03. Teh Hijau

16 4 15
                                    

Zeline tengah sibuk membuat kopi di dapur. Hari ini, ia berniat begadang guna menuntaskan segala laporan yang telah ia buat. Dirinya sudah menemukan topik untuk membuat laporan, tinggal mengetik dan beres deh. Ia malas jika harus menunda nunda pekerjaan. Nantinya dia juga yang susah. Banyak perkerjaan, banyak tenaga yang harus ia kerahkan. Magerr.

"Eh Zeline, belum tidur?" Sapa Ghea, ketika melihat Zeline masih sibuk dengan mie dan air panas. Selain membuat kopi, Zeline juga berniat membuat mie instan. Kemarin mereka baru saja patungan dan membeli banyak banyak stok mie instan, sayang jika tidak dimakan. Ini kan uang.

"Belum nih, lo sendiri belum tidur?"

"Belum, aku masih mau maraton drakor, makanya ambil beberapa cemilan. Ga apa apa kan kalo aku bawa sebagian?"

"Ga apa apa. Kan kita juga patungan buat beli bahan bahan makanan. Semua yang ada disini adalah milik kita bersama." ucap Zeline, mengaduk ngaduk mie enak cupnya. Ughh baunya terasa semerbak, candu sekaliii.

"Iya, Zel. Zeline begadang mau nugas ya?" terka Ghea, menutup kembali pintu kulkas setelah beberapa menit berkutat dengan benda dingin itu. Mengorak ngarik makanan yang ingin dirinya makan. Tak apa, mereka memang patungan membeli bahan makanan. Ghea melakukan itu juga tidak ada yang merasa keberatan.

"Iya nih. Gila yaa, deadlinenya mepet banget. Memang harus begadang ini. Mana nyari topiknya susah lagi, reflek mau pindah jurusan."

"Ga ada kuliah yang gampang atuh, Zel. Jalanin aja yaa. Ganbatte Zeline-chan!" sorak Ghea, mengangkat kedua tangan ke udara.

"Bull, katanya mau lihat drama korea bareng? Jadi engga?" Kepala Elvan tiba tiba saja terlihat menyembul dari balik pegangan tangga. Pegangan yang biasanya di pinggir tangga itu loh, tau kann?

"Iya a, aku mau isi air duluu." Ghea buru buru mengambil botol dan mengisi air putih ke dalamnya

"Oh, ceritanya mau gadang bareng nonton drama korea toh, seru banget weleh weleh. Iri nih iri nih." celetuk Zeline, berusaha berpura pura tidak melihat yang selanjutnya akan terjadi. Sebab kini Elvan sudah turun dari tangga dan menghampiri kekasihnya.

"Heheh, iya Zel. Mau lihat drama korea yang kamu rekomendasiin waktu itu. Tapi kayaknya horor ya itu, Zel. Aku takut kalo disuruh nonton sendirian, jadinya minta a Elvan buat nemenin nonton."

"Nonton apa nonton?"

"Maksudnya apa?"

"Awas loh, nanti kebablasan loh."

"Ahahaha, engga Zel. Kamu tenang ajaaa."

"Awas loh, beneran loh."

"Wkwk, yaudah ya, Zel. Pergi dulu akuu." Zeline mengangguk, menatap punggung dua sejoli itu yang kini sudah berjalan menaiki tangga. Tentu saja tak luput dari adegan perbincangan dan adegan bucin lainnya. Contohnya seperti menarik hidung, kemudian berpelukan.

"Hadeh, lihat mereka jadi bikin iri aja." argumen Zeline. Ia membawa kopi dan mie cupnya ke ruang tamu. Ia memang sengaja mengambil ruang tamu sebagai tempat untuk acara begadang mengerjakan tugas. Sebab selain wifi disini lancar, lampunya pun amat sangat terang. Pasti Zeline tidak akan mengantuk.

Ruang tamu malam ini memang sepi. Bagaimana tidak, jam sekarang sudah menunjukkan pukul 21.56. Beberapa menit lagi, Mas Ical akan menutup gerbang agar tidak ada lagi anak anak kos kosan yang keluar lebih dari jam 10 malam. Takutnya ada hal yang iya iya terjadi di luar sana. Dan memang di jam ini, para penghuni kosan sudah memilih untuk berada di kamar masing masing, entah melakukan hal apa.

Ketika Zeline baru saja hendak membuka laptopnya, deru motor terdengar memasuki halaman kosan. Merasa penasaran, Zeline mencoba untuk mengecek melalui kaca jendela. Menyibak gorden secara perlahan. Dan mendapati Adeline dan Raden yang berjalan beriringan hendak memasuki pintu kosan. Tapi sepertinya Raden memilih untuk menepi terlebih dahulu, menghisap sebatang rokok yang diselipkan di saku bajunya. Membiarkan Adeline untuk berjalan masuk terlebih dahulu.

Kosan 95Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang