13

34 4 1
                                    

.
.
.
.
.
.
.

Sepulangnya dari pertemuan yang dihadiri oleh Haruna, ibunya, serta Ushijima dan ayahnya, Haruna pun memutuskan untuk berjalan-jalan sejenak menikmati udara malam perkotaan. Sengaja ia melambatkan langah kaki sambil menolehkan kepala ke kanan dan kiri, memperhatikan area pertokoan yang masih dipenuhi lalu lalang manusia meskipun waktu mulai beranjak larut.

Meski raganya berada dalam hingar-bingar kota yang tiada habisnya, angan-angan Haruna melanglang buana entah kemana. Di satu waktu otak Haruna akan memikirkan hal random terkait objek yang tertangkap indera visualnya, lalu di waktu selanjutnya dia akan memenuhi pikirannya dengan reka adegan dari masa lalu yang sangat berkesan. Terus begitu sepanjang perjalanan.

Tatkala sedang asyik menyibukkan diri dalam lamunan, Haruna yang berada dalam mode lengah pun secara tak sengaja hampir tergelincir di saat akan menuruni tangga penyeberangan. Untung saja sebelum tubuhnya sempat jatuh dan terguling, seseorang dengan sigap meraih sebelah lengan Haruna. Tetapi meskipun sudah dibantu sepertinya Dewi Kesialan masih betah memberkatinya dengan kesialan lain.

Tepat setelah meraih lengan Haruna, si penolong yang tampaknya juga kehilangan kesesimbangan reflek merangkul perut Haruna dari balik tubuh si gadis, kemudian membanting punggungnya sendiri ke belakang-beserta Haruna yang tertarik menindihnya-agar tidak jatuh menggelinding ke bawah.

Haruna yang merasa shock atas apa yang sudah terjadi pun terdiam seperti orang bodoh sembari menatap ke arah langit. Usai berhasil mengatur detak jantungnya yang sebelum ini berdegup cepat akibat adrenalin yang melonjak, Haruna dengan segera melepaskan rangkulan pada perutnya, berbalik ke belakang guna memastikan keadaan si penolong yang juga bernasib sial seperti halnya Haruna.

Gadis raven itu tertegun sesaat mengetahui siapa gerangan penolong yang sudah membantunya. Di saat bersamaan dia yang rupanya adalah seorang pemuda dengan gaya rambut cepak berwarna pirang pun turut menatap langsung wajah Haruna menggunakan tatapan tajam. Sementara Haruna yang merasa bersalah karena sudah menyebabkan masalah bagi orang lain pun sontak menundukkan kepala sungguh-sungguh diselingi dengan permintaan maaf.

"Ck! Sudahlah. Lain kali pastikan kau tidak membuat masalah pada orang lain," ujar pemuda itu ketus.

Tanpa punya niat berlama-lama duduk di ubin tangga, pemuda itu berdiri sambil menepuk-nepuk belakang celana olahraganya yang ternodai oleh debu. Kemudian masih dengan ekspresi tak ramah pergi begitu saja meninggalkan Haruna yang masih memasang wajah melongo.

'Aku seperti pernah melihat pemuda itu, tapi dimana?' batin Haruna sambil mengingat-ingat.

Kedua matanya masih setia tertuju pada punggung si pemuda yang menjauh. Tetapi karena mungkin otaknya sudah merasa lelah akibat seharian dibuat bekerja, Haruna berakhir tak mengingat apapun mengenai hal yang berhubungan dengan si penolong. Gadis itu menunduk lantas menggelengkan kepala seolah mengusir segala spekulasi yang menyakiti otaknya.

Tanpa sengaja ia melihat sebuah kroket yang sudah digigit pada bagian ujungnya tengah tercecer di lantai. Cepat-cepat Haruna menyadari kalau itu adalah milik pemuda tadi. Mengetahui hal ini, rasa bersalah pun tumbuh semakin besar dalam hati Haruna. Lekas ia cari keberadaan si pemuda yang sudah hampir menghilang di kejauhan

Ketika dia berhasil menangkap siluet pemuda itu, bergegaslah Haruna menghampirinya. Berlari, memacu kecepatan langkahnya hingga batas maksimal demi mengejar penolongnya.

"MATTEEEE!!!" teriaknya begitu jarak diantara mereka sudah mendekati lima meter.

Lantaran tak jua digubris, Haruna pun secara langsung berhenti di depan tubuh si pemuda. Bermaksud menghadang jalan agar dia tidak pergi kemana-mana.

Missunderstanding [HAIKYUU!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang