16 . HOW DEEP IS YOUR LOVE?

162 17 10
                                    

🐨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐨

Hari itu, Nam baru saja menikmati sisi terang dalam dirinya saat mengagumi karya seni. Setelah berhasil menjalankan misi kecil di Chicago, Nam berkeliling ke berbagai pameran karya seni. Memuja keindahan serta menikmati esensinya dengan begitu dalam. Di balik sisi kelam kehidupannya, Nam merasa jika menyelami suatu hal yang disukai cukup berhasil membuatnya memiliki keinginan untuk bertahan hidup. Setidaknya, hanya untuk menikmati cat kering dalam lukisan serta klasiknya barang antik.

Nam ingat sekali saat ia kembali ke hotel tempatnya menginap. Pria itu menjalani rutinitas malam sebagai mana mestinya dengan membuat kopi dingin lalu bersiap membuka novel baru yang dibelinya tadi siang. Cairan kelat yang dipenuhi es itu baru ia sesap sedikit sebelum beralih pada novel The Stranger karya Albert Camus. Nam sudah sangat antusias untuk membaca halaman pertama hingga dering ponselnya terdengar tiba-tiba. Jika bisa memutar waktu, Nam tidak ingin mengangkat panggilan itu dan mendengar sebaris kalimat yang praktis membuatnya tercekat.

"Orca, aku ingin berhenti."

Sudah diduga.

Nam tahu jika ujungnya akan berakhir seperti ini. Novel The Stranger yang berada di pangkuannya kini nyaris jatuh ke lantai. Pria itu terpaku dengan satu tangan menyangga ponsel ke telinga. Keheningan merayapi atmosfer di sekitarnya. Nam tergagap sebentar. Hingga pria itu hanya bisa menyangkal sebagai bentuk protesnya.

"Aku tidak mengerti maksudmu."

"Orca"

"Apa yang kau bicarakan?"

"Aku tidak sanggup melakukannya."

Dari suaranya, Jimin terdengar putus asa. Membuat Nam menghela napas dengan perasaan sesak. Firasat buruk serta pertemuan mengerikan yang terjadi terakhir kali telah menyimpulkan semuanya. Jimin sudah jatuh terlalu dalam. Sebagai partner kerjanya, seharusnya Nam bisa lebih peka dalam memantau pria itu. Namun di sisi lain, Nam cukup percaya pada kemampuan Jimin. Lalu kemana perginya kemampuan itu? Kenapa Jimin begitu payah? Kenapa Jimin terdengar ... lemah? Apa yang sudah dialami oleh Jimin hingga pria itu memutuskan untuk menyerah? Rasanya Nam ingin ikut terjun dalam misi besar itu untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi.

"Jangan main-main, Black Swan."

"Orca, tapi ... aku tidak bisa."

"Lalu kenapa kau menyanggupinya?! Aku sudah bilang berkali-kali bahwa ini tidak akan mudah! Akan lebih baik jika kita mati di tangan Miguel daripada seperti ini!"

"Ini salah, Orca. Kau tahu itu," terdengar helaan napas Jimin di seberang sana. "Aku ... aku ingin melindunginya."

"Apa maksudmu?" Nam mengernyit lantas menggeleng tak percaya. "Apa kau baru saja mengajakku untuk berkhianat?!"

The Tales of Black Swan [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang