08. Cinema 03 (1)

14 2 8
                                    

Adeline melepas helmnya, meletakkannya pada kaca spion motor milik Raden. Gadis itu melihat sekeliling, mall ini benar benar luas. Ia bisa memastikan, kalo dirinya datang kesini sendirian, maka ia akan tersesat. Karena tempat ini, bahkan ketika ia masih berada di parkiran, terlihat sangat luas.

"Gue udah lama banget ga kesini, udah makin bagus aja." celetuk Yervant, disampingnya ada Jovelyn yang membenahi rambut. Gadis itu nampak cantik walau hanya mengenakan outfit sederhana. Baju oversize berwarna cream dan juga celana denim pendek, beserta dengan sepatu merk fila berwarna putih bertali. Bahkan rambutnya saja ia cepol ke atas. Ini mah gemes banget yaa. Ati ati loh, nanti Yervant klepek klepek.

"Udah yuk, naik lift," Jovelyn mengajak. Yang lainnya pun ikut saja. Merek sudah seperti anak ayam yang mengikuti kemanapun induknya pergi.

"Gue baru pertama kali naik lift ih, biasanya naik eskalator. Ngeri gasi kalo jatoh kayak di film film?" tanya Karlyn dengan polosnya. Dia memang tidak pernah naik lift apabila ada eskalator, sebab ia takut lift tiba tiba saja macet, atau ambles. Kan bahayaa

Darren tertawa, "mana ada kayak gitu. Jangan mikir yang engga engga, lift ga akan kenapa napa selagi bebannya masih bisa ditampung. Dalam kata lain gak kelebihan muatan." mendengar ucapan dari Darren, Karlyn mengangguk paham. Mereka semua sama sama menunggu lift datang, untuk membawa mereka ke lantai 3. Untungnya lift itu memang benar benar cepat, buktinya sekarang sudah naik kembali ke lantai dasar. Mengangkut penumpang.

"Rena gajadi ikut ya?" tanya Kylie, ketika mereka sudah berada di dalam lift. Tidak semuanya, karena memang tidak cukup. Hanya ada Kylie, Karlyn, Darren, Farel, Yervant, Jove, Zeline, Leo, Adeline, dan Raden. Yang lainnya masih menunggu lift selanjutnya.

Jove menggeleng, selaku yang paling dekat posisinya dari Kylie. "dia masih ada kelas sampe malem katanya."

"Oalah, sayang banget. Padahal biasanya dia paling excited banget kalo di ajakin keluar kayak gini, apalagi keluarnya di mall. Pasti seneng doi." Jove mengangguk, membenarkan perkataan dari Kylie. Gadis itu pasti akan semangat sekali kalau dapat pergi menonton film. Sayang sekali yaa

Sedangkan di luar sana, ke empat lelaki itu sudah sangat bosan menunggu lift datang. Tidak sih, hanya Rangga dan Ivan. Karena Elvan dan Javian malah memilih untuk mengobrol bersama Alea dan Ghea. Yang tak di sangka sangka memakai baju yang hampir mirip. Alea dengan dress berwarna putih tanpa lengan selutut, namun gadis itu menutupi lengannya dengan cardigan berwarna pink. Ia membawa tas kecil berbentuk setengah lingkaran berwarna peach, dan sepatu sneakers berwarna pink. Lengkap dengan rambutnya yang tergerai bergelombang, namun terdapat jepitan pita besar di belakangnya. Nampak sangat imut. Sedangkan Ghea sendiri, memakai dress berwarna putih selutut, dengan hiasan bunga bunga di seluruh bagiannya. Gadis itu juga mengenakan cardigan, bedanya, ia menggunakan warna nuts, bahkan tas dan sepatunya berwarna nuts. Anak rambutnya pun di tarik kebelakang, sehinga menyisakan rambut bagian belakangnya yang terurai.

"Kalian janjian ya? Make kayak gini?" tanya Javian, memandang Alea dan Ghea secara bergantian. Sedangkan yang ditanya hanya terkikik bersama. Padahal niatnya mereka sih tidak janjian tuh, mereka ga ada ngobrol ngobrol tentang mau pake baju apa. Tapi entah kenapa baju mereka mirip. Lucu sekali.

"Lucu ya cewe kita, Jav?" Elvan bertanya, merangkul bahu Javian bangga. Lelaki itu memandang Ghea yang salah tingkah, wajahnya sudah merah seperti tomat. Mengemaskan.

"Bro, Javian sama Alea udah jadian ya?" tanya Ivan kepada Rangga, ia tidak sengaja mendengarkan percakapan keempat muda mudi itu. Aduh.. masa iya Alea dan Javian jadian? Ga seru dong, masa baru login udah dapet pacar, kan gagal pedekati. Javian nyuri start!

"Ya mang ngapa? Lo sih, baru pertama udah bikin dia ilfeel. Cewe tuh emang suka yang modelan Javian. Diem diem perhatian, cuek cuek sayang. Bukan yang sat set sat set gitu." terang Rangga bersamaan dengan langkahnya yang memasuki lift. Alea, Javian, Elvan, dan Ghea, mengikuti langkah Rangga.

Setibanya mereka di lantai tiga, mereka masih disuruh menunggu Yervant yang menukarkan tiket.

"Duh, duh katanya makanan harus di titip ya?" panik Karlyn, mondar mandir tak tentu arah.

"Loh, ya iyaa. Mana boleh bawa makanan dari luar bioskop," celetuk Adeline

"Oh ini aja, punya saku kan? Masukin aja ke saku, atau kemana gitu kek terserah. Soalnya nanti tasnya di cek." usul Zeline, berusaha menenangkan sahabatnya itu, yang sedari tadi kebingungan mondar mandir tak tentu arah.

"Masalahnya, jajan gue tu setoples, Zel! Saku mana yang muat sama jajan gue coba?" jawab Karlyn. Sedangkan Zeline dan Adeline hanya tersenyum kecut. Kalo gitu mah, terima nasib aja kalau makanannya bakal di sita. Salah sendiri mau nonton malah bawa makanan sebegitu banyak. Dikira ke bioskop acara slametan apa.

"Ya lagian elo, ngapain coba bawa jajan setoples? Jajan mana lagi yang lo bawa, Kar? Ati ati lo diamuk anak kosan." peringat Adeline, gadis itu lelah dengan kelakuan sahabatnya yang main comot punya orang saja. Ya walaupun memang semua yang ada di kos kosan adalah milik bersama, tapi setidaknya izin sama salah satu dulu lah. (Maaf banget Kak Cibun, jangan dimasukin ke hati ya🙏)

"Hehehe, lagian mereka bilang juga ga apa apa kok, gue ambil lahh. Niat gue kan mau nonton film sambil nyemil keripik pisang, mantul banget bestiee!"

"Ya boleh boleh aja nyemil di dalem, tapi belinya harus di dalam bioskop lah."

"Mahal weh, ga mampu dompet saiya sebagai anak kosan."

"Yaudah gausah makanya."

"Nih tiket kalian bertiga, duduknya bertiga langsung aja ya? Jadi Karlyn di D10, trus Zeline D11, Adelinenya di D12." Yervant menghampiri mereka, menyodorkan tiga tiket kepada Adeline, Zeline, dan Karlyn. Tak lupa ia menjelaskan dimana letak keberadaan kursi mereka bertiga.

"YEY, DUDUK TENGAH COY!! SEGARIS LURUS SAMA LAYARR." sorak Adeline kegirangan, gadis itu menari nari saking girangnya.

"Kenapa lo kesenengan nyet? Ini yang kita tonton bukan film film komedi atau fantasi loh, film horor ini. Jadi kalo hantunya muncul, ya muncul beneran di depan kita." ucap Zeline.

"Lah iyaa, mau tuker tempat duduk sama yang lain boleh gaksi?"

"Boleh boleh aja kalo sama sama setuju. Tapi enak kok, kita duduk di tengah orang orang. Jadi ga begitu serem."

"Duh, nanti gue kalo ga bisa tidur begimana yak?" tanya Karlyn. Memang sebenarnya Zeline dan Adeline lah yang memaksa Karlyn untuk ikut. Padahal gadis itu niatnya mau nonton drakor saja di rumah. Tapi kedua sahabatnya itu tetap ngotot untuk membuat Karlyn keluar dari rumah dan ikut mereka menonton bersama, sampai sampai keduanya hendak membayari Karlyn saking susahnya gadis itu diajak.

"pintu studio tiga telah dibuka, silahkan masuk." pemberitahuan dari seorang petugas berhasil memecah obrolan mereka semua. Reflek, mereka mengantri dengan tertib. Menunggu giliran akan dicek dan memasuki ruangan studio.

•••

besok ga up dulu ya ges sepertinya hehehe🙏 capek lahir batin. Masih ada chapter 2nya btw.

Kosan 95Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang