𝐗. 𝐊𝐢𝐬𝐚𝐡 𝐒𝐞𝐦𝐩𝐮𝐫𝐧𝐚

856 38 6
                                    

Area Penuh dengan Typo, mohon tandai supaya aku gampang membetulkan nya.

Area Penuh dengan Typo, mohon tandai supaya aku gampang membetulkan nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ 10- KISAH SEMPURNA ]

"Mona! Aku mau eskrim itu!"

Mona kecil mendelik tajam kearah Mora -- kembarannya yang hanya berjarak 12 menit setelah dirinya lahir. Keduanya adalah kembar tidak seiras, bahkan sikap mereka juga terlihat jelas sejak dini bahwa keduanya sangat berbeda.

Moralisa Vanuzuella Prajaksa adalah gadis manis yang ceria dan ramah kepada siapapun. Auranya selalu memancarkan kebahagiaan sehingga membawa dampak positif dan hangat bagi orang-orang yang ada di dekatnya.

Sedangkan Monalisa Vanuzuelly Prajaksa adalah gadis jutek yang ucapannya selalu ceplas-ceplos tanpa memikirkan perasaan sang lawan. Namun, tak terpinggirkan bahwa sikap baiknya melekat pada nya, hanya saja cenderung tidak tahu cara menyampaikan nya.

Kedua anak kecil berumur 6 tahun itu sedang ada di sebuah taman yang ada di komplek perumahan mereka. Dengan berbagai anak-anak seusia mereka juga tengah bermain-main. Tetapi tiba-tiba ada seorang penjual eskrim dan Mora merengek meminta untuk membeli eskrim itu.

Mona menutup bukunya, ia menatap Mora sepenuhnya. "Kamu sudah makan lima kali sehari ini, jika kamu beli lagi pasti kamu malu-maluin aku kalo ingus mu keluar mulu." sinis Mona.

Mora mencebikkan bibirnya dengan tangan yang bersedekap di dada. Ngambek.

"Aku mau eskrim kak!!" tangis Mora seketika pecah.

"Terserah!" ucap Mona dengan tampang galaknya.

Mora mengukir senyum nya lalu berlari untuk membeli eskrim di penjual eskrim itu dengan Yerin. Tentu saja Mona juga sudah memperingati Yerin, tetapi kedua anak itu tidak mendengarkan nya. Jadi yasudah lihat saja apa yang akan mereka lakukan jika ucapannya benar terjadi.

Tiga hari setelahnya.

"Srottt, Monaaaaa!!"

Mona menatap Mora dengan tatapan jijik. "Nggak usah deket-deket, kamu malu-maluin ingusan begitu. Jorok pula!"

Mora malah memeluk sang kakak kembarannya itu dengan tangis yang pecah. "Hiks Maafin aku Monaaaa. Huwaaa!! Aku nakal hiks ga mau dengerin kamu."

Mona tersenyum melihat tingkah Mora dan mengelus puncak kepala anak itu penuh kasih sayang. Mona sangatlah menyayangi adik nya dan sebaliknya pun Mora sangatlah menyayangi kakaknya.

"Iya, kamu bodoh tidak mau mendengarkan ku." sarkas Mona.

Memang beginilah sikap sang kakak, Mora sudah paham. Jadi tidak ada yang namanya tersinggung bagi Mora atas semua ucapan kakaknya yang selalu ceplas-ceplos dan pedas itu.

"Hiks i-iya, maafin Moraaa"

"Dimaafin, sana ke Mami terus minum obat." Mora melepaskan pelukannya dan mengangguk mengikuti ucapan Mona.

"Monaaa!!"

Naya mengacungkan spatula nya kearah Mora "Heh! Kamu ya! Yang sopan, panggil nya kakak." omelan Naya dipagi hari selalu menjadi makanan sehari-hari keluarga kecil ini.

Pasti ada saja tingkah Mora yang membuat Naya mengomel, jika tidak pasti Mona yang akan membuat kegaduhan. Kedua nya selalu saja membuat Naya mengomel tiap pagi.

Kini kedua remaja tanggung itu sudah siap dengan seragam biru-putih mereka yang kini duduk di meja makan menunggu sarapan siap disajikan oleh Naya.

"Kak, nanti kita satu kelas kan?"

Mona tersenyum tipis "Maybe? Tapi semoga aja iya."

Mora mengangguk dengan semangat, "Semoga aku dapat teman yang banyak! Biar bisa pamer kalo aku punya kakak yang keren."

Mona menutupi mulutnya karena tertawa kecil. Astaga, mereka berdua bahkan sudah mulai memasuki bangku biru-putih tetapi sikap Mora tidak ada anggun nya sama sekali seperti yang telah di ajarkan nenek mereka.

Kini Mona sudah mulai mengontrol ucapan pedas dan asal ceplos nya. Meski terkadang juga kebablasan. Sedangkan Mora akn menjadi gadis sedikit pendiam jika di luaran sana. Tapi perlu di garis bawahi, Sedikit.

Dengan gaya anggun nya Mona mengelus puncak kepala Mora penuh sayang. Sampai kapanpun rasa sayang Mona untuk Mora tidak akan pernah sirna.

"Kak, nanti SMA nya kita harus bareng juga ya! Pokoknya bareng-bareng terus." celetuk Mora.

Mona tersenyum tipis "Of Course, why not? Hahaha."

"Promise?" Mora mengangkat jari kelingking nya kehadapan Mona.

"I'm promise."

"Kak, lo beneran mau pergi?" raut sedih di wajah Mora tak lagi terelakkan. Apalagi menyangkut tentang keberangkatan sang kakak ke Rusia.

Mona tersenyum menenangkan, tangan nya terulur untuk mengusap puncak kepala Mora. "Lo tau kan tekat gue buat bisa move on dari mantan tunangan gue."

Mora menunduk dan meremas jemarinya, "Kenapa kak? Lo masih bisa kan disini. Ga harus pergi ke sana, gue seneng Lo berniat buat move on dari Zean. Gue ga mau Lo pergi kak." ucap Mora mengeluarkan isi hatinya.

Mona memeluk Mora, "Lo tenang aja. Kita punya waktu Sebulan sebelum gue berangkat ke Rusia."

"Tapi kita baru tiga bulan menetap di kelas 1 SMA, masa harus berpisah?" Mona hanya tersenyum tipis menanggapi ucapan Mora.

Mora menghembuskan napasnya berat, "Ayo lakuin hal spesial Kak!" ujar Mora dengan raut antusias.

Keduanya mulai melakukan segala hal yang akan menjadi kenangan di kemudian hari. Canda tawa terlihat melengkapi kebahagiaan keduanya. Bahkan orang yang melihatnya pun ikut merasa kehangatan keduanya. Sungguh, persaudaraan yang sempurna.

🥀 To Be Continued 🥀

Akhirnya kelar juga, jadi sampai sini kalian paham kan? Kalo Mona sama Mora itu kembar bukan satu orang. Sekian 😸.

Btw ini baru setengah nya aja, nanti kapan-kapan ku kupas lagi masa lalu nya Mona. Semoga paham ya, masih sedikit membingungkan soalnya.😫🙏🏻

Tertulis, Rab 24 Mei 23

The Revenge Of RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang