4 . MRS. PERCOCET

194 31 25
                                    

Pagi hari di pegunungan Oregon terasa begitu menakjubkan. Jimin yang terbangun dengan perasaan datar cukup terhibur melihat pemandangan indah di balik jendela. Meski amarahnya pada Hoseok kemarin malam belum sepenuhnya hilang. Pengawal itu akan ia beri pelajaran suatu saat nanti. Kini, Jimin tengah memakai pakaian sama yang ia kenakan kemarin. Rambut biru berkilaunya tampak basah karena ia baru saja selesai berendam air hangat dan membersihkan diri beberapa menit lalu.


Piyama satin dan penghangat ruangan yang tersedia cukup membuat Jimin nyaman saat beristirahat semalam. Namun pria itu menolak saat pelayan Kendrick sempat menawarkan jas yang dilengkapi lapisan penghangat di dalamnya untuk dikenakan hari ini. Padahal Jimin hanya perlu menunggu selama satu jam hingga jas itu selesai dirombak agar sesuai dengan ukuran tubuhnya.

Jimin hendak mengambil pengering rambut, namun lagi-lagi ketukan pintu terdengar. Membuatnya sontak berdecak lantas segera membuka pintu dengan perasaan geram. Pria itu sudah mendapat dua ketukan pintu pagi ini. Dan semua berasal dari pelayan pria yang menawarinya banyak fasilitas dengan cara berlebihan. Mungkin semua akan terasa berbeda jika pelayan wanita yang datang kemari, Jimin bisa bersenang-senang dengan sedikit menggodanya.

Dan sekarang Jimin terpaku.

Karena Canary berada di depannya.

Wanita bertubuh sintal itu melenggang masuk tanpa ragu. Membiarkan Jimin yang kini melongo dengan satu tangan bertumpu pada dinding di dekat pintu. Di detik berikutnya, pria itu mengerjap. Lantas melangkah untuk meraih tubuh Canary dengan jemarinya. Jimin berani melakukannya secara lancang dan sadar. Karena tatapan Canary benar-benar menggoda sekaligus menyambutnya.

"Selamat pagi, Black Swan." Canary melingkarkan tangannya di leher Jimin seraya menatapnya dengan lekat. "Bagaimana tidurmu? Kau beristirahat dengan baik?"

Jimin mengangguk, balas menatap Canary seraya tersenyum. "Dengan memimpikanmu."

Canary membalas senyuman manis itu. Raut wajah Jimin saat menatapnya benar-benar membuat candu. Kedua matanya terlihat semakin kecil saat tersenyum, namun memancar dengan berani dan penuh dengan dominasi. Sejak awal melihatnya, Canary tahu jika Jimin akan memberikan sensasi yang unik untuk fantasi liarnya. Jarak mereka semakin tipis. Jimin kian mendekatkan wajahnya hingga hidung mereka saling bersentuhan.

Lalu ciuman itu hadir.

Dengan Canary yang memulainya.

Akhirnya Canary berhasil menyulut api yang semula tersembunyi dalam benak masing-masing. Ciuman itu menyatu penuh gerak, memberi pagutan sensual hingga saliva mereka saling tertukar. Deru napas mengiringi rasa panas yang tiba-tiba menjalar. Jemari Jimin bergerak, meraih sebilah bokong Canary yang begitu padat lalu meremasnya dengan lembut. Membuat wanita itu terkekeh di balik ciuman mereka yang terus merapat.

"Aku akan menunggumu kembali."

Dan bisikan serak itu membuat Jimin semakin bersemangat untuk segera menuntaskan misi pertamanya.





⬛⬛⬛



Keindahan New York masih tampak sama di mata Jimin.

Pria itu telah sampai di kota kesukaannya. Kota yang ia anggap sebagai rumah. Jimin memang menetap di New York beberapa tahun belakangan. Ia tinggal di sebuah perumahan yang tenang sekitar Tribeca. Setelah menempuh beberapa jam penerbangan, pria itu akhirnya kembali menghirup udara busuk metropolitan New York yang entah mengapa terasa menenangkan.

Misi pertama Jimin akan dilakukan hari ini juga. Karena ia tidak sabar ingin kembali ke Oregon untuk menemui Canary. Pria itu mulai memasuki toko pakaian terdekat untuk memulai penyamaran. Target pertamanya adalah seorang mahasiswi yang berkuliah di New York University. Berambut cokelat terang, bermata hazel kehijauan dan memiliki senyum yang indah. Jimin yang kini tengah berganti pakaian di ruang ganti sempat menghela napas. Kembali mengingat nama gadis itu yang sudah ia hafal di luar kepala.

The Tales of Black Swan [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang