0.2

1.3K 81 3
                                    

Osaka, Jepang 

Jam menunjukkan pukul sebelas malam , suara kuku yang mengetuk meja terdengar jelas di malam yang cukup sunyi ini . Si pelaku _ Lee Taeyong _ saat ini sedang resah menunggu anak pertamanya pulang ke rumah.

 Setelah cukup lama menunggu akhirnya terdengar suara pintu terbuka, ia pun segera mengalihkan atensinya ke arah pintu. Dan benar saja sekarang bisa ia lihat putra sulungnya memasuki rumah dengan berjalan se pelan mungkin, seperti seorang maling yang akan melakukan pekerjaannya. Sepertinya putranya itu tidak sadar jika sedari tadi ia memperhatikan apa yang dia lakukan.

" Mark "

Pemuda yang di panggil Mark itu berhenti dan mematung seketika, sepertinya ia tidak menyangka jika ada yang akan menangkap basahnya, apalagi yang menangkap basahnya adalah orang yang paling ia hindari. Dan orang yang menjadi alasan ia pulang dengan cara mengendap endap seperti itu.

 " Dari mana saja? Kenapa baru pulang sekarang? " Setelah mematung beberapa saat akhirnya suara Taeyong yang memecahkan keheningan membuatnya kembali tersadar.

 " Kerja kelompok untuk presentasi Minggu depan" Mark mencoba menjawab setenang mungkin.

 Taeyong menghela nafas panjang. Bohong! yang di katakan Mark itu bohong,Taeyong sudah tau semuanya. Alasan kenapa Mark pulang semalam ini, dan itu adalah alasan yang sama kenapa ia menunggu Mark pulang. Ia kecewa, dan sekarang ia lebih kecewa lagi karena putranya itu telah berbohong.

"Jangan bohong Mark, bubu sudah tau semuanya"

" Apa maksud Bubu? Untuk apa aku berbohong?" Mark semakin khawatir melihat ekspresi wajah Bubunya yang jauh dari suasana hati yang baik baik saja. 

 Sudahlah. Sepertinya putranya itu tidak akan mengaku . Tanpa basa-basi lagi ia menaruh apa yang sedari tadi ia taruh di sebelahnya ke meja di depannya. Mark kembali membeku,ia tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya melihat apa yang di taruh Taeyong di atas meja. Surat lamaran pekerjaan yang akan segera ia ajuka, dan amplop putih yang di dalamnya masih ada uang gajinya. 

 Mark melihat bubunya itu dan barang di atas meja secara bergantian. Sekarang Mark mengerti kenapa ekspresi bubunya terlihat tidak baik-baik saja, bubunya sudah tau kalau ia mengambil pekerjaan paruh waktu. Bubunya ini tidak pernah suka jika ada anaknya yang bekerja paruh waktu.

 " Apa maksudnya itu Mark Jung? Kau bekerja? Kenapa? Apa uang yang bubu kasih masih kurang? Atau apa kau ingin beli sesuatu? kenapa kau tidak menatakan pada Bubu? "

 " ......... "

Tidak ada jawaban. Mark tau ini pasti akan terjadi. Tapi kenapa secepat ini? Ia bahkan belum menyiapkan jawaban apapun jika hal seperti ini terjadi.

" Kenapa diam? Jawab bubu Mark Jung! JAWAB!" 

" Bukan gitu Bu... "

Taeyong menghembuskan nafas kasar " terus apa? Bubu tau, bubu belum bisa memberikan apapun untuk kamu dan  Jeno! Tapi bubu selalu melakukan apapun agar kebutuhan kalian terpenuhi! Bubu cuma mau kalian belajar! Itu aja! Sekarang kamu bekerja! Melakukan hal yang seharusnya bubu lakukan bukan kamu! Bubu merasa seperti semua kerja keras bubu tidak dihargai!"

" Mark cuma ingin membantu bubu" Mark berusaha menahan kesabarannya. Ia sungguh hanya berniat untuk membantu bubunya , itu saja tidak ada niat lain. ia tidak tahu kalau Bubu akan semarah ini.

" BUBU GAK PERLU BANTUAN KAMU!! " entah karena kesabarannya telah habis, Taeyong mengambil amplop putih berisi uang dan melemparkannya hingga semua isinya berserakan.

 Mark menatap nanar hasil kerja kerasnya yang sekarang berserakan di lantai, hatinya sakit, ia merasa sangat tidak di hargai, tubuhnya bergetar menahan semua yang ada di hatinya.

" Sekarang kamu masuk ke kamar! Mulai besok kamu gak usah pergi kerja lagi!" 

 Mark menatap Bubunya sambil tersenyum Mering, egonya benar benar terluka" Gak! Mark tidak akan berhenti kerja!"

 " Mark..."

" Kalau bubu tau ! Niat Mark itu cuma mau bantu bubu,itu aja! Mark gak mau bubu kecapean! Mark cuma kasihan sama Jeno yang udah kangen banget sama bubu. Bubu sadar gak kalau sekarang kita udah jarang banget ketemu, bahkan kadang seminggu kita cuma bisa lihat bubu dua kali. Mark cuma berpikir kalau Mark bantu bubu, bubu bisa lebih santai dan ngeluangin waktu buat kita setidaknya kita bisa ketemu setiap hari meskipun cuma pagi aja. Kita kangen sama bubu " setelah mengatakan itu semua Mark segera masuk ke dalam kamarnya. 

  Sekarang Taeyong tertegun, semua rasa marahnya hilang entah kemana ,yang ia rasakan saat ini adalah perasaan bersalah. Ia tidak tau ternyata itu yang di rasakan anak anaknya. Ia cuma ingin membuat anak anaknya hidup tanpa kekurangan, tapi karena keinginannya itu tanpa sadar ia sudah cukup jauh dari ke dua putranya, bahkan membuat mereka merasakan hal seperti ini.

 Tanpa Mark dan Taeyeon sadari ada seseorang yang memperhatikan mereka dari balik pintu kamarnya. Orang itu melihat semua pertengkaran Mark dan Taeyong tanpa sadar air matanya keluar, ia tidak suka pertengkaran seperti ini. " Ini semua karena papa" gumamnya lirih.

             
                          __________

Mark duduk di tepi kasur, ia belum keluar dari kamar sejak pertengkarannya dengan Taeyong kemarin, ia hanya melakukan apapun yang ia bisa di kamar. Dan sekarang ia sedang duduk bersebelahan dengan adiknya tanpa berbicara sepatah kata pun.

 " Aku tau kemarin kau bertengkar dengan bubu" setelah beberapa saat Sama sama diam akhirnya Jeno membuka percakapan.

 "Ah.. ternyata kau tau " jawab Mark seadanya 

" Hyung tau apa yang aku pikirkan saat itu?" Jeno menjeda kalimatnya, ia menoleh sebentar ke arah Mark. Memastikan kakaknya itu tertarik dengan percakapan ini atau tidak. Kakaknya sekarang menoleh ke arahnya  seperti menunggu apa yang akan ia katakan mungkin ia cukup tertarik " kau tau kan aku sangat benci pada papa? Aku pikir semua keadaan kita ini karena papa. Tapi setelah melihat pertengkaran mu dan bubu kemarin, aku berpikir mungkin aku bisa menerima papa lagi sekarang. Asalkan dia bisa membuat bubu bahagia" 

 Mark sedikit bingung dengan kata kata adiknya itu" jadi apa maksudmu? " 

 Jeno tidak langsung menjawab ia merebahkan badannya di kasur lalu menatap lurus ke depan " ya maksudku itu semua kan masalah Dulu, jika sekarang papa ingin memulai semuanya dari awal dan berjanji membuat bubu bahagia, aku bisa belajar memaafkannya meskipun pasti akan susah "

 " Memannya apa yang membuatmu berpikir seperti itu?  "

" Aku hanya tidak ingin tinggal di tengah tengah perang dingin seperti ini, jika bubu dengan papa kembali mungkin semuanya akan lebih baik, bubu juga tidak akan bekerja keras seperti ini "

Mark ikut berbaring di sebelah Jeno" bukan itu, maksud ku kenapa kau berpikir jika bubu dan papa akan kembali. Kenapa kau tidak berfikir jika bubu akan lebih memilih menikah lagi?" 

 Jeno mengangkat bahu, dia juga bingung kenapa ia berpikir seperti itu " entahlah aku hanya berpikir begitu"

The Jung's (Before Happy Ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang