[ 4- FOUND YOU ]
“Lagi buat apa tuh Mih?” Mona mencium sekilas pipi sang Mamih dan berjalan ke arah kulkas.
Wanita paruh baya yang bernama Kanaya Vanuzeila Prajaksa itu menoleh kearah sang anak beberapa detik. Lalu kembali ke aktivitas memasak nya.
“Rendang.” jawab singkat sang Mamih.
Mona mengangguk-angguk kan kepalanya pelan. Ia mengambil tiga batang coklat dan dua cup eskrim, tak lupa juga sekotak susu strawberry. Ia membawanya ke meja makan dan mendudukkan dirinya di kursi. Ia mulai memakan eskrim tersebut tanpa melepaskan ponsel dari tangan nya.
“Mih, keluarga Rajendra salah satu kolega nya Papih ya?” tanya Mona dengan pandangan yang tetap fokus ke ponsel.
Naya meletakkan piring-piring di meja makan lalu tampak berpikir sejenak sebelum menjawabnya. “Mamih kurang tau sih, tapi kayaknya emang iya,” Mona hanya ber-oh-ria saja.
“Kenapa? Tumben banget kamu nanyain begituan?” sang Mamih bertanya balik.
Mona tersenyum tipis, “Kayaknya cucu nya Rajendra yang paling sulung ada sangkut-pautnya sama dia deh Mih.” ucap Mona pelan, sorot matanya menyendu untuk beberapa detik.
Naya menghampiri sang anak lalu mengelus pundaknya dengan lembut penuh kasih sayang. Mencoba menenangkan sang anak. “Udah. Jangan kebanyakan makan manis. Kamu mau jadi gemuk emangnya?”
Mona menggeleng pelan lalu menaruh kembali dua coklat dan satu cup eskrim yang belum dimakannya. Ia lalu meminum air putih sekali tegukan.
“Aku ke kamar Mih.”
Naya menoleh kearah Mona yang sudah mulai keluar dari ruangan dapur dan meja makan. “Tapi sebentar lagi makan malam Mon!!” teriak Naya agar didengar oleh sang empunya nama.
“Mona gak makan!!” balas Mona dengan teriak juga.
Mona membuka pintu kamarnya setelah sampai di lantai dua. Ia berjalan ke meja belajar dan mendudukkan dirinya, diraihnya sebuah kotak kado berwarna hitam dengan pita berwarna emas. Di dalam kotak tersebut ada sebuah liontin berbentuk bulan, sebuah bingkai foto dua gadis cantik yang menggunakan kebaya, serta ada buku diary milik seseorang.
Ia mengambil bingkai foto itu. Terlihat di foto itu satu orang gadis berambut Curly dark brown yang tak lain adalah Mona dan satu orang gadis lagi berambut lurus hitam legam. Keduanya mengenakan kebaya emas dengan rok batik dan tiara di atas kepala keduanya.
Air mata Mona menetes begitu saja, ia meremat bingkai foto itu dengan Isak tangis yang semakin mengencang. Seharusnya saat itu Mona tidak pergi dari sini. Seharusnya waktu itu Mona mengetahuinya. Seharusnya, ya seharusnya takdir tak sekejam ini padanya.
Tangis Mona semakin mengencang, ia mengambil botol kecil yang berisi pil-pil penenang. Ia mengambil satu butir pil dan meminumnya. Ia beranjak dari duduknya dan merebahkan diri nya di atas ranjang. Mona memejamkan matanya dengan pikiran yang berkecamuk.
⏳
“Mona?”Sang empunya nama mengalihkan perhatiannya dari ponsel lantas menarik bibirnya ketika melihat seorang laki-laki berkaos hitam dan bercelana jeans hitam panjang.
“Saga!” ucapnya setengah memekik, terlihat begitu antusias.
Saga menarik kursi tepat di hadapan Mona lalu menduduki nya. Ia tersenyum tipis ketika wajah Mona terlihat sangat cantik. Dengan rambut berwarna dark brown yang di kuncir kuda dan beberapa helai anak rambut yang tak ikut terbawa menambah kesan manis.
Laki-laki itu memesan satu kopi cappucino dan setelahnya menatap Mona yang sedari tadi tak melepaskan pandangan darinya.
“Kenapa?”
Mona tersenyum anggun “Lo sering ke kafe ini?” ia bertanya balik.
“Gak juga.”
“Oh,” Keduanya diam dengan manik mata yang sedari tadi saling bertubrukan. “Lo... Kayak gak asing.” Gumam Mona yang tentu saja Saga mendengarnya.
Sontak hal itu membuat Saga tegang untuk beberapa detik hingga akhirnya dia mengendalikan diri seperti semula. Hal itu tak luput dari penglihatan Mona.
“Mirip K-Pop yang jadi bias gue.” lanjut Mona lalu memakan tiramisu cake nya karena sang pelayan sudah menyajikan. Selanjutnya diantara mereka hening, tidak ada percakapan apapun. Diam-diam Mona menyunggingkan senyum miring.
‘i found you.’
Mona mengelap bibirnya dengan tisu untuk membersihkan sisa makanan yang ada dibibir. Ia kemudian menatap Saga yang terlihat melamun. Mona tersenyum anggun lalu melambaikan tangan nya dihadapan Saga. Saga mengerjap lalu menatap gadis cantik dihadapan nya.
“Gue pulang duluan ya.” pamit Mona lalu melangkah kan kakinya berlalu keluar kafe. Namun langkahnya terhenti ketika hendak membuka pintu kafe karena di cekal oleh Saga.
“Gue antar pulang?” tawarnya.
Mona tersenyum dengan gaya anggun nya, “Gue udah di jemput tuh.” ujarnya sembari menunjuk halaman depan kafe dengan dagunya.
Saga mengangguk lalu tersenyum, “Hati-hati.” ucapnya dengan tangan yang mengusak-usak puncak rambutnya. Mona membeku sesaat, pipinya memerah seketika.
Mona mendengus lalu menepis tangan Saga, ia berlalu melanjutkan langkahnya dan memasuki mobil mewah berwarna hitam itu. Sedangkan Saga terkekeh pelan melihat tingkah gadis bergaun Lilac tersebut.
Di dalam mobil, Mona mengusap kepalanya kasar seakan-akan ada kuman yang menempel. Wajahnya memperlihatkan bahwa ia kesal. Sorot matanya menyiratkan kebencian yang amat dalam. Ia meremas sisi gaun Lilac selutut nya.
Ini diluar kendali dan diluar bayangan Mona. Ia harus cepat-cepat menyelesaikan permainan ini semua. Ia takut, sangat takut jika dirinya malah terjebak di permainan nya sendiri. Jika itu terjadi, Mona tak dapat membayangkan betapa kecewanya dia kepadanya.
“Argggh!!” Mona mengacak-acak rambutnya dengan kesal.
Mona keluar dari mobil dan menutup pintu mobil dengan kencang. Ia masuk kedalam rumah dan langsung berlari menubruk sang Mamih. Ia mendusel-dusel di bahu sang Mamih. Air mata nya keluar dari pelupuk mata yang sedari tadi menyorotkan tatapan kebencian.
“Lhoo? Kenapa sih? Kok nangis?” tanya Naya sembari mengusap punggung Mona dengan lembut. Namun Mona tak menjawab dan hanya menangis sesenggukan.
“Kenapa sih?” Naya bertanya lagi ketika melihat putri nya terlihat sudah mulai tenang.
“Takut, Mona ga mau terjebak.” jawab Mona lirih, ia memejamkan matanya merasa sangat lelah.
“Kuat, kamu kuat sayang.”
Mona mendongak menatap sang Mamih dengan tatapan seperti anak kecil “Mona kuat? Kalo Mona lemah gimana Mih?” Naya tersenyum miris dengan tangan yang membenarkan rambut Mona yang berantakan.
“Mamih akan selalu membuat kamu menjadi anak kuat, sayang.” lirih Naya sembari mencium puncak kepala Mona.
Tentu, Naya tidak akan membiarkan anak sulung nya hancur seperti saat itu.
🥀To Be Continued 🥀
Cerita nya tuh aku mau buat misteri gitu, tapi malah aneh. Kayak bukan misteri, jadi ya udah aku ikutin alurnya aja dulu deh. Terimakasih banyak ya yang udah sempetin diri buat vote cerita gak jelas ku ini. Aku seneng banget lhoo! Jadi makin semangat lanjutin ide gila ku ini.
Btw pren, aku tuh lagi pulkam lhoo, seneng banget setelah 4thn ga pulkam akhirnya pulkam juga. Disini sinyal nya susah banget kalo ga di sawah, aku bela-belain ke sawah demi update. Apa sih, percuma juga aku ngoceh. Orang ga ada yang baca juga, wkwkwk.
Tertulis, Kam 4 Mei 23
KAMU SEDANG MEMBACA
The Revenge Of Rose
Novela JuvenilSetelah dua tahun dia menetap di Rusia, kini dia telah kembali. Antagonis yang digadang-gadang meninggalkan negara ibu nya karena ingin melupakan seseorang yang pernah singgah di hati terdalam nya. Kemunculan dia menghebohkan seisi Selenophile High...