun lagi dan lagi semua kontak dan media sosial tentang Jimin tidak ada yang bisa di hubungi.

Brakkk!!!

Aliya terkejut karna pintu rumah yang terbuka, dan terdapat seorang pria yang ada di depan pintu itu.

"Paman?"

"Ya! Ini aku! Kau sengaja tidak mengangkat telepon ku hah!?"

"Tidak begitu paman, aku, aku sedang---"

Plakkkkk!!!

Satu tamparan keras mengenai pipi mulus Aliya, matanya mulai kembali berkaca kaca, tubuh nya yang tidak berisi nutrisi sedikit pun itu mulai bergetar.

"Mentang mentang sudah di akui istri, mulai berani kau mengabaikan ku hah!"

"Anniya paman"

"Ku tunggu kau besok di rumah ku, jika kau tidak datang, ku pastikan kau tidak akan tenang"

Di sisi lain, Jimin yang sudah sangat ingin kembali ke Korea, tapi ibunya belum mengurus semua perlengkapan nya.

"Aliya sedang apa ya, kenapa dia tidak pernah mengangkat telepon dari ku"

Jimin mengambil handphone nya dan kembali mencoba menghubungi Aliya.

"Arghh!!! Dimana kau Aliya!"

Seminggu kemudian.

Jimin yang baru saja sampai di depan rumah langsung membuka pintu mobil dan berlari masuk ke dalam rumah.

"Aliya!! Aliya! Kau dimana!"

"Tuan sudah pulang, kajja istirahat dulu tuan"

"Arghh, awas! Dimana Aliya!"

"Sepertinya nona pergi ke rumah paman nya tuan, sudah dari tadi pagi belum pulang"

Jimin pun yang mendengar itu langsung berlari ke mobil, ia menancap gas nya dan langsung menuju rumah paman Aliya.

Sampainya disana, terdengar keributan dari dalam, cepat cepat Jimin menerobos masuk.

Brakkkk!!!

"Aliya!"

"O-oppa"

Aliya langsung berlari dan dengan sigap Jimin memeluknya.

"Hiks oppa, hiks aku takut di sini hiks hiks"

"Tenang sekarang ada aku disini jangan pernah takut nee"

Tanpa sepengetahuan Jimin dan Aliya, paman Aliya langsung memukul punggung Jimin.

"H-haa"

"Oppaaa!!!"

"Jangan pernah sekali kali kau campuri urusan ku, Park Jimin"

"Hiks oppaa, kau pasti bisa kajja"

"Pergi Aliya! Pergi!"

Aliya menggeleng dan masih setia menangis melihat Jimin yang merasakan sakit.

"Tunggu apa lagi! Pergi Aliya!"

Dengan berat hati Aliya langsung berlari keluar dari rumah itu, sedangkan jimin berusaha bangkit agar bisa membantu Aliya untuk pergi dari sini.

"Heii!! Dasar wanita tidak tau diri! Berhenti kau!!!!"

"Aaaaa!!!"

"Aliyaaa!!!"

Mobil hitam itu pun lantas langsung pergi dari situ, sedangkan Aliya sudah terjatuh, bahkan tubuh nya terpental mengenai batu di ujung jalan.

"Aliya!"

Jimin langsung berlari ke arah Aliya, melihat kondisi nya yang begitu, parah, rada khawatir hingga tangan nya bergetar.

"Aliya, heii bangun, ini aku, Aliya?"

Jimin dan beberapa orang di sana langsung bergegas membawa Aliya ke RS terdekat, sampai di sana ia langsung di IGD.

Sambil merasakan sakit di punggung nya, Jimin benar benar tidak bisa berpaling pikiran dari kondisi Aliya, orang yang selama ini ia rindukan harus merasakan sakit tepat di matanya.

"Permisi, apakah anda saudara dari pasien?"

"Saya suami nya dok, bagaimana kondisi nya?"

"Kondisi pasien cukup parah, bentukan di kepala nya sangat keras, ketika pasien siuman, dan hidup seperti biasanya, pasien akan sering merasakan sakit yang luar biasa"

"Apakah tidak bisa di sembuhkan? Pasti bisa kan? Kumohon berapapun biaya nya, akan ku bayar"

"Kami akan berusaha semaksimal mungkin tuan, saya permisi dulu"

Wajah mulus bersinar itu belum juga menunjukkan tanda-tanda akan sadar, hanya ada luka di bagian kening dan bibirnya.

"Mianhae, mianhae aku datang terlambat, aku baru saja merasakan nya di Amerika, nee aku mencintaimu Park Aliya"

Perlahan Aliya membuka mata nya, dan menatap Jimin yang sudah menciumi tangan nya.

"O-oppa"

"Aliya"

Jimin memeluk Aliya dan mencium pipi nya, rasanya benar benar sangat nyaman jika sudah berada di dekat nya.

"Mianhae aku datang terlambat, aku mencintaimu, sangat sangat mencintai mu"

"A-aku juga mencintai mu oppa, tapi maafkan aku, aku t-tidak bisa membalas cinta mu l-lebih lama, ta-tapi aku tetap akan mencintaimu di sana"

"Apa maksud mu, kau mau kemana? Aliya kau masih istri sah ku, jangan bicara yang aneh aneh"

"B-boleh a-aku minta satu pelukan?"

"Tentu, ini akan selalu jadi milik mu"

Tanpa berfikir panjang, jimin memeluk Aliya, dan Aliya pun menaruh kepala nya di dada bidang Jimin.

"Aku sangat mencintaimu mu oppa, semoga kita bisa bertemu kembali setelah ini"

"Heii kau bicara apa? Haha, kau dan aku pasti akan selalu bertemu, kita akan tinggal berdua di rumah baru, aku sudah membelinya 2 hari sebelum aku kembali ke Korea, kau tidak perlu takut jika kita tidak akan bertemu lagi, aku sudah kembali dengan sehat, dan aku hanya milik mu, kau tau, waktu aku di Amerika di pikiran ku hanya ada diri mu, aku selalu menatap makanan ku, berharap kau datang untuk menyuapi ku, tapi tetap saja itu khayalan"

Di akhir cerita, Jimin tidak mendengar satu kata pun respon dari Aliya, Jimin pun mulai sedikit merenggangkan pelukannya dan melihat Aliya.

Mata cantik Aliya yang sudah terpejam sempurna, tangan nya tidak lagi melingkar di pinggang Jimin.

"Aliya? Aliya bangun, heii tidak usah bercanda, bangun lah jangan membuat ku panik, Aliya?!"

"Aliya kau dengar kan? Aku bilang bangun!"

Jimin memegang tangan Aliya dan menekan nadi nya, tidak salah, nadi itu tidak lagi berdenyut.

"Aliya bangun!! Hiks Aliya tidak lucu ya! Aliya bangun lihat aku di sini jangan bercanda!"

Jimin mengguncang tubuh Aliya, berharap Aliya akan kembali membuka matanya.

"Arghhh bangun Aliya!!"


Lessons to be learned:
"Hargai wanita mu, sebelum Izrail lebih dulu membawa nya pergi jauh dari mu" by : Naysila

See you👋



PELAYAN HIDUP🧸Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang