Kegiatan vacum cleaner yang sedang Arthur lakukan, terpaksa berhenti karena datangnya seorang pria yang merupakan teman sekaligus asistennya, sudah seperti ciri khas dari keluarga Wilson menjadi teman sebagai asisten. Arthur melirik sinis Devan yang tampak tidak terkejut melihat apa yang sedang Arthur lakukan tadi.
Arthur menganggukkan kepala untuk perempuan yang sedang duduk di pangkuan, mengisyaratkan pada perempuan itu untuk pergi dari ruangannya.
"Dia udah di sini." kata Devan saat perempuan tadi sudah keluar.
"Di mana? Gue nggak liat." Arthur melirik ke samping kanan dan kiri Devan.
"Di depan ruangan lo." balas Devan yang sempat memejamkan mata, mendadak lupa jika berhadapan dengan Arthur, harus sejelas mungkin.
Setelah memberitahu Arthur, Devan pun pergi menuju pintu dan membukanya tanpa ia keluar dari sana. Tak lama, seorang gadis dengan memakai rok panjang dan kaus masuk ke ruangan Arthur. Melihat penampilan gadis itu, Arthur memejamkan mata.
"Nadine, sekretaris baru lo." kata Devan.
"CV-nya, dan lo panggil Naura ke sini, sekarang juga. Suruh Naura bawa baju untuk dia."
Devan menyerahkan CV milik Nadine pada Arthur lalu pergi dari ruangan Arthur untuk mengerjakan apa yang Arthur perintahkan kepadanya.
Sambil membuka CV milik Nadine, Arthur menatap lekat penampilan Nadine dari atas sampai bawah. Terlihat sangat sederhana dan kampungan, tapi, untung saja Nadine memiliki kulit layaknya seputih susu, paras yang cantik, Nadine datang tanpa memakai riasan apa pun dan Arthur akui Nadine adalah gadis yang sangat cantik tanpa adanya polesan di wajah.
"Just Nadine?" tanya Arthur saat melihat nama lengkap gadis itu.
Nadine menaikkan alis. "Iya, Pak?"
Arthur yang sedang melihat-lihat CV Nadine, beralih menatap gadis itu yang tampak bingung. "Just Nadine?" ulang Arthur.
Nadine melirik sejenak ke samping lalu tersenyum kikuk. "Bapak mau jus?"
Arthur memejamkan mata sejenak. "Jangan bilang kamu nggak bisa bahasa Inggris?"
Nadine tertawa. "Saya tinggal di kampung, Pak. Gimana saya bisa ngerti bahasa Inggris?"
Arthur menghela napas dan langsung menyentuh keningnya dengan mata yang kembali memperhatikan CV Nadine yang sama sekali tidak ada yang menarik, tidak ada yang membuatnya terkagum-kagum. Isi dari CV milik Nadine adalah yang terburuk dari yang pernah ia lihat.
Tidak kuat berlama-lama melihat CV itu, Arthur pun menutupnya lalu menatap lurus Nadine yang terus berdiri di hadapannya.
"Gaji sekretaris saya yang sebelumnya tiga puluh juta, tapi khusus untuk kamu, cuma saya gaji tujuh juta." Arthur mengarahkan telunjuknya pada Nadine.
Nadine melotot. "Lho, katanya saya bakal dapet gaji tiga puluh juta juga, Pak."
Arthur ikut melotot. "Siapa? Siapa yang bilang?"
"Pak Devan." Nadine menunjuk ke arah pintu yang tertutup dan tidak ada siapa-siapa di sana.
"Heh, saya bosnya di sini, bukan Devan. Saya bos kamu. Sadar diri, kamu ini nggak punya skill apa-apa, cuma tamatan SMA, yang paling parah nggak bisa bahasa Inggris. Gimana nanti kalo saya ada meeting sama klien dari luar negeri? Saya gitu yang jadi translator kamu?"
Kedua bahu Nadine merosot turun. "Kata sepupu saya yang pernah ke Jakarta, katanya di sini mahal-mahal, Pak. Saya juga harus cari tempat tinggal, beli kebutuhan untuk makan, belum lagi kasih ke Ibu saya yang ada di kampung."
KAMU SEDANG MEMBACA
[Arthur Wilson] Perverted Boss and His Innocent Secretary [COMPLETED]
RomanceMempunyai sekretaris yang polos adalah sebuah keberuntungan atau kesialan? Mungkin untuk Arthur adalah keduanya. Nadine, gadis polos yang berasal dari kampung, hanya tamatan SMA dan tidak pernah mengenal yang namanya sex education, menjadi korban k...