PBHIS-10

79.6K 1.8K 59
                                    

"Pak! Pak Devan, bantu saya bikin rekening, dong!" kata Nadine yang baru saja masuk ke ruangan Devan di mana Devan sendiri sedang bermain ponsel.

Devan menegakkan tubuh dan meletak ponselnya di meja. "Bikin rekening?"

"Iya! Untuk gaji saya, saya belum bikin rekening jadi saya belum dapet gaji."

Devan membulatkan mata. "Kenapa belum kamu buat? Kamu emang belum ada rekening sebelumnya?"

"Saya mana ngerti, Pak, soal rekening-rekening. Untung aja Pak Arthur ingetin tadi makanya saya mau minta tolong sama Bapak."

Devan diam sejenak lalu melihat jam tangannya. "Kita langsung ke bank aja sekalian makan siang bareng di luar, gimana?"

Nadine mengangguk dengan antusias. "Boleh, Pak."

Devan ikut mengangguk sambil beranjak. "Ya udah kita pergi sekarang, biar saya yang minta izin ke Arthur kalo kita mau ke bank. Jangan lupa bawa KTP, ya."

"Oke, Pak!" Nadine keluar dari ruangan Devan dengan penuh semangat yang membuat Devan tertawa melihatnya.

-pbhis-

"Ini nomor rekening kamu. Kalo mau transfer bisa dari sini ..." Devan menjelaskan dengan detail dan sabar pada Nadine tentang fitur-fitur yang ada pada aplikasi akun bank Nadine. Mereka sudah keluar dari bank dan sedang berada di mobil dan karena Devan menjelaskan dengan penuh kesabaran, Nadine pun mudah paham.

"Inget, pin kartu sama pin aplikasi jangan dikasih tau ke siapa-siapa alias cukup kamu yang tau." ucap Devan saat sudah selesai menjelaskan.

Nadine mengangguk sambil tersenyum. "Makasih banyak, ya, Pak. Bapak baik banget, deh."

Devan tertawa sambil menghidupkan mesin mobil. "Arthur juga baik, deh, kayaknya."

"Iya, tapi, baiknya Pak Arthur campur sama marah-marah. Kalo Bapak bener-bener baik banget, sabar juga orangnya. Pak Arthur mana mungkin bisa sesabar Bapak."

Devan kembali tertawa. "Kamu mau makan di mana, nih?"

"Nggak tau, Pak. Saya selama di sini nggak pernah makan di luar, selalu masak."

"Oh, kamu bisa masak?"

Nadine mengangguk dengan cepat. "Dari kecil saya udah bantu Ibu saya masak. Semenjak nggak ada makanan yang saya suka di kantor, saya selalu bawa bekal, tapi tadi pagi nggak sempet masak."

"Kalo gitu boleh, dong, saya cobain masakan kamu?" Devan menoleh sejenak pada Nadine.

"Boleh banget kalo Bapak emang mau. Besok saya bawa bekal, saya masakin juga untuk Bapak." Nadine tersenyum.

Devan mengangguk-anggukan kepala dan ikut tersenyum. "Oke, saya tunggu."

-pbhis-

Arthur mengarahkan layar ponselnya pada Nadine. "Udah saya transfer, cek."

Nadine segera membuka aplikasi akun banknya dan karena Devan sudah mengajari, Nadine tahu di mana ia harus memeriksa saldo rekeningnya.

"Aaaa!" Nadine berteriak kesenangan setelah melihat nominal di rekeningnya bertambah drastis. "Seratus juta! Saya punya seratus juta, Pak!" Nadine menatap Arthur sejenak dan kembali memandangi layar ponselnya.

"Cih." Arthur tertawa kecil seraya mengambil ponselnya.

"Pak, gimana caranya saya bisa kasih uang ke orang tua saya? Apa mereka harus punya rekening juga?"

"Iya, lah."

Nadine terdiam. "Temen saya Wulan anak juragan tempe, pasti dia punya rekening, saya transfer ke Wulan aja, deh."

[Arthur Wilson] Perverted Boss and His Innocent Secretary [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang