teror sadewa.

54 9 1
                                    


malam hari.. waktunya bhima beristirahat. tetapi belum juga tertidur bhima mendengar suara varo yang berteriak. ia segera mengambil busurnya dan keluar dari rumah perlahan lahan. ia berlari ke arah tempat rahasia mereka. ia berpikir, pasti dia berhalusinasi, tak mungkin juga ia mendengar suara dari kejauhan. tetapi ia merasakan sesuatu yang buruk. dan ya, saat dia sampai. ia melihat varo dan kalandra yang tak sadar kan diri. bhima melihat tempat mereka dibakar habis.

"ka!! bangun!" teriak bhima menahan air matanya

"varoo!!! bangunn!" bhima menangis dengan kencang.

"bangun... bangunn!!! BANGUNNN" teriak nya berharap kalandra dan varo terbangun. tetapi sayangnya tidak.

"SADEWAAAAAAA" teriakan bhima disertai dengan petir yang menurunkan hujan. hujan mulai turun disaat bhima menangis.

ia membawa mereka masuk ke kamarnya lewat jendela dan pergi membawa busur, menghapus air matanya dan mencoba mencari tau dimana sadewa berada. rasa dendam dan marah nya tercampur menjadi satu.
hingga sadewa pun memunculkan dirinya.
bhima segera berteriak ke arahnya dan meluncurkan pukulan. tetapi pukulan itu meleset.

"wah.. marah ya?? Hahahaha, lo tau? gue bakal terus ngelakuin ini terus menerus"

"GA AKAN GUE BIARIN LO NGELUKAIN MEREKA!" teriak bhima.

"oh ya?"

disaat itulah emosi bhima sudah tak bisa dikendalikan lagi. memori masa lalu nya teringat kembali. ia segera berlari ke arah sadewa dengan api di tangan nya. sadewa tak bisa lari dari nakala yang sudah menguasai nya. meski pun ia gagal untuk mendekati sadewa. ia mengarah kan busurnya ke sadewa. hembusan angin muncul lagi entah dari mana. bayangan nakala muncul dari belakang bhima. api pada anak panah yang membara bara. kekuatan yang ia keluarkan terlalu kuat untuk tubuhnya sehingga ia jatuh pingsan.

"hahahah, bagaimana rasanya?? terimakasih pusaka nya" sadewa mengambil pusaka itu. tetapi sesaat kemudian pusaka itu hilang dari tangan nya. ia melihat ke arah belakang.

bhima berdiri disana, ia bangkit dan pusaka nya sekarang berada di tangan nya. ia mencoba mengendalikan emosinya. sadewa pun mengeluarkan kekuatan nya. bayangan sadewa muncul di belakangnya. pedang pusaka kalandra berada di tangannya. bhima mengarah kan busurnya dengan anak panah api yang menyala nyala. ia menutup matanya dan melepas kan anak panah itu, sadewa hanya tertawa selepasnya hingga panah itu mengenai dadanya dengan cepat. ia terjatuh. bhima mendekati nya dan mengambil kembali pusaka kalandra.

"dimana pusaka varo?!" tanya nya

"lo ga akan pernah tau" ucap sadewa menahan sakit.

bhima meninggalkan sadewa. ia pulang ke rumahnya dengan marah. ia masuk ke kamarnya dan melihat varo yang sudah sadar. ia segera memeluk varo.

"untung saja"

"kenapa?"

"gue kira lo mati gegara sadewa."

"... pusakanya.."

"gue berhasil ngambil punya kalandra. tapi pusaka lo.. gue belum bisa. maaf."

"gapapa.."

tiba tiba kalandra terbangun.

"ada apa?"

"nih pusaka lo. gue berhasil rebut dari sadewa.."

"makasih.. punya varo?"

"belum.."

kalandra melihat luka bakar pada tangan bhima.

"lo habis emosi ya?" tanya nya.

"iya.. gue tadi kebawa emosi."

"tapi lo ga jadi gila kan?"

"hahahah, ya ga lah untungnya"

mereka tertawa.

"kalangga sama tama kok ga ada kabarnya ya?"

"oh.. no."

"kenapa?" varo melihat ke arah kalandra

"bisa aja di culik sama sadewa"

"ADUH JANGAN SAMPAI" ucap varo

bhima memukul meja dengan frustasi.

"yaudah, ayo kita cari."

varo yang mencoba membuka pintu merasa panas saat memegang gagang pintu.

"ah panas"

bhima mendekat ke arah nya dengan bingung.

"kenapa?"

"gagang pintu nya panas" jawab nya

bhima mencoba memegang gagang pintu itu dan tak merasakan apa apa.

"ngga tuh"

kalandra pun ikut mencoba memegang gagang pintu itu. dan rasanya panas sekali.

"panas na!" ia menunjukan tangan nya yang merah.

bhima melihat ke arah tangan nya dan menghela nafas. ia membuka kan pintu itu dan membiarkan mereka keluar dahulu sebelum ia menutup pintu nya.

terlihat para warga yang berlari entah kemana. bhima segera bertanya kepada salah satu orang disana.

"ada apa pak?" tanya nya

sang bapak dengan ketakutan menunjuk ke arah tornado yang perlahan datang ke arah rumah bhima.

bhima, kalandra dan varo terlihat panik dan bingung. dari mana asal tornado itu?

varo mencoba membantu para warga untuk evakuasi. sementara kalandra dan bhima mendapat serangan dari seseorang yang mereka tak kenal.

selesai menghabisi semua, bhima yang dibantu oleh kalandra melihat seseorang yang mendekati bhima.

"siapa kamu?" teriak bhima mengarahkan busurnya

"kau tak perlu tau, yang sadewa ingin kan sekarang adalah kamu!" teriak orang itu dan mulai mendatangkan angin yang lebih kencang yang membanting tubuh bhima.

tornado itu hilang. hingga seseorang menginjak tangan bhima. bhima berteriak kesakitan.

"kau serahkan dirimu, dan akan ku bebas kan mereka" ucapnya menunjuk ke arah ayah dan ibu bhima.

kalandra yang mencoba menusuk nya dari belakang gagal karena ia terlebih dulu tertangkap oleh anak buah nya.

sebuah panah yang mengenai orang itu membuat nya beku menjadi es. bhima melihat ke arah tama. ya, tama datang di waktu yang tepat. bhima segera bangun dan membebaskan para warga, para warga berterimakasih dan pergi dari tempat itui

bhima mengambil busurnya. tama mendekat.

"si brengsek itu anak buah nya sadewa, namanya arsen" bisik tama.

bhima dengan panahnya meluncurkan anak panah nya ke arah arsen yang sudah beku, merubahnya menjadi debu.

His Name Is Nakala. - TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang