sang terpilih.

33 7 2
                                    


bhima masuk ke sekolah seperti biasanya, ia harap ia tak ada masalah seperti bulan lalu. ia duduk dan melihat sekeliling nya yang sepi.

"ini gue kepagian apa gimana?" ia melihat ke arah jam yang menunjukan pukul 6 pagi.

ia keluar dari kelas, melihat ke arah bawah dimana terlihat varo berjalan ke kelas. varo melihat ke bhima.

"apa?"

"tugas fisika udah belum?"

"oh, jelas udah."

"deadline nya sekarang loh ya."

"iya iya.."

bhima tersenyum dengan terpaksa ke arah varo yang menatap sinis.

jam pelajaran fisika dimulai. bhima mengeluarkan buku tulisnya. ia membuka nya dan melihat bahwa ia belum mengerjakan sama sekali.

"OH SHIT" batin nya

ia segera melihat ke arah buku tulis varo. bhima mengacak ngacak rambutnya karena panik. varo memberinya buku milik nya.

"CEPET" bisik nya

bhima segera menulis semua jawaban milik varo. untung bhima berhasil menyelesaikan nya disaat guru fisika mereka menghampiri mereka untuk melihat tugas. bhima menelan saliva nya.

"hm, bagus." guru fisika mereka pergi dari bangku mereka.

bhima menghela nafas dan melihat ke varo.

"makasihhhh, makasihhh. gue traktir deh lo nanti makan siang" ucapnya

"hahaha, gapapa.. gausah" jawab varo karena merasa tak enak dengan bhima.

"apapun yang jwabn nya. tetap gue traktir lo" ucap bhima

varo mengangguk saja.

bell istirahat. semua siswa segera berlari untuk ke kantin. begitu juga bhima yang memperebut kan 2 porsi mie ayam. ia kembali ke varo dengan tampilan berantakan.

"AWKWOKWOWKWOWOWKW" tawa bapak bapak varo keluar.

bhima terkejut mendengar varo

"hahahaha, sorry sorry."

"gapapa, nih" bhima memberi kan mie ayam itu kepada varo

mereka mulai makan sambil berbincang ringan.

"moga hari ini si juan itu ga muncul" ketus bhima

"juan termasuk kuat sih.. "

"iya. gue pernah dapet penglihatan tentang dia yang ngalahin gue."

varo tersedak, bhima melihat ke arah nya.

"lo gapapa?"

"g-gapapa. kaget aja denger nya"

bhima menghela nafas. ia berdiri membawa mangkok kosong nya, diikuti oleh varo.

selama perjalanan ke kelas, bhima melamun.

"mikirin apa?" tanya varo

"oh, ngga."

varo melihat ke arah bhima kebingungan. bahkan selama perjalanan itu bhima hampir menabrak tiang.




"sejuknyaa" ucap varo dengan tersenyum. hembusan angin menemani mereka berjalan pulang. bhima masih suka melamun, varo bertanya lagi kepadanya

"mikirin apa?"

"juan. gue takut dia bakal apa apain kalian"

"ohh itu.. gausah dipikirin. kita akan baik baik saja selama kamu bersama kita." ucapnya

bhima tersenyum dan mencoba tidak memikirkan nya lagi. kalau dipikir, sudah lama juga bhima tak melatih dirinya memanah. sampai dirumah, ia segera turun ke basement membawa busurnya masih memakai seragam sekolahnya.

"KAK! GANTI BAJUNYA!" teriakan ibunya terdengar sampai basement.

"IYA BU"

bhima menaruh busurnya dan berganti pakaian. ia melanjutkan untuk berlatih, bersiap bila saja juan datang lagi. luka bakar mulai muncul lagi ditangan nya. tetapi ia tak memperdulikan nya dan terus berlatih hingga malam hari. ibu nya yang tak melihat bhima dari tadi turun ke basement. bhima dengan cepat menutupi busurnya dengan kain dan berpura pura merapikan basement.

"ibu pikir kamu kemana saja. kok tidak keliatan dari tadi" ucap nya

"hahaha, kakak lagi bersih bersih basement"

"oh yaudah.. jangan lupa makan ya"

"iyaaa"

ibunya naik ke atas lagi, bhima yang melihat itu melanjutkan berlatih. hingga ia merasa cukup, ia naik dan duduk di meja makan sendirian. selesai itu, ia pergi ke kamarnya dan membaringkan tubuhnya di kasur. ia melihat ke arah busurnya yang menyala.

"mengapa semesta memilihku?"

pertanyaan itu muncul entah darimana. menurut bhima, masih banyak manusia yang lebih pantas menjadi reinkarnasi nakala daripada dia.

His Name Is Nakala. - TAMATTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang