PBHIS-08

81.5K 1.8K 50
                                    

"Pak, kenapa kita satu kamar, ya?" tanya Nadine yang sedang duduk di tepi ranjang sementara Arthur betah duduk di sofa dengan iPad yang berada di tangan.

"Karena di hotel ini cuma sisa dua kamar, pilihan kamu cuma dua, sekamar sama saya atau sama Devan. Tapi, lebih bagus sama saya karena kamu, 'kan, sekretaris saya, kita harus selalu komunikasi dan diskusi, paham?" kata Arthur tanpa mengalihkan mata dari layar iPad.

Nadine mengangguk-anggukkan kepala dan langsung percaya dengan kalimat sang bos. "Nggak heran, pemandangan hotel sama hotelnya aja bagus banget, pasti banyak banget yang nginep di sini sampe kamar yang kosong cuma ada dua."

Arthur melirik Nadine sambil menahan senyum karena Nadine percaya dengan kalimat bohongnya. Tentu saja Arthur ingin sekamar agar bisa melakukan modus berunsur mesum pada sekretaris polosnya.

"Kamu udah belajar bahasa Inggris, 'kan? Udah sampe mana?" tanya Arthur saat mengingat ia meminta seorang guru les bahasa Inggris terbaik untuk mengajari Nadine yang memang sudah berjanji akan belajar bahasa Inggris.

"Udah sampe kata kerja, Pak. Udah lumayan banyak tau kata kerja yang saya hafal." Nadine tersenyum dengan raut bangga.

"Bagus. Kalo tiba-tiba saya tanya kamu harus bisa jawab, kalo nggak bisa, gaji kamu saya potong."

"Ya ampun, Pak. Jangan." Nadine langsung panik.

"Makanya belajar yang bener kamu. Biaya les kamu itu saya yang tanggung, harus serius."

Nadine mengangguk dengan cepat. "Saya belajarnya serius, kok, Pak. Bentar lagi saya bisa bahasa Inggris, kok."

Arthur tidak merespon lagi ucapan Nadine.

"Baju-bajunya mau saya pindahin ke lemari, Pak?" tanya Nadine saat menyadari jika koper mereka belum dibuka.

"Hm." balas Arthur dan Nadine pun langsung menyeret koper menuju lemari. Nadine lebih dulu membuka koper miliknya karena penasaran pakaian seperti apa yang sudah pekerja rumah Arthur siapkan.

"Kenapa baju tidur saya begini semua, ya, Pak, modelnya?" Nadine mengambil satu gaun tidur tipis tali spageti dan menunjukkannya pada Arthur.

"Jangan protes, dipake aja."

"Tapi, kenapa selalu seksi?" gumam Nadine dengan bibir bawah yang melengkung.

-pbhis-

Arthur menoleh sejenak pada Nadine dan kembali menoleh saat menyadari jika tubuh Nadine hanya dibalut oleh bathrobe karena gadis itu baru saja selesai mandi. "Kenapa pake itu kamu?" tanya Arthur saat Nadine duduk di tempat tidur, bukannya mengambil baju dari lemari.

"Lebih nyaman pake ini, Pak. Baju tidur saya tipis gitu kayak iman Bapak."

Arthur melotot mendengar kalimat terakhir Nadine sedangkan Nadine memasang tampang polos. "Apaan bawa-bawa iman saya. Nggak, jangan pake itu, pake gaun tidur yang udah saya beliin."

"Seksi banget, Pak. Saya nggak nyaman."

"Heh, itu handuk yang kamu pake. Handuk itu untuk keringin badan dan mau kamu pake untuk tidur? Jorok!" Arthur kembali melotot.

"Pak ..."

"Ssttt!" Arthur bangkit berdiri dan langsung mengambil gaun tidur Nadine dan memberikannya pada Nadine. Setelah memberikan gaun itu pada Nadine, Arthur mengarahkan telunjuknya pada wajah gadis itu.

"Inget. Kamar di hotel ini cuma ada dua dan kalo bukan sama saya, di mana kamu mau tidur? Devan nggak akan mau terima kamu. Buruan dipake." Arthur beralih menunjuk kamar mandi dan kembali duduk di sofa.

[Arthur Wilson] Perverted Boss and His Innocent Secretary [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang