9 - Antara Dewa dan Elena

92 19 7
                                    

Dewa sedang membuat sarapan untuk pagi ini. Tapi pikirannya benar - benar sedang tidak fokus, untung masakannya tidak terpengaruh. Gimana kalo malah salah bumbu atau bahkan gosong coba.

"Gue berlebihan ya semalem?" Dewa bertanya - tanya sendiri. Setelah dipikir - pikir ia merasa semalam reaksinya terlalu berlebihan, nasib baik Freya tidak marah karna ia peluk - peluk, "Makin dipikir makin bikin gila"

Dewa mengusap kasar wajahnya, memilih untuk melupakannya tapi malah jadi semakin teringat dan berakhir bikin senyum - senyum, "Tapi dia semalem lucu"

Berhenti senyam - senyum, Dewa kini menggeleng kuat seraya menepuk - nepuk kepalanya, "Anjir lo mikirin apa Dewa! Gak, gak!"

"Kak? Lo kenapa?"

Dewa terperanjat kaget, mendengar suara Freya yang tiba - tiba muncul, bahkan cewe itu terlihat sudah duduk di kursi mini bar dapurnya itu. Sejak kapan?!

"Lagi banyak kerjaan ya?"

"Haha, i-iya" Dewa hanya asal mengiyakannya.

Segera setelah menyelesaikan masaknya, Dewa menyajikan nasi goreng itu ke dalam dua piring, lalu menyerahkan salah satunya kepada Freya.

"Makasih~"

Dewa hanya tersenyum, "Ada perubahan? Pegel - pegelnya masih sama gak?"

"Sudah lebih baik"

"Syukur deh"

Dewa kemudian mengambil duduk di sebelah Freya, untuk ikut makan juga. Sesekali ia mencuri pandang, lama - lama bukan sesekali, dan semakin banyak ia melirik semakin tak tenang juga dirinya.

"Come on Dewa?! Kenapa lo jadi kebayang - bayang dia mulu?!"

Dewa menghela nafasnya, tak paham juga dengan dirinya sendiri.

+ + +

Ini sudah malam tapi Dewa belum bisa pulang sekarang karna ia harus menepati janjinya yang tak terlaksana kemarin. Janji untuk makan bersama Elena, sulit untuk makan siang bersama disaat keduanya sama - sama punya kerjaan, jadilah mereka memenuhinya dengan makan malam.

"Kapan terakhir kali kita keluar bareng?" Elena membuka obrolan, sambil menunggu pesanan mereka datang, "Setelah bisnin kamu makin berkemebang, kamu jadi sibuk banget"

Dewa tertawa kecil, "Maaf, mau ngeluh tapi ini hal yang bagus bukan?"

"Iya sih, kamu bisa nyempetin ketemu aku aja aku udah seneng kok"

"Such a good girl"

Elena tersenyum manis, "Tapi aku beneran cemburu sama Freya deh"

"Buat apa?"

"Dia bisa lebih sering bareng sama kamu, i mean kalian bahkan tinggal bareng"

"Itu kan cuma perintah dari Papah"

"Tau sih, cuma... aku harus berjuang dua kali lebih keras gak sih? Yah, karna sekarang ada gadis lain di deket kamu"

"Jadi, lo nganggep Freya saingan nih?"

Elena buru - buru mengibaskan tangannya, "Enggak bermaksud, cuman gimana yah..."

"Len, I've told you before," Dewa meraih tangan Elena di atas meja, "Gue gak yakin bisa bales perasaan lo, kita udah temenan hampir satu dekade dan gue bener - bener gak ada kepikiran buat menjadikannya hubungan yang lebih dari itu"

"Iya, iya, kamu udah sering ngomong gitu, tapi aku masih mau mencoba, Dewa" balas Elena, ada sedikit getaran frustasi dalam ucapannya. Bagaimanapun ia sedikit kecewa, karna masih belum berhasil.

"Well, gue minta maaf, kalo pada akhirnya nanti gue tetep gak bisa"

Dewa dan Elena merupakan teman baik, sedari sekolah menengah. Berawal dari hubungan ornag tua yang baik, dilanjutkan juga oleh anak - anaknya. Memang tidak mudah mempertahankan persahabatan antara pria dan wanita, Elena gagal, ia terlanjur jatuh cinta, pada segala hal yang Dewa telah lakukan untuknya meski cowo itu melakukannya atas dasar pertemanan.

Elena tidak mau menjadi orang yang menyesal, ia lantas mengungkapkannya pada Dewa, sempat membuat hubungan keduanya canggung memang karna perasaannya tak selaras. Tapi kemudian mereka mencoba kembali seperti biasa, tapi dengan permintaan agar biarkan Elena mencoba memenangkan hati sahabatnya itu.

Setelah menyelesaikan makan malamnya, Dewa pun bergegas pulang. Kali ini Freya sudah mengabari, dan katanya cewe itu sudah pulang.

Dewa pikir Freya mungkin sudah tidur, tapi ternyata ketika masuk ia justru mendapati Freya yang masih terjaga di depan televisi bersama dengan buku dan laptop.

"Kok belum tidur?" tanya Dewa, ia telah mendudukan bokongnya di sofa empuk itu.

"Gue nunggu lo, sekalian ngerjain tugas"

"Nungguin gue?"

Freya mengangguk, ia mengubah posisi duduknya agar menghadap Dewa, "Lo udah makan?"

Dewa menganggukinya, "Lo sendiri udah makan belum?"

Freya nampak kecewa, membuat Dewa jadi bingung sekaligus panik, "Gue udah masak sesuatu tadi"

Dewa memutar otaknya dengan cepat, memahami situasinya, "M-maksudnya gue baru makan roti, gue gak sempet makan berat karna banyak kerjaan," ujarnya beralasan. Freya memang tidak tahu bahwa Dewa pulang telat karna habis dinner dengan Elena, yang Freya tau Dewa habis lembur.

"Beneran?" Freya kembali terlihat bersemangat sehingga Dewa dapat bernafas lega, "Kalau gitu ayo makan dulu karna gue udah laper banget, sebentar gue ambilin"

"HEH? LO BELUM MAKAN?!"

Freya pergi ke dapur mengambil masakannya untuk ia bawa ke depan televisi, "Belum karna gue masak sendiri, dan gue mau liat tanggapan lo jadi gue gak mau makan sendiri" kata Freya setelah kembali dengan mangkok lauknya, dua piring berisi nasi serta gelas air putih.

Dewa terdiam mendengarnya, ia jadi merasa bersalah. Ini sudah cukup larut dan Freya baru makan sekarang karna menunggunya, sementara dirinya sendiri sudah makan duluan di luar bersama orang lain.

"Sebenernya masakan gue biasa aja sih, cuma ayam kecap pedes sama kentang kering"

"Kata siapa biasa aja? Ini lumayan kok, buat lo yang gak pernah masak" balas Dewa sambil mulai menyiduk lauknya ke piring nasi miliknya.

"Sembarangan banget bilang gue gak pernah masak!"

Dewa tertawa, "Lo kenapa malah diem? Katanya tadi udah laper?"

"Gue mau denger tanggapan lo dulu"

"Dasar!"

"Cepetan!"

Dewa lantas mulai menyuapkannya, mengunyah sambil berpikir komentar apa yang harus ia berikan pada masakan yang kalau boleh jujur rasanya ya biasa saja.

"Melebihi ekspektasi gue sih, lo jago masak juga ternyata," komentar Dewa, mengambil aman tak mau mengomentari rasanya.

Untungnya berhasil, karna Freya langsung tersenyum mendengarnya. Kemudian gadis itu pun mulai mengambil lauk untuk dirinya sendiri.

"Maaf yah gue pulang kemaleman, andai lo bilang kalo lo masak pasti gue pulang lebih cepet," Dewa benar - benar merasa bersalah, kenapa rasanya ia tak becus sekali dalam menjaga Freya?

"Gue masak dari sore, tadinya buat kejutan, tapi terus lo ngabarin mau lembur, yaudah deh"

"Maaf"

"Santai aja elah," Freya menanggapinya dengan santai tak tahu kalau Dewa merasa tak enak hati, "Habisin ya, Kak. Kecuali kalo menurut lo gak enak"

Dewa tersenyum, "Iyaa, enak kok ini" padahal perutnya udah kenyang banget.





Tbc

ajdhksj mff baru update 😓

Savior - [ Hyunsuk × Ryujin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang