6 . BAD KIND OF BUTTERFLIES

167 28 29
                                    

Jimin memasuki ruang kerja Kendrick dengan tenang. Lalu duduk di depan pria itu yang sudah menunggunya sejak beberapa menit lalu. Kepulan asap dari cerutu yang dinyalakan Kendrick menguar di udara, seakan menghiasi ruangan dan memberi aroma tersendiri pada penciuman Jimin.

"Target berhasil dimusnahkan. Tapi ada beberapa kepolisian yang berjaga di sana. Aku datang terlambat jadi tidak bisa memotret jasadnya."

"Tidak apa-apa." Kendrick mengisap cerutunya lamat-lamat sebelum kembali bicara, "Kerja bagus. Lagi pula dia hanya target yang tidak berguna."

Jimin mengangguk seraya menyesap segelas cokelat panas. Pria itu menolak diberi sampanye hari ini. Diam-diam, ia melirik Kendrick yang kini tengah sibuk menggulir sesuatu di iPadnya. Sejujurnya Jimin merasa kecewa atas hasil dari misi keduanya. Selain cara membunuhnya yang terlalu mencolok, Jimin tidak menyangka jika publik akan merespons terlalu cepat di saat ia hanya membunuh orang biasa. Bukan pejabat atau semacamnya.

Saran Blanca malah menjebaknya.

Hanya karena ingin bermain-main dengan eksperimen racun dan peluru baru.

"Sepertinya ini terlalu ramai." setelah sibuk membaca berbagai artikel mengenai kematian Leonardo di internet, Kendrick menatap Jimin dengan raut yang sulit ditebak. "Padahal kita belum menikmati hidangan utama."

"Pembunuhan kali ini kulakukan atas saran Blanca."

"Si gila itu." Kendrick tersenyum kecut. "Dia memang suka cari perhatian."

Jimin memejamkan mata. Setelah ini ia bersumpah akan memarahi Nam atau menghubungi Blanca untuk memakinya. Jimin paling benci dipermalukan seperti ini. Jimin benci jika kinerjanya disepelekan. Meski reaksi Kendrick tidak terlalu frontal, namun kelakarnya yang terlihat santai dan dingin membuat Jimin tidak nyaman. Terkadang ia tidak mengerti dengan keinginan klien yang tidak masuk akal dan menuntut kesempurnaan. Di saat yang ia lakukan adalah mengambil nyawa orang lain.

Hal itu tidak mudah, bukan?

"Teror yang Anda inginkan tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat." usul Jimin kemudian setelah berpikir cukup lama. Pria itu memang menyiapkan usulan tersebut sejak semalam. Bahkan Jimin tidak tidur selama perjalanan ke Oregon pagi tadi. "Kurasa ini terlalu cepat. Bukankah Anda ingin teror mengerikan yang membekas untuk target, Tuan Kendrick?"

Kendrick terdiam. Raut wajahnya terlihat berubah, membuat Jimin menduga jika Kendrick setuju dengan usulnya. Pria berambut afro itu tampak berpikir sejenak, menimbang, hendak bicara namun urung. Seketika Jimin melihat sesuatu yang janggal dari ekspresi wajahnya. Sebagai seorang pembunuh bayaran yang terlatih untuk menyamarkan hawa kehadiran, Jimin sangat peka akan respons orang-orang.

Kendrick terlihat menyembunyikan sesuatu.

"Kau benar,"

Jimin menaikkan satu alis saat Kendrick menjawab secara tiba-tiba. Jika ini berhubungan dengan misinya dan Blanca, sesuatu yang tersembunyi itu harus ia ungkap sewaktu-waktu.

"Bagaimana jika kau kembali saat musim semi?"

"Awal musim semi?"

"Tidak, pertengahan saja." Kendrick bersandar di kursi kerjanya lalu kembali mengisap cerutu yang tersisa setengah. "Kau sudah membunuh anak perdana menteri, mahasiswi rasis, lalu pria botak dalam kurun waktu kurang dari seminggu. Kau belum libur, kan?"

Jimin menghela napas.

"Blanca terlalu mengandalkanmu."

"Hak istimewa yang kumiliki rasanya melelahkan."

The Tales of Black Swan [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang