11 - Waspada

88 14 4
                                    

yg ini pendek dan sedikit membosankan.

_____________________

Akhirnya acara kencan berkedok nonton antara Freya dan Arkan bisa terlaksana juga setelah sempat tertunda.

Mereka telah menyelesaikan film yang tayang 2 jam itu, setelahnya mereka mampir ke pusat kota untuk sekedar berjalan - jalan. Suasana sore hari begini terasa sangat segar, cuacanya yang lagi bagus membuat matahari yang hampir terbenam memancarkan oranye–nya dengan jelas.

Suasana yang mendukung untuk street date.

"Re, gue mau nanya sesuatu,"

Freya hanya menoleh menunggu Arkan melanjutkan ucapannya.

"Cowo yang waktu itu, beneran Om lo?"

Freya tak tahu harus menjawab apa kali ini. Arkan sudah curiga.

"Bukan gue gak percaya, tapi gue beberapa kali liat lo juga dianter dia, dan dia bahkan ada di apartemen lo waktu lo abis ketabrak, gue paham kalo semisal dia Om lo berarti dia keluarga lo, but isn't it too much? Penampilannya juga gak terlihat bahwa dia udah seusia itu"

Arkan langsung menjelaskan panjang lebar berdasar pendapatnya. Freya tidak bisa mengelak lagi, ia menghela nafasnya kemudian berucap, "Emang bukan Om gue, maaf"

Arkan terlihat tidak terlalu terkejut, antara sudah menduganya atau mungkin ia berhasil mengontrol ekspresinya.

"Gini, gimana ya, pokoknya ada sesuatu hal yang gak bisa gue ceritain, tapi serius gak ada apa - apa antara gue sama dia, yah dia udah kaya abang buat gue" lanjut Freya menjelaskan.

"Kenapa lo gak bilang dari awal aja?"

"Waktu itu gue lagi buru - buru, dan waktunya belum tepat juga," Freya bahkan masih belum tau jelas siapa Dewa waktu itu, "Maaf yah, gue beneran gak bermaksud bohongin lo, gue cuma takut akan reaksi lo"

Arkan mengangguk, "Gak apa, apapaun alasan lo, gue paham kok"

"Makasih"

Arkan adalah cowo paling pengertian kayaknya. Atau karna sudah jatuh cinta, segala hal tentang Arkan jadi dinilai bagus oleh Freya.

Sore itu mereka menghabiskan waktu berdua. Mulai dari jajan - jajan, melipir ke toko kecantikan atau sekedar nongkrong di alun - alun. Semuanya aman, sampai ketika Freya mendapatkan kertas yang lain lagi, kali ini ia temukan di selipan uang kembalian saat ia sendirian membeli minum.

Freya sempat kembali untuk mengecek pedagangnya lagi, orangnya sudah berbeda! Gila, Freya jadi takut sekarang, karna kali ini ia berhasil bertemu langsung meski kemudian gagal menangkapnya. Sayangnya ia tak tahu wajahnya karna orang tadi menggunakan masker.

Freya cuma bisa menggeram, kembali menghampiri Arkan sambil membuka lipatan kertasnya.

  

Have fun?

    

Singkat. Tapi bikin Freya kepikiran banyak hal. Apalagi pesan lalu, pesan yang terakhir kali, terkesan mengancam.

Mengancam... Benar! Gimana kalau terjadi sesuatu pada Dewa?!

"Freya? Lo kenapa?" Arkan menyadarkan Freya yang sempat terhenti langkahnya, Arkan tentu bingung melihatnya. "Ada sesuatu?"

Freya meremas kertasnya dengan cepat, ia tersenyum dan menggeleng, "Enggak kok"

"Emm, Arkan, pulang sekarang yuk?" secara tiba - tiba Freya meminta pulang, padahal rencananya mereka mau lanjut ke taman setelah gelap karna view taman di malam hari cukup indah dan romantis.

Arkan yakin ada sesuatu yang mengganggu Freya, tapi Arkan memilih untuk tidak menanyakannya, alhasil ia mengangguki permintaan sang gadis.

Dalam perjalanan pulang, Freya sibuk menatap ponselnya, gadis itu terlihat tak fokus bahkan saat sesekali Arkan ajak mengobrol.

"Makasih ya Arkan buat hari ini, gue seneng banget, tapi maaf kita gak jadi lanjut ke taman" ujar Freya setelah ia sampai di depan apartemennya.

"It's okay, kalo ada sesuatu hubungin gue ya?"

Freya terkesiap sesaat. Arkan memahaminya, tapi cowo itu tak banyak bertanya dan dengan senang hati langsung menawarkan bantuan. Cowo baik mana lagi yang bisa sepeka Arkan?

Freya lantas tersenyum, ia mengangguk, "Hati - hati"

Setelah Arkan dan mobilnya melaju tak terlihat lagi, Freya segera menyetop taxi yang lewat. Dewa belum pulang katanya, jadi Freya akan menyusulnya langsung ke kantor untuk memastikan.

Tanpa bilang ke Dewa kalo ia mau menyusul.

Ternyata, setelah ia mengetok pintu dan dipersilahkan masuk, ada Elena juga di sana. Bersama Arkan, keduanya nampak sedang mengobrol di sofa kecil yang tersedia di ruangan itu.

Freya jadi tidak enak hati, apa ia sudah menganggu?

"Freya?! Kok gak bilang mau kesini?!"

Dewa kaget, Freya jaid ikutan kaget sekaligus bingung, "M–maaf, gue ganggu ya? G–gue balik deh," Freya buru - buru menutup pintunya lagi, menyesali keputusannya untuk datang. Ah, harusnya tidak usah kesini, toh kalau ada apa - apa Dewa pasti mampu melindungi dirinya sendiri.

Pintu di belakangnya kembali terbuka, Dewa terlihat keluar bersama dengan Elena juga. Freya hanya mampu memberikan senyumnya sebagai sapaan pada Elena.

"Silahkan, gue udah selesai kok sama Dewa." kata Elena sebelum ia berjalan pergi meninggalkan Freya dan Dewa berdua.

"Jadi, kenapa lo tiba - tiba kesini? Gak bilang - bilang pula"

Freya nyengir, tak tahu harus menjawab apa atas pertanyaan Dewa.

"Gue gak bisa bilang tentang kertasnya, tapi gak masalah kan kalo gue bilang ada yang ngikutin? Seenggaknya biar dia juga bisa sedikit waspada"

Freya merasa idenya barusan boleh juga. Sehingga ia menarik Dewa masuk ke ruangan untuk membicarakannya. Bahkan Freya juga memimpin agar mereka duduk di sofa.

"Gini Kak," Freya menarik nafasnya mempersiapkan kata - kata, "Gue ngerasa ada yang ngikutin gue, jadi gue nyari lo, biar lebih aman aja"

"Lo yakin 'ngikutin lo' ?" tanya Dewa memastikan dengan penekanan kata.

"Ini yakin banget serius!"

Dewa mengangguk - angguk paham, "Tapi gak macem - macem ke lo kan?"

"Enggak kok, semoga aja gak bakal, apalagi gue punya lo disini, pasti aman kan?"

Dewa tersenyum lebar, merasa bangga dengan dirinya sendiri, "Jelas! Lo tenang aja," sombongnya seraya mengusak rambut Freya.

"Jadi, kerjaan lo selesai kapan?"

"Hmm, lo pengen pulang ya?"

"Gak juga sih, cuman gue bakal gabut nungguin lo kerja" Freya bahkan sudah terkulai lemas bersandar ke sandaran sofa.

"Hahaha, gue selesaiin di apart aja deh"

Freya tersenyum menunjukan deretan giginya, "Maaf yah nyusahin, makasih kak!" gadis itu bahkan melayangkan Flying kiss nya untuk Dewa. Sementara Dewa cuma bisa tertawa menanggapinya.






Savior - [ Hyunsuk × Ryujin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang