𝐗𝐈𝐗. 𝐈 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐘𝐨𝐮

708 24 2
                                    

[ 19- I LOVE YOU ]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ 19- I LOVE YOU ]

“Gak!”

“Ayolah Mon... Lo jahat banget ngebiarin gue datang sendiri.” Rengekan Yerin tidak Mona pedulikan.

Mona berjalan ke meja rias sembari mengeringkan rambutnya tanpa berniat menatap Yerin yang kini pasti tengah memasang wajah memelas nya.

“Mon.. ayolah kita harus datang.” Yerin menggenggam jemari lentik Mona.

Gadis berambut cokelat gelap itu berdecak malas lalu melepaskan tangan nya dari genggaman Yerin, “Iya iya gue dateng!.”

Mendengar ucapan Mona sontak membuat Yerin bersorak penuh kemenangan. Sedangkan Mona duduk di depan meja riasnya dan menatap undangan yang ada di tangannya. Sebuah undangan ulang tahun teman sekelasnya yang bernama Serena Grafielly. Sedangkan Yerin merebahkan dirinya di atas kasur Mona.

Ceklek

Kedua gadis itu menoleh kesebuah pintu ruangan yang terhubung langsung ke dalam kamar Mona. Terlihat Arlo yang berdiri di sana dengan keadaan yang membuat Yerin bergidik ngeri. Bagaimana tidak, Kedua tangannya berlumuran darah, di pipinya terdapat cipratan darah, dan ekspresi polos nya.

Arlo yang tadinya menatap Yerin kini menatap Mona dengan mata berkaca-kaca dan bibir mencebik. Ia berjalan mendekati Mona yang menatapnya datar tanpa menunjukkan emosi apapun.

Arlo bersimpuh duduk di lantai lalu menenggelamkan kepalanya di paha Mona yang tengah duduk di kursi rias. Tangan berlumuran darah nya melingkar di pinggang Mona dan berhasil mengotori dres berwarna baby blue yang Mona kenakan.

Helaan nafas terdengar cukup panjang dari bibir ranum Mona, tangan nya mengusap rambut halus laki-laki dihadapan nya yang menangis. Sedangkan Yerin menatap kedua orang tersebut dengan tatapan yang bingung dan mengernyit jijik akan darah yang ada ditubuh Arlo.

Why?” Tanya Mona dengan lembut.

Arlo mengangkat wajahnya yang memerah karena menangis, menatap Mona yang juga tengah menatapnya dengan tatapan hangat. “Aku melakukan nya lagi.”

Mona tersenyum tipis, “It's okay. Everything will be fine.lirih Mona. Yerin yang mendengar itu menggelengkan kepalanya jijik, perutnya terasa mual membayangkan nya. Lantas ia segera masuk ke ruangan perpustakaan yang ada di dalam kamar Mona dan menutup pintu nya dengan setengah membanting, tak lupa ia mencibir kedua temannya yang sangat gila.

“Kamu tidak marah, Mona?”

Mona menghela nafas nya panjang, ia mengangguk pelan.

Plak

Langkah Nathalie terhenti ketika sebuah tamparan begitu saja menyambut dirinya yang baru saja memasuki rumah, pulang dari shopping. Nafas Valmy -- sang ibu -- terlihat naik-turun menahan emosinya yang seakan-akan hendak meledak tanpa merasa bersalah telah menampar anak semata wayangnya.

The Revenge Of RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang