LION 8

0 1 0
                                    

"Lo di hukum bu Suli?" Raka

"Iya!"

"Kok bisa?"

"Bisa lah kan ketauan"

"Bu Suli tau lo Anis?"

"Bukan gitu maksudnya tuh!"

"Sorry ya lo harus berdiri di lapangan kemaren"

"Gak papa Di salah aku juga keceplosan"

"Lagian si"

"Apa!?, eh kita jadi liat Lion kan?"

"Jadi, mau sekarang?"

"Ayok!"

Jogging pagi berakhir dengan rencana pergi mereka melihat Lion semoga sekarang dia baik-baik saja.

Mobil Aldi terparkir anggun di tempatnya mereka turun menyusul ke ruangan Lion

"Nomor berapa?"

"21" Beni

"Oke"

Anis menggesekan kartu di depan pintu ruangan yang mereka tuju Beni masuk lebih dulu menyapa temannya itu yang di sapa hanya menoleh tak peduli

"Lho Zahra?"

"Hai Ben, lo sama siapa aja?"

"Gue sama Aldi sama Raka"

"Ohhh mana?"

Zahra mengangkat kepalanya ke belakang Beni tersenyum pada Lion

"Tuh kan Li temen-temen lo dateng"

"Gua pikir lo semua lupa sama gua!"

"Li gak usah keterlaluan lo!" Aldi

"Lion mana?"

Anis mendesak maju menyerempet bahu Beni menatap sayu lelaki di depannya

'Ini Lion?'

"Itu siapa Ben?"

"Hai aku Anis"

"Anis?"

"Iya!"

Anis menjawab mantap biarlah orang-orang kini tahu tentangnya yang penting mereka menganggap keberadaannya sekarang

"Ra lo jangan halu!, lo liat siapa?"

"Li itu Anis?"

Lion menoleh ke samping matanya mulai berair Anis menatap penuh harap apa? Apa Lion melihatnya sekarang, apa Lion percaya sekarang? tapi tidak itu bukan air mata yang ia harapkan itu air mata kebencian

"Li"

"PERGI!!!"

"kamu kenapa?"

"GUA BILANG PERGI!, LO BEDEBAH SIALAN BAJINGAN PERGI!, JANGAN GANGGU GUA LAGI!!!"

"Lion kamu sakit?"

"LO UDAH MATI SIALAN!!"

"Lion?"

Baru saja Anis hendak memajukan langkahnya Lion segera menggapai Vas bungga kaca di sampingnya itu siap melayang kapan pun ia mau

*PRANNKKK!*

Hancur tapi itu tidak mengenai Anis tidak ada lecet sedikitpun tapi

"Dilan?"

"Jangan deket-deket sama iblis!"

"Kamu ngapain?"

"Gua? Gua jemput lo Nis"

"Enggak!"

LION!!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang