01. Penghuni Kosan

51 4 15
                                    

Alea memandang gedung tinggi yang merupakan sebuah kos kosan, di depannya. Gadis itu menenteng beberapa koper di kanan dan kirinya. Ia baru saja berpindah kosan, karena jarak kos yang lama dengan kampusnya sangat jauh. Temannya meminta Alea untuk melihat lihat kos 95, dan ternyata Alea merasa tertarik. Makanya ia berani mengambil kamar kosong di kosan ini dengan biaya pertahun tanpa pikir panjang.

Alea menarik kopernya, melangkah menuju pintu utama kosan itu. Tadi Bu Tria sudah memberi tau dirinya akan tinggal di kamar nomer 13, di lantai dua. Bu Tria juga sudah memberinya sebuah kunci kamar, namun Alea ragu untuk melangkahkan kakinya dan berjalan begitu saja mencari kamarnya. Sebab dari dalam kosan itu, Alea dapat mendengar suara riuh banyak orang. Tidak enak jika tiba tiba dia masuk begitu saja tanpa berkenalan kepada teman teman kosan barunya.

"Loh, ini toh yang katanya penghuni baru?" Sapa seseorang, dari samping gedung kos. Orang itu membawa ember besar berwarna hitam yang telah kosong isinya, sepertinya gadis itu baru selesai menjemur bajunya.

Alea mundur selangkah, menunduk dengan hormat pada gadis di depannya, "iya, aku Alea. Salam kenal."

Gadis itu mengangguk, menjabat tangan Alea kemudian memperkenalkan dirinya, "Adeline. Kok engga dianterin Bu Tria sampe ke kamar?" tanya Adeline, celingukan mencari Bu Tria yang nyatanya tidak ada.

"Ooh, kata Bu Tria tadi ibunya ada urusan mendadak, jadi minta maaf buat ga bisa nganterin."

"Emang Mas Doyok, Mas Ical, sama Mba Winna ga ada ya?" Merasa yang disebutkan Adeline adalah orang asing, Alea menggeleng entah entah.

"Oh, brati memang ada urusan." Setelah mengucapkan itu, Adeline bergegas untuk pergi.

Belum sempat Adeline pergi, Alea buru buru menarik lengan gadis itu, "E-eh, boleh anterin ke kamar aku dulu ga? Sebelumnya maaf, tapi aku ga tau kamar aku dimana."

Merasa telah bodoh hampir meninggalkan Alea begitu saja, Adeline menepuk keningnya perlahan. Mengandeng tangan Alea untuk dibawanya memasuki kos kosan.

"WOII BARUDAKK, GUE BAWA CEWE CAKEP!" teriak Adeline ketika pintu kos kosan itu terbuka. Sontak, seluruh penghuni kos, tidak semua, hanya wanita wanita saja, mendatangi Adeline secara kompak. Lebih tepatnya menghampiri penghuni baru yang tak lain adalah Alea.

"Wahh, halo namanya siapa?"

"Kuliah di Adiwarma juga? Jurusan apa?"

"Kenapa pindah kesini?"

"Udah ketemu Mas Doyok di depan ga? Ganteng ya?"

"Suka anime ga?"

"Main ml ga?"

Seperti tengah di wawancarai, Alea hanya bisa menunduk, enggan menjawab pertanyaan pertanyaan tidak masuk akal seperti pertanyaan terakhir. Untungnya seorang gadis, yang pasti bukan Adeline, mengerti keadaan itu. Ia membawa Alea menjauh dari kerumunan teman temannya yang memang kepo tingkat maksimal.

"Kalian ini. Dia baru dateng, jangan banyak nanya." Omel gadis tersebut, ia membawa Alea untuk menduduki sebuah sofa. Dibawah sofa itu terdapat karpet berbulu yang digunakan beberapa penghuni kos pria untuk bermain game.

"We wee, ulti we ulti,"

"MAJU NJING MAJU"

"WOY GUE DIKEROYOK"

"WE WE KE ATAS WE KE ATAS"

"FANY KAMPRET"

Teriakan teriakan itu, tidak luput pula dari pendengaran Alea. Sebab memang letak Alea dekat dengan para lelaki yang sedang bermain game tersebut.

"Kenalin ya, gue Jovelyn. Panggil Jove aja," ucap gadis yang tadi membawa Alea untuk duduk di sofa. Gadis itu tersenyum sangat manis.

"Alea,"

Kosan 95Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang