PBHIS-12

75.3K 1.5K 56
                                    

Cerita ini udah ada label mature/dewasa, ya🔞⚠️

Cerita ini udah ada label mature/dewasa, ya🔞⚠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-pbhis-

Arthur menyudahi ciuman mereka karena merasa kurang menikmati lantaran Nadine tidak membalas ciumannya. Bibir dan lidah Arthur lah yang banyak bergerak di dalam mulut Nadine dan maka dari itu, Arthur akan mengajari Nadine caranya berciuman.

Arthur menangkup kedua pipi Nadine. "Kalo saya cium kamu, kamu jangan diem aja."

"Maksud Bapak, saya harus gerak-gerak?"

Arthur memejamkan mata sejenak, "lakuin apa yang saya lakuin. Apa yang saya lakuin waktu saya cium kamu, kamu harus lakuin itu juga."

"Misalnya, Pak?" Nadine masih belum mengerti.

Arthur menghela napas. "Saya bakal cium kamu lagi, apa yang saya lakuin nanti juga harus kamu lakuin, ikuti saya."

Bukannya menolak, Nadine malah mengangguk yang membuat Arthur menyunggingkan senyum. Arthur pun kembali mencium Nadine dan melakukannya dengan perlahan. Di balik ciuman mereka, Arthur tersenyum karena Nadine bisa langsung paham yang akhirnya dapat membuat Arthur merasakan kenikmatan satu sama lain.

Ketika ciuman itu sudah berakhir, Nadine tampak kehabisan napas dengan kedua tangan yang meremas bahu Arthur.

"Apa pun yang kita lakuin, cukup kita berdua yang tau. Apa pun yang saya lakuin ke kamu, jangan pernah cerita ke orang lain. Can you?" ucap Arthur dengan nada rendah serta kedua mata yang menatap bibir Nadine, jarak bibir mereka juga sangat dekat hingga nyaris bersentuhan.

"Paham?" ucap Arthur lagi karena Nadine diam saja dan setelahnya barulah Nadine mengangguk.

-pbhis-

"Kenapa lo?" Devan menatap lekat Arthur yang baru saja datang ke ruang biliar yang ada di rumah Arthur.

Arthur mengerutkan dahi, "emang gue kenapa?"

"Mood lo keliatan lagi bagus." balas Devan di mana ia bisa melihatnya dari raut wajah Arthur.

Arthur kembali mengerutkan dahi seraya mengambil stik biliar seharga mobil lalu tertawa. "I am indeed always in a good mood."

Devan sedikit menyipitkan mata. "Udah ngapain aja lo sama Nadine?" Devan mulai berjalan memutari meja biliar untuk memulai kegiatan bermain biliar.

"Baru ciuman." jawab Arthur sambil membidik bola.

"Baru? Berarti bakal lebih dari ciuman?"

Arthur tersenyum, "why not?"

Devan menghela napas dan kali ini giliran Devan yang bermain. "Jangan terlalu jauh, lah, Man. Kasihan."

"Kenapa lo nggak pernah kasihan juga sama cewek-cewek yang pernah deket sama gue?" Arthur menatap lurus Devan.

"Thur, Nadine itu masih polos banget, dia dari kampung, dia nggak ngerti sama apa yang udah lo lakuin sedangkan cewek-cewek yang sebelumnya ngerti dan emang mau karena nafsu atau karena suka sama lo. Untuk lo sama Nadine, cuma lo doang yang nafsu dan itu artinya lo manfaatin dia."

[Arthur Wilson] Perverted Boss and His Innocent Secretary [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang