05. Nge-date

18 4 15
                                    

Ini chapter khusus, isinya tentang Ghea dan Elvan.

**

"Ghea, cabut dulu ya gue," ucap salah satu teman Ghea. Ghea mengangguk, melambaikan tangan kepada gadis yang kini telah bertolak meninggalkan dirinya, Ghea sendiri buru buru membereskan barang barangnya. Ia juga ingin segera pulang dan rebahan.

Tuk!

Karena terburu buru, Ghea tidak melihat jalanan di sekitarnya. Buktinya gadis itu hampir menabrak seorang lelaki ketika baru saja keluar dari gedung fakultas.

"Maaf, maaf, maaf." Ghea menunduk, enggan memandang orang yang ditabraknya.

"Gapapa, Mbull," Ghea merasakan usapan lembut dari tangan kekar di depannya. Dan juga, suara itu sangat di kenali oleh Ghea. Suara Elvan.

Ghea mendongak, mendapati Elvan tersenyum di depannya, "A Elvan ngapain kesini?"

"Loh, memangnya ga boleh ya? Masih di univ yang sama ini."

"Bukan gitu. Maksut aku, memang A Elvan engga kuliah ya?"

Elvan menggeleng, "Hari ini sih, dosennya ga dateng. Enak kan?"

"Enak bangett."

"Yaudah, mau jalan jalan ga?"

Mata Ghea berbinar, sontak mengangguk antusias, "mauuu, ayo ke lembahh deket fakultas pertanian!"

"Yah males, masa cuma ke lembah, sih? Alun alun ayo, mumpung udah sore ini. Nanti pulangnya rada malem. Sekalian ngerasain vibenya alun-alun kalo malem, beum pernah kan kamu?"

"Belum a, soalnya kan kalo malem rame. Takut di culik."

Elvan tertawa, mengacak rambut gadisnya dengan gemas, "iya mbull, kan kamu kecil. Gampang banget ditarik."

Ghea cemberut, membenarkan rambutnya lagi yang berantakan. Padahal di dalam hatinya mah udah meleleh kayak es krim yang kena panas. Memang ya, laki laki suka sekali mengacak acak rambut. Apakah mereka tau? Kalau mereka mengacak acak rambut gadisnya, yang teracak acak malah hatinya. Hadeuh...

"Tapi a, aku mau ke lembah, dong. Nanti habis itu ke alun alun. Boleh ya? Mau ngasih makan ikann."

"Yaudah boleh, biar sekalian ke alun alunnya malem."

Ghea mengangguk, mengandeng tangan Elvan menjauhi gedung fakultas.

"Aa ga bawa motor ya?"

"Gak, kan kartuku buat naik bus saldonya masih banyak. Yaudah deh, aku naik itu tadi. Tapi naiknya tadi sih, pas berangkat ngampus. Eh kelasnya malah dibatalin,"

"AA KESINI JALAN KAKI BRATI?!"

"Iya Mbul. Kenapa?"

Ghea terdiam. Gila saja, gedung fakultas teknik dan fakultas ilmu budaya kan benar benar jauh. Bagaimana bisa lelaki itu mau berjalan sejauh itu. Padahal kan pacarnya ini mageran juga.

"Jauh ya? Kalo demi kamu sih, aa gapapa mbul."

"Wuu, gombal."

Keduanya berjalan beriringan. Niatnya sih mau jalan kaki ke lembah, soalnya kalo nanti mereka naik bus ke lembah, bisa bisa malah di ajak muter muter kota dulu. Jadi mereka berdua memutuskan untuk jalan kaki sedikit. Lagian jarak gedung fakultas Ghea tadi, ga jauh dari lembah kok. Hanya berjalan ke arah kanan selama 1,5 kilometer, dan akan menemukan sebuah tempat seperti taman luas yang merupakan lembah, di belakang lembah, terdapat fakultas pertanian.

Sebenarnya tadi Elvan bohong, alasan ia tidak naik sepeda motor adalah supaya dapat naik bus dengan Ghea. Naik bus berdua, dan berjalan beriringan memang lebih terasa romantis bukan? Bahkan sekarang sepertinya motor itu sudah dipinjam Jove dan Kylie untuk berjalan jalan mencari ayam bakar madu. Biarlah, sekali kali romantis tidak apa apa, kan?

Sesampainya di lembah, Ghea berlari, menduduki satu batu yang sengaja dibentuk seperti jamur, di tepian sungai. Gadis itu kini sudah asyik dengan dunianya sendiri - mengamati ikan ikan yang berenang kesana kemari, di dalam sungai buatan. Iya, memang hanya itu yang dapat Ghea lakukan disini. Ghea memang suka berada di lembah, selain tempatnya yang bersih, udara di lembah masih sangat asri. Ia jamin tidak akan stress ketika kakinya sudah menapaki lembah pertanian.

"Udah mbull, gitu doang? Seneng kamu?" Elvan bertanya, duduk di samping Ghea. Bedanya, lelaki itu duduk langsung bersentuhan dengan tanah, sehingga dapat melihat Ghea yang kini posisinya lebih tinggi dari dirinya.

"Iya a, emang gini doang. Biasanya kalo habis ngampus sore sore, aku juga kesini. Sekedar lewat doang, udah seneng aku."

Elvan mengangguk, ia turut melihat ikan ikan warna warni. Sepertinya ikan jenis koi? atau koki ya ini? Entahlah, Elvan bukan anak perikanan, melainkan anak teknik sipil.

"A, ini di grup chatnya anak kosan kenapa rame banget?"

"Emang iya? Coba sini lihat," Elvan mengambil ponsel Ghea dari tangannya, kemudian membaca banyak chat masuk dari grup itu.

songo limo's gang 😎


Karlyn'95 : WEEE NYUS BERITA HOT GES

Adeline'95 : Widihh apa tuch? Penting ga? Kalo ga skip.

Karlyn'95 : ZELINE NGEDATE SAMA LEO GES! TADI GUE LIHAT MEREKA BERDUA MOTORAN BARENG, KELUAR DARI KOS!

Ivan'95 : @ragas bro, sabar ya. hujan kok bentar lagi

Ragas'95 : apa tek tek? naksir dek?

Rakha'95 : ivan mah seleranya @alea , ya ga van?

Alea'95 : 🙏

Rangga'95 : AWOKAWOKAWOK, ente ya dik? @ivan

"Gatau, Zeline kayaknya lagi ngedate sama Leo. Ntah," ucap Elvan, menyodorkan kembali ponsel dengan case bergambar beruang kepada sang pemilik.

Ghea mengangguk, kemudian berdiri dari duduknya. Tak lupa, ia juga menarik Elvan untuk berdiri.

"Ayoo sekarang kita ke alun alun!" sorak Ghea. Menganyunkan tautan tangannya dan Elvan tinggi tinggi ke udara. Sedangkan Elvan hanya tersenyum manis, benar benar seperti anak kecil ya pacarnya ini?

Mereka akhirnya menuju halte terdekat, menunggu ke datangan bus yang akan mengangkut mereka hingga ke alun alun.

Tidak lama setelahnya, bus tersebut pun datang, buru buru Elvan menarik tangan Ghea untuk masuk ke dalam bus. Takut takut gadisnya akan hilang karena kerumunan orang yang berdesak desakan ini. Mana lagi badan Ghea kan kecil, nanti dia kesusahan mencari keberadaan Ghea.

"Mbull, cape ya? Sini senderan di pundak aa." Elvan mengeser duduknya, memposisikan dirinya di tempat ternyaman. Agar ketika Ghea bersender di bahunya, gadis itu juga merasa nyaman.

"Engga, malu dilihatin banyak orang. Tempat umum, a," peringat Ghea, ia malu jika menjadi pusat perhatian orang orang di dalam bus, nantinya.

Tanpa memperdulikan perkataan Ghea, Elvan langsung menarik kepala Ghea untuk bersender pada bahunya. Mengusap usap rambut Ghea lembut.

"Kenapa harus memperdulikan orang lain?" ucap Elvan. Sedangkan Ghea akhirnya menurut juga, gadis itu membiarkan tangan Elvan bertengger pada kepalanya, dan mengusap rambutnya beberapa kali. Matanya terpejam, menikmati setiap belaian yang dilayangkan Elvan di kepalanya.

"Bobo ya mbull. Nanti kalo udah sampe alun alun, aku bangunin." Elvan berbisik tepat pada telinga Ghea. Gadis itu pun mengangguk.

Melihat gadisnya yang terlelap dengan nyaman, diam diam Elvan menyunggingkan senyuman kecilnya. Menautkan tangannya pada tangan Ghea. Hai itu terus ia lakukan, sampai bus berhenti di terminal dekat stasiun.

***


Kosan 95Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang