PBHIS-05

95.3K 2.1K 77
                                    

Minimal vote 160, minimal komen 60 (17:30-19:00) ➡️ UP!

-pbhis-

"Kamis depan saya ada perjalanan bisnis ke Positano, 'kan?" tanya Arthur sambil membaca isi dari odner yang Devan titipkan pada Nadine.

Nadine tampak berpikir. "Bentar, Pak, saya cek dulu." Nadine pun berjalan menuju pintu ruangan Arthur untuk mengambil buku agendanya.

"Oh, God." Arthur menghela napas panjang seraya membenturkan pelan kepalanya di tepi meja beberapa kali.

"Iya, Pak, ada. Tanggal empat nanti." Nadine sudah kembali dengan buku agenda yang berada di tangannya.

Arthur menyandarkan punggungnya sambil menatap lurus Nadine. "Kamu ini ..." Arthur tertawa kecil sampai kebingungan harus mengatakan apa. "Kamu ini wow banget, sih. Nggak bisa bahasa Inggris, suka seenaknya sama saya, dan yang terbaru pelupa, iya?"

Nadine menggeleng.

"Paha kamu aja udah nggak bisa bikin saya tenang, udah nggak nafsu saya liat paha kamu saking keselnya saya kamu kamu!"

Nadine mulai menundukkan kepalanya.

"Berhenti aja, deh, kamu. Saya kasih gaji kamu sekarang juga dan kamu pergi dari sini. Keluar juga dari apartemen saya." Arthur memajukan kursinya dan membuka laci untuk mengambil cek.

"Pak! Jangan, Pak! Saya masih mau kerja, pengen terus-terusan dapet gaji, bukan cuma hari ini aja dapet gajinya. Saya minta maaf, Pak!" Nadine kini sudah berlutut di samping Arthur yang tampak tidak peduli dengan tangan yang sudah menuliskan nominal di selembar cek.

"Pak Arthur!" Nadine menarik tangan kanan Arthur yang membuat Arthur akhirnya menoleh dengan tajam karena sudah membuat ceknya tercoret. "Maafin saya, saya janji saya bakal belajar bahasa Inggris, saya janji nggak akan seenaknya sama Bapak, saya juga bakal inget bahkan kalo perlu hafal di luar kepala jadwal Bapak apa-apa aja. Maafin saya, Pak."

Arthur masih menatap Nadine di mana dari raut wajah gadis itu, terlihat jelas Nadine sangat takut sampai kedua matanya berkaca-kaca. Tatapan Arthur beralih pada bibir merah muda Nadine yang sedikit melengkung, membuat Arthur ingin sekali melahap bibir gadis itu.

Arthur memalingkan wajah sambil menghela napas dengan kedua mata yang terpejam sejenak. "Beneran kamu?" Arthur kembali menatap Nadine.

Nadine mengangguk dengan cepat. "Beneran. Saya janji, Pak."

"Ya udah, keluar. Kamu pesen hotel untuk kita waktu ke Positano nanti."

"Iya, Pak." Nadine mengangguk untuk yang kesekian kalinya sambil bangkit berdiri.

"Nggak usah." kata Arthur tepat saat Nadine baru saja melangkah. "Nggak yakin saya sama kamu, biar Devan yang pesen." kata Arthur lagi karena ia yakin jika Nadine belum pernah memesan hotel seumur hidupnya.

"Ya udah, keluar kamu." Arthur menunjuk ke arah pintu dengan dagunya melihat Nadine masih berdiri.

Nadine mengangguk lalu berjalan keluar dari ruangan Arthur. Ketika sudah tiba di mejanya, Nadine menghela naps panjang dan menjatuhkan kepalanya di tepi meja. dengan Devan yang menahan tawa melihat Nadine yang tampak begitu lesu. Devan langsung penasaran apa yang sudah Arthur perbuat pada gadis itu.

"Kenapa, tuh, cewek?" tanya Devan dengan pintu ruangan Arthur yang baru saja ia tutup.

"Nguji kesabaran gue, lah, apalagi emang?"

Devan tertawa lalu duduk di hadapan Arthur. Laki-laki itu datang bukan karena Arthur memanggilnya, hanya ingin mampir setelah menyelesaikan pekerjaannya.

[Arthur Wilson] Perverted Boss and His Innocent Secretary [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang