2 - Pindah

3.1K 211 9
                                    

Keesokan harinya. Jennie tidak mau mendengar apa pun saat ini. Bahkan ketika semua barang-barang miliknya sudah diangkut ke dalam mobil, gadis itu masih duduk di atas ranjang di dalam kamarnya yang telah lengang. Matanya menatap kosong dengan lengan yang memeluk boneka beruang kesayangannya.

"Nona Jennie, tuan Taehyung menyuruh nona untuk segera berangkat," ujar Bibi Hanna, salah satu pelayan yang ada di rumah Jennie dan ayahnya.

"Tidak mau!"

"Bibi mohon nona, ini perintah dari ayah nona juga." Bibi Hanna berusaha membujuk Jennie yang masih kekeuh.

"Aku tidak mau tinggal dengan paman Taehyung!" Teriak Jennie.

"Tapi tuan Taehyung itu kan paman non Jennie. Dia yang akan merawat nona mulai sekarang."

Jennie diam lagi. Selang dua menit, seorang pria paruh baya datang ke kamar Jennie. "Non, ini ada telepon dari tuan Kim," ucap pria itu sambil memberikan telepon rumah pada Jennie.

Jennie menerimanya masih dengan perasaan tidak terima. "Jennie benci appa!" Adalah kalimat yang pertama Jennie ucapkan di telepon.

"Jennie anakku, ayah benar-benar minta maaf karena meninggalkanmu secara mendadak. Ada hal yang ingin ayah selesaikan, nak. Jennie sudah besar sekarang, Jennie harus mengerti bahwa orang dewasa memiliki urusan-urusan penting di dalam hidupnya. Jennie harus tahu, ayah begitu mencintai Jennie."

Tangis Jennie luruh kembali. "Tapi Jennie masih tidak terbiasa tanpamu, ayah. Ayah malah menyuruh Jennie untuk tinggal bersama paman Taehyung yang dingin itu."

Terdengar kekehan di seberang sana. "Mengapa? Jennie takut dengan paman Taehyung? Dia sebenarnya baik, nak. Bukankah saat kecil, dia sering menjemput Jennie pulang sekolah?"

Jennie terdiam mendengar perkataan ayahnya. Lebih tepatnya dia sedang mencari alasan merajuk. "Hmm."

"Jadi ayah mohon, bersedialah tinggal dan dirawat paman Taehyung. Kau bisa menganggapnya seperti ayah. Jangan sungkan. Kau tidak perlu khawatir pamanmu tidak menuruti kemauanmu, karena kalau itu terjadi ayah akan menghukumnya."

Mendengar itu Jennie sedikit tenang. Tapi bagaimana pun, ia masih sangat kecewa pada ayahnya. "Baiklah," ketus Jennie.

"Jennie masih kesal pada ayah? Ayah benar-benar minta maaf, sayang. Semoga kau mengerti. Setelah ini ayah ada urusan. Kau jangan menangis lagi. Jennie, ketahuilah, ayah sangat menyayangimu."

Dan klik. Panggilan dimatikan. Tubuh Jennie seperti kehilangan tenaga. Tapi mau tak mau ia tetap beranjak dari kamar, masih dengan memeluk boneka beruangnya.

Bibi Hanna dan pria paruh baya yang tadi memberikan telepon bernafas lega saat melihat majikan mudanya itu menuruni tangga. Mereka berdua segera mengikuti Jennie sampai gadis itu masuk ke dalam mobil mewah yang akan mengantarkan kepindahannya ke kediaman Taehyung.

***

"Selama beberapa minggu atau mungkin beberapa bulan ke depan, aku akan fokus ke perusahaan." Taehyung dengan serius mengecek beberapa senapan yang akan mereka jual secara ilegal. Di depannya berjejer beberapa pria berotot dan bertato yang begitu fokus mendengarkan penjelasan bosnya.

"Kakakmu benar-benar ke Milan, Tae?" suara itu berasal dari sosok laki-laki yang tengah duduk di sebuah kursi. Menatap Taehyung yang masih sibuk memeriksa senjata api tersebut.

 Menatap Taehyung yang masih sibuk memeriksa senjata api tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Mafia Kim Taehyung (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang