11

26 5 2
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Suara gemerincing lonceng terdengar begitu pintu sebuah kafe dibuka, menarik perhatian seluruh kalangan yang berada di dalamnya. Semerbak aroma lezat khas kue yang baru saja selesai terpanggang pun menyeruak, berebut untuk menyerobot masuk memenuhi indera penciuman Haruna, seolah merayu si gadis yang baru saja sampai itu untuk segera membeli dan menyantap beberapa cookies dalam sekali suapan.

Haruna mengangguk menghiraukan salam sambutan beserta senyum manis yang ditawarkan seorang pegawai padanya, membalas dengan keramahan yang sama lantas mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Terlihat sedang mencari-cari dimana kiranya spot yang tepat untuk merehatkan diri dari perjalanan sekian kilometer yang menjadi rutinitas hariannya.

Tatkala fokusnya berlabuh pada satu meja yang dirasa cukup nyaman, dengan tergesa Haruna hendak menempati meja tersebut sebelum diserobot oleh pelanggan lain yang baru saja sampai seperti halnya ia.

Seusai mendudukkan diri di meja incaran, Haruna melepaskan tas selempang yang menghiasi bahunya dan meletakkan tas tersebut di atas bantalan empuk yang tersisa dari bangku tempatnya mendudukkan diri.

Sembari menyingsingkan lengan sweater yang ia kenakan, gadis itu pun menilai suasana kafe yang baru saja ia kunjungi untuk pertama kali. Satu kesan yang terlintas di kepalanya ialah cozy. Walaupun bertemakan colorful, tetapi anehnya perpaduan macam warna mencolok yang bukan sama sekali selera Haruna terlihat cocok dan tidak menyakitkan mata.

Tidak sampai di situ, bahkan suhu udara yang diatur sedemikian rupa di dalam kafe sangat kontras dengan keadaan luar ruangan yang panas terik; khas cuaca musim panas. Hal ini tentu saja membuat Haruna merasa betah dan seratus kali lebih betah, didukung oleh keadaan sekitar yang cenderung lenggang alias tidak dipenuhi oleh begitu banyak orang. Sangat cocok untuk tipe introvert seperti gadis raven tersebut yang kerap kali kehilangan tenaga bila dihadapkan dengan keramaian.

Tetapi meskipun sempat merasa nyaman, Haruna sedikit merasa gugup ketika mengingat tujuannya datang kemari. Sudah terhitung sepuluh menit lamanya sejak ia datang, sesekali ia melirik ke arah pintu yang beberapa kali terbuka oleh pelanggan yang lalu lalang.

Sudah berulang kali dia melamun dalam keheningan, sudah sering pula dia menggoyangkan kaki untuk mengalihkan keresahan yang melanda. Bahkan Haruna sudah menghabiskan satu gelas minuman dan berniat memesan kembali untuk kali kedua. Entah kenapa saat ini mendadak tenggorokannya merasa kering dan ingin terus-menerus minum hingga Haruna sendiri tidak sadar kalau gelasnya sudah kosong.

Apakah Haruna merasa kesal lantaran terlalu lama menunggu?

Tidak karena waktu yang dijanjikan belum datang. Perihal penantian Haruna, ini murni lantaran gadis itu yang terlalu excited sehingga membuatnya datang lebih awal dari waktu yang direncanakan. Lagipula manusia normal mana yang tidak merasa antusias ketika seseorang yang sudah lama tidak ia lihat mengajak untuk bertemu dan melepas rindu. Tentu saja Haruna termasuk dalam golongan normal kebanyakan.

Kemudian setelah memutuskan memanggil pelayan untuk meminta pesanan, Haruna pun dikejutkan oleh seseorang yang nampak menghampiri dirinya dari kejauhan. Seseorang itu berjalan sambil memasang senyum manis yang membuat Haruna terpaku hingga menahan nafas.

"Ohisashiburi, Haru-chan." sapa orang tersebut dengan suara lembut penuh kerinduan.

Tanpa membalas sapaan orang itu, Haruna berdiri dari duduknya. Dia menatap sosok yang berdiri di hadapannya dari ujung kepala sampai ujung kaki selama berulang-ulang, memastikan bahwa apa yang ia lihat bukanlah khayalan.

Setelah puas meneliti, akhirnya Haruna pun merespon sapaan sosok tersebut dengan sebuah dekapan erat. Terlihat seakan mencurahkan seluruh rasa rindu yang dia derita, menguras rindunya yang meluap hingga mengering sama sekali setelah penantian panjang bertahun-tahun lamanya.

Missunderstanding [HAIKYUU!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang