Page Twenty Nine

1 0 0
                                    

Maria sangat kaget rupanya dia kembali mendapatkan panggilan telepon Lala, adiknya. Biasanya yang akan sering menghubungi dirinya adalah ibunya. Mungkin saja baterai ponsel ibunya habis hingga harus meminjam ponsel Lala. Tapi, kenapa juga harus telepon di pagi-pagi buta begini? Adalah sesuatu yang sangat penting sehingga panggilan ini harus berdering berulang kali. Tapi Maria merasa sangat khawatir, bagaimana kalau andaikan ibunya mengulangi percakapan seperti kali lalu. Akan sangat susah jika saat ini dia bisa mengendalikan situasi, kekhawatiran terlihat sangat jelas di wajahnya. Daripada berdiri menganga tak menjawab telepon, Maria pun mengangkat telepon itu berharap semoga ada sesuatu yang baik atau buruk yang mungkin harus dia ketahui.

"Maria, akhirnya kamu mengangkat teleponku juga. Aku tadi sempat khawatir kamu tidak akan menjawab panggilan ini karena kesibukan kamu. Kamu sepertinya harus tahu kabar ini sekarang." Maria tertegun dengan suara Lala yang terlihat lega mendengarkan suaranya seolah ini adalah panggilan penting yang harus dia dengarkan, namun dia sedikit khawatir karena panggilan ini sepertinya sangat menggangu dirinya. "Jadi aku harus langsung ke intinya, ya. Ibu tadi pingsan dan sekarang dia terbaring lemah di rumah sakit. Untung ada aku jadi bisa melakukan tanggap darurat. Tapi kamu tidak perlu risau karena ibu mendapatkan perawatan yang tepat dari dokter. Aku harap dengan menghubungi kamu tidak membuat kamu khawatir dan cemas, ya, karena saat ini ibu sedang dalam masa pemulihan."

Maria langsung meneteskan air mata karena untuk saat seperti ini dia tidak ada di samping ibunya yang harus dia rawat. "Astaga, kalian kenapa melakukan hal seperti ini di saat aku tidak ada di samping kalian? Lala, pokoknya kamu harus menjaga ibu dan jangan biarkan dia kelelahan. Bagaimana bisa ibu bisa drop seperti itu? Sudahkah kamu meminta ibu untuk cuti karena untuk saat ini aku sangat kasihan dengan ibu."

"Aku sudah bilang kepadamu. Ada aku yang bisa mengurusnya. Lagipula aku adalah adik perempuan kamu yang sekarang sudah bisa kamu andalkan."

Ya, di seberang telepon sana, ibu Maira yang mendengarkan percakapan mereka terlihat sangat tidak kuasa mendengarkan suara pilu putrinya karena dirinya yang tidak berdaya. Untuk mengatasi ini, Ibu Maira meminta ponselnya Lala supaya dia bisa berbicara dengan Maria. Tentu, Ibu Maira harus mengalihkan suasana agar putrinya tidak khawatir.

"Kamu tidak perlu khawatir, kamu seperti tidak tahu ibu saja. Oh ya, apakah nenek ada di sampingmu. Ibu bisa mendengarkan suara vas jatuh dari dekat kamu," ucap Ibu Maira yang di respon cepat oleh Maria. Ibu Maira sebenarnya sengaja melakukan hal ini karena dia mendengarkan  suara benda jatuh itu dengan sangat jelas. Alasan Ibu Maira menanyakan hal ini karena dia hanya memastikan saja kalau anaknya berada di tempat lain dan video yang Ibu Maira curigai itu terbukti benar, tapi bagaimana kalau beneran nenek? Sepertinya Ibu Maira hanya akan membuat keluarganya makin sedih.

Sementara itu, Maria terperanjat karena melihat Tania yang tidak sengaja menyenggol lampu meja pada saat Tania ingin mengambil masker wajahnya. Ini sangat gawat, kalau seperti ini maka seluruh kebohongannya akan terungkap dengan sangat jelas dan kalau sudah seperti ini maka impiannya akan kandas. Padahal dia sudah berjuang keras sampai sejauh ini.

Tania yang sedari tadi tidak mempedulikan Maria tadi langsung bertindak. Tania pun mengambil ponselnya seperti ingin melakukan sesuatu. "Hei, kenapa di saat seperti ini kamu bisa jatuh sakit. Seharusnya kamu bisa memperhatikan jam kerja milikmu. Jangan terlalu candu akan pekerjaan kamu itu memangnya kamu tidak kasihan dengan putri-putri kamu," ucap Maria yang seketika panik bukan main karena ulah Tania. Dirinya sangat syok, entah drama apa yang bakalan terjadi.

Ibu Maira kaget bukan percaya karena ternyata dia mendengarkan suara nenek yang sangat khas. Ibu Maira sungguh ibu yang sangat buruk karena dirinya telah menuduh putrinya yang macam-macam sehingga beginilah yang terjadi. Daripada ini berkepanjangan, ibu Maira langsung menutup teleponnya dan langsung menutup wajah menahan malu. Untuk saat ini cari waktu yang pas agar ibu Maira bisa kembali menelepon mereka.

Maria menepuk jidatnya karena akhirnya dia paham betul dengan situasi ini. Sebagai bentuk penyelamatan dirinya supaya tidak ada masalah baru karena kebohongan putihnya Maria, Tania membantu Maria dengan mengunduh aplikasi pengubah suara yang bakalan terhubung dengan kontak telepon. Pada saat itu Maria pernah merekam suara neneknya yang sekarang tersimpan di file audionya yang akhirnya suara itu di edit oleh Tania di aplikasi pengubah suara hanya untuk jaga-jaga dan akan digunakan jika di perlukan. Jadi, itu berarti Tania berhasil menyelamatkan Maria dari situasi yang berbahaya ini. Maria sangat berterimakasih namun untuk saat ini dia heran dengan Tania yang membantu dirinya tiba-tiba. Apakah ini adalah niat yang tulus ataukah bentuk keterpaksaan? Yang jelas Maria bingung dengan perubahan sikap Tania ini, tapi yakinlah sepertinya akan ada kedamaian yang datang untuknya.

"Kenapa kamu tiba-tiba menolong aku. Memang sih kamu tahu bagaimana memutar situasi karena hanya kamu saja yang bisa menggunakan penggubah suara itu. Apakah ada alasan khusus kamu mau menolong diriku?" Maria bertingkah manja karena hal seperti ini yang dia gunakan untuk meluluhkan hati temannya ini. Sudah pasti inilah yang Maria harapkan dari tadi.

"Aku melakukan ini tidak ada alasan khusus. Semua ini karena hati nuraniku ini yang melakukannya. Jadi kamu jangan berpikir yang macam-macam," ucap Tania dengan nada yang canggung. Namun, Maria bisa membaca dengan sangat jelas bagaimana temannya ini.

Karena Tania agak gengsi, Maria pun inisiatif memeluk temannya itu dengan erat kemudian mengatakan sesuatu yang keluar dari hatinya yang sangat tulus. "Tania, bisakah kamu memaafkan aku. Maaf atas segala keegoisan serta kegengsian dari aku. Aku tak mau semua ini jadi panjang. Lagipula untuk saat ini kami berdua saling membutuhkan satu sama lain.

(Un) Perfect LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang