15

12 3 0
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Haruna menghela napas lelah untuk yang ke-sekian kali, kemudian ia menatap kosong ke arah lapangan gymnasium yang dipenuhi pemuda ber-kaos pendek dan celana khas voli. Dirinya bertingkah seolah tak peduli dengan dunia nyata, memilih untuk bergelut saja dengan pikiran yang beberapa waktu terakhir ini mengganggu ke-sehariannya.

Tepat di sebelah kiri, duduklah seorang Kuhu Vinara yang tengah curi-curi pandang pada Haruna sambil sesekali mengawasi jalannya pertandingan. Sejujurnya sedari tadi Kuhu sudah gatal ingin menginterogasi Haruna yang sedang bertingkah aneh, namun apalah daya karena saat ini dirinya dipinta untuk menjadi pengawas papan skor. Sehingga membuat Kuhu tak bisa seenaknya mengabaikan tugas dan terfokus kepada Haruna yang sengaja memicu radar kepekaan Kuhu.

Begitu tiba saatnya latih tanding antara Karasuno vs Nekoma selesai, cepat-cepat Kuhu menodong Haruna dengan berbagai macam pertanyaan serta dugaan. Sedang Haruna yang pikirannya tampak setengah mengambang, secara otomatis menjawab pertanyaan Kuhu dengan sebaris kalimat yang tak kawan-nya pahami.

"Akhir-akhir ini dia bertingkah aneh," cetus Haruna yang mengundang sebuah tanda tanya besar di benak Kuhu.

"Are... Siapa? Kau tidak sedang bertengkar dengan pacarmu, kan?

"Chotto, memangnya kau suka laki-laki?" cerocos Kuhu menuduh secara beruntun lalu menyanggah perkataannya sendiri dengan polosnya.

Mendengar pertanyaan terakhir Kuhu, sontak Haruna menatap sinis sahabatnya itu, sedikit merasa terhina. Tatapan yang dilayangkan gadis penyandang nama Itsuki tersebut seolah berkata menurutmu? yang otomatis mengundang kekehan tak bersalah dari si gadis surai madu.

Haruna pun memutar kedua bola matanya sebelum menyanggah, "Orang yang ku maksud adalah ayah-ku, baka!"

Kuhu memelototkan matanya seakan tak menyangka hal yang mengganggu pikiran Haruna tak lain dan tak bukan ialah ayah gadis itu sendiri. "Apa dia menyakitimu lagi? Tapi bukannya tempo lalu ketika aku mengantarmu dia terlihat normal-normal saja."

Haruna menggeleng perlahan. "Tidak sama sekali. Akhir-akhir ini dia suka bertingkah aneh."

"Contohnya?"

"Seperti secara rutin mengantar-jemput ku dari luar, entah itu dari sekolah atau yang lain. Berikutnya selalu konstan memasak di rumah, kalau ini sih aku tidak keberatan karena meringankan beban sekali. Kemudian secara random mengajakku sekedar jalan-jalan atau membeli pakaian.

"Aneh, kan?" lanjut Haruna meminta Kuhu untuk menyetujui penjabarannya mengenai keanehan seorang Itsuki Shinji.

Sebuah anggukan setuju pun didapat oleh Haruna dari Kuhu yang sama-sama merasa janggal dengan sikap Ayah Haruna. "Tapi Haru, apa sebelum ini kepalanya terbentur atau melakukan sesuatu hal tak biasa yang menjadi pemicu ini semua?"

Si gadis raven pun berpikir sembari ber-topang dagu. "Sepertinya tidak ada hal khusus. Hanya saja tiba-tiba suatu hari ia meminta maaf padaku atas kesalahannya selama ini."

"Lalu, kau maafkan?"

"Mau bagaimana lagi? Lagipula dia terlihat amat menyesal." Haruna mengedikkan bahunya dengan pasrah.

"Berdasarkan yang kau ceritakan, sepertinya ayahmu hanya ingin berbuat baik karena sudah merasa bersalah akan sikap buruknya," papar Kuhu setelah mencapai suatu kesimpulan.

"Aku kira juga begitu."

"Lantas mengapa kau masih terlihat ragu, Haru?"

Haruna memandang langsung ke arah Kuhu dengan ekspresi sulit. Dia sempat terdiam sejenak sambil menggigit bibir bagian dalam dengan bimbang. Kuhu jelas mengetahui kebingungan sahabatnya. Tapi alih-alih membiarkan masalah ini berlalu, Kuhu malah memilih untuk menunggu Haruna sampai gadis tersebut mengutarakan pikirannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 15 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Missunderstanding [HAIKYUU!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang