rumah gue cuma dia

185 14 9
                                    

"Kenapa baru pulang?"

Tidak ada jawaban dari Tamara. Tamara masih berjalan menuju kamarnya dengan larutan wajah sedihnya, membuat pria paruh baya itu menatap punggungnya.

"Mungkin cape pah." sahut Bima. Bima merupakan anak pertama atau abang dari Tamara. Bima juga salah satu anggota geng yang dipimpin oleh Areksa, dan Bima juga sangat kenal betul bagaimana Areksa.

"Cape apanya cuma keluar sama cowo obsesi kaya begitu." ketus pria paruh baya yang merupakan papahnya. Beliau bernama Lian.

Pada dasarnya, keluarga Tamara tidak setuju jika Tamara berpacaran, apa lagi.. Pacaran dengan Areksa yang dikenal ketua geng dan anaknya posesif membuat Lian menyukai Areksa.

Lian terus saja selalu menasehati Tamara, tapi.. Tamara selalu mengabaikan dirinya. Bagi Tamara, Lian selalu menganggap buruk Areksa, padahal.. Kenyataan tidak seperti itu.

"Biarkan saja lah pah, jangan cari ribut malam malam begini." tegur wanita paruh baya. Wanita itu bernama Lisa, yang memiliki sifat lemah lembut kepada keluarganya dan wanita pengertian.

Bima menghampiri kedua orangtuanya, alangkahnya terhenti ketika dirinya tepat disamping Lisa. Ia berkata kepada kedua orangtuanya dengan lemah lembut,"Biar Bima aja yang bicara sama Tamara."

Wanita berhati lemah lembut itu menoleh seolah olah mendengarnya, setelah mendengar apa yang anaknya katakan, wanita itu menganggukkan kepalanya setuju.

Pria paruh baya itu juga menoleh dan juga mendengarkannya, namun setelah mendengarnya, pria tersebut menggelengkan kepala seolah olah tak setuju.

Pria itu mengatakan,"Biar papah aja. Kalo bicara sama kamu, ga ada habisnya malahan nambah kluyuran!"

Sudah menduganya.

Siapa yang tidak menduga jika itu jawaban dari Lian, apa lagi, Lian tau betul anaknya laki laki itu adalah anggota geng motor terkenal. Lian tidak suka geng motor, baginya, geng motor adalah gerombol berandalan yang mengaku ngaku orang baik, bahkan bisa saja mencelakakan orang kapan saja.

Hal itu yang membuat Lian tidak suka jika anak perempuan satu satunya berhubungan dengan ketua geng, karena jika adalah masalah pasti anak perempuan kesayangannya itu ikut campur.

Bima menghelakan nafasnya secara perlahan lahan, lalu hembuskan perlahan. Ia menjawab dengan nada lembutnya,"Tapi pah.. Biar Bima aja.."

Wanita disebelahnya tau betul sikap khawatir dari seorang abang tersayang, wanita itu tersenyum sambil menoleh, ia pun mengatakan,"Biarlah nak, papahmu aja, ya? Gausah khawatir. Semuanya anak baik baik aja."

Huft..

Ia menganggukkan kepalanya setuju meskipun ada rasa sedikit khawatir, takut jika papahnya memarahi adeknya. Gue harap.. Papah ga marahin lo, Ra. Gue takut lo di apa apain sama papah, biar Gue aja kalo beneran begitu.. Gue ga rela siapapun yang nyakitin lo.

                                     ****

"Jauhin dia."

Belum ada respons dari Tamara. Tamara hanya diam dan menundukkan kepalanya dengan duduk di kursi belajarnya, meskipun ada buku dihadapannya.

Beberapa menit, akhirnya Tamara menjawab meskipun hanya beberapa kalimat saja, tapi intinya itu sangat membuat Lian paham sekali.

"Kalo papah mau mbahas itu, mending papah keluar aja. Tamara pengen sendiri." balasnya dengan ketus.

"Nak, dia belum tentu jodohmu.." jeda Lian. Lian menatap putrinya dengan tulus.

Satu alisnya terangkat, Tamara masih diam. Lalu, gadis itu menjawab lagi,"Jodoh ga ada yang tau. Jodoh ada ditangan tuhan, bukan papah.

ANTARA DUA SURGA { NASKAHAN }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang