PBHIS-17

60.6K 1.4K 77
                                    

Komen "next/lanjut/up" aku block🙏🏻

Minimal vote 260, minimal komen 60 (17:30-19:00) ➡️ UP!

-pbhis-

Karena terkejut, Nadine meletak dengan cukup kuat garpu dan sendoknya. Nadine menggunakan sendok karena tidak bisa memakai pisau. Nadine kini sudah menutupi sebagian wajahnya menggunakan kedua tangan dengan mata yang membulat lebar.

"Kamu mau jadi pacar saya?" ulang Arthur.

Nadine menjauhkan tangannya dan menganggukkan kepala. "Mau, Pak!"

"Wow!" Arthur tertawa mendengar balasan Nadine.

Nadine juga ikut tertawa bahkan sampai matanya berkaca-kaca. Nadine begitu senang mendengar Arthur memintanya untuk menjadi kekasih bosnya sendiri.

"When you were just a secretary, I dared to touch you and now that you're my girlfriend, I will be even more free to do so." (Saat kamu jadi sekretarisnya saja aku berani menyentuhmu, apalagi sekarang kamu jadi pacarku, aku akan semakin berani untuk menyentuhmu).

"Bapak, ih, ngomong apa, sih? Saya mau seneng aja harus mikir dulu Bapak ngomong apa." Wajah Nadine berubah cemberut.

"Artinya kamu beruntung banget bisa jadi pacar saya dan saya pun juga beruntung bisa jadi pacar kamu."

"Oh." Nadine tersenyum malu-malu kemudian tertawa karena tidak dapat menahan rasa senangnya.

-pbhis-

"Kamu keliatan seneng banget." ucap Devan yang sedang berjalan mendekati meja kubikel Nadine.

Nadine tertawa dan mengangguk. "Emang saya lagi seneng, Pak."

"Seneng karena apa, nih?" Devan tersenyum dan melipat kedua tangannya di depan dada.

Nadine melirik sejenak ke pintu Arthur kemudian bangkit berdiri. "Saya sama Pak Arthur pacaran." bisiknya.

Senyum Devan seketika menghilang, kedua matanya tanpa kedip menatap Nadine yang sudah kembali duduk seraya asyik mengetik di komputer.

"Kamu bercanda, 'kan?"

Nadine menggeleng dan menoleh sekilas pada Devan. "Beneran, kok, Pak. Tadi siang, 'kan, saya sama Pak Arthur makan bareng."

Devan seketika kesal pada Arthur. Ternyata alasan Arthur menyuruhnya untuk melakukan lunch meeting karena ingin makan bersama Nadine, lebih parahnya berakhir dengan kedua orang itu sampai berpacaran?

Devan menggeleng, tidak percaya jika Arthur benar-benar mau menjalin hubungan dengan Nadine. "Arthur yang ngajak pacaran?"

Nadine mengangguk sambil tersenyum lebar.

Devan membungkukkan tubuh dengan tangan kiri memegang tepian meja dan tangan kanan memegang sandaran kursi Nadine. "Nggak, Arthur nggak akan serius sama kamu, Nad. Arthur ajak kamu pacaran supaya Arthur bisa makin leluasa sentuh kamu."

"Tapi, nggak pacaran pun Pak Arthur udah seenaknya sentuh saya, Pak."

"Iya, tapi gimana kalo Arthur lakuin hal yang lebih dari itu? Maaf sebelumnya, keperawanan kamu hilang. Seks."

Nadine membulatkan mata.

"Inget prinsip kamu, Nad."

"Tapi, Pak Arthur setuju, kok, untuk biarin saya tetep ... Perawan." Nadine sengaja memelankan kata terakhirnya.

"Dan pasti perjanjian itu sebelum kalian pacaran, 'kan? Nadine, Arthur itu gila, mesum, jago ngerayu, buaya banget dia."

Nadine diam, kalimat Devan sudah memenuhi kepalanya dan Devan berhasil membuat rasa ragu dan takut muncul pada dirinya.

[Arthur Wilson] Perverted Boss and His Innocent Secretary [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang