09. Cinema 03 (2)

10 2 0
                                    

"Trus trus, tadi jadinya gimana? Makanan lo disita ga, Kar?" tanya Kylie. Memang sedari tadi dia menyimak percakapan Adeline, Karlyn, dan juga Zeline.

"Yeee, gue titipin dulu lah sebelum kena sita. Gege kan gue?" Karlyn membanggakan dirinya sendiri. Alisnya naik turun, lucu sekali.

Kylie hanya tertawa membalas ucapan Karlyn, ia melanjutkan langkahnya menyusuri lorong menuju studio 3, tempat mereka menonton nantinya. Film akan dimulai dalam 2 menit lagi, dan mereka masih berada di luar studio.

Setibanya mereka di dalam studio, ternyata peminat dari film itu sangatlah banyak, bahkan sepertinya kursi yang kosong hanyalah kursi mereka ber 16 karena belum datang, selebihnya sudah di duduki orang yang tak mereka kenali. Buru buru mereka berpencar untuk mencari kursi masing masing.

"Zel, mau tukeran tempat duduk sama gue ga?" tanya Raden, ia mencekal tangan Zeline sebelum gadis itu sempat duduk di kursinya.

"Loh, kenapa emangnya?" Zeline nampak kebingungan. Enak saja, ia kan ingin duduk bersama dengan kedua sahabatnya, kenapa malah Raden minta tuker tempat duduk?

"Anu, itu.."

"Lo mau ambil kesempatan dalam kesempitan ya?" terka Zeline

"Eh, ga gitu! Yaudah deh gausah," final Raden. Pada akhirnya lelaki itu kembali ke tempat duduk asalnya.

Sedangkan Alea, sebenarnya saat ini sedang was was. Bagaimana tidak, coba? Ia duduk di tengah tengah orang asing, benar benar tidak ada seorang pun dari teman Alea yang duduk di sebelahnya. Tetapi di sebelah Alea ada kursi kosong sih, siapa tau itu salah satu dari teman Alea yang belum masuk ke studio. Ghea ya? Atau Farel? Atau Kylie? Atau Jove? Oh, atau malah Zeline? Tapi sepertinya gadis itu sudah masuk ke dalam studio bahkan lebih dulu ketimbang Alea. Bersama dengan Karlyn, dan juga Adeline.

Beberapa detik lagi, film akan segera dimulai, tapi kursi di samping kiri Alea tak kunjung terisi. Sudahlah, ia benar benar pasrah apabila harus duduk sendirian bersama orang orang yang tak dikenalinya. Tapi miris juga sih, melihat orang orang nanti akan ketakutan dengan merangkul lengan kekasihnya. Sedangkan dia? Mau merangkul lengan sendiri? Kan ga lucu atuh.

"Hai, Al." sapa seorang lelaki, duduk di sebelah Alea. Sontak, karena namanya di panggil, Alea memandang lelaki itu.

"Loh? Javian? Javian duduk disini?" tanya Alea, wajahnya mendadak menjadi sumringah.

"He'em." Javian akhirnya duduk, bersiap menonton film yang sebentar lagi akan dimulai.

Sedangkan di sisi lain, Rangga sudah memegangi lengan Ivan kuat kuat. For your information, Ivan dan Rangga duduk tepat di depan tempat duduk Adeline, Karlyn, dan juga Zeline berada.

"AKK!" pekik Rangga. Untuk apasih dia berteriak? Padahal film saja baru opening, dan itupun masih menampilkan layar hitam dengan tulisan film produksi dari bla bla bla, dan juga pengenalan tokoh. Lalu untuk apasih dia berteriak? Apa itu terlihat menakutkan untuk Rangga?

Merasa lengannya di remas, Ivan segera menatap Rangga tajam. "Ngapain sih? Hantunya belom muncul anjirt!"

"Takut, Van. Item doang, gue kira mati lampu,"

"Norak banget deh lo!" sorak Adeline dan Karlyn dari belakang tempat duduk mereka. Sedangkan Zeline hanya tertawa kecil. Memang gadis yang anggun.

Kylie mendapat tempat duduk di samping Darren, Farel, Yervant dan Ghea. Sedari tadi, Ghea menautkan tangannya sendiri ke tangan Kylie. Dia benar benar ketakutan. Bahkan, saat kulit itu menyentuh permukaan kulit Kylie, Kylie bak tersengat listrik. Sebab tangan Kylie yang hangat, bersentuhan langsung dengan kulit tangan Ghea yang dingin, rasanya seperti nyess dingin gituu. Tau kan?

Ghea menggandeng tangan Kylie karena hanya Kylie satu satunya orang yang dekat dengannya di jejeran kursi yang ia duduki. Masa iya dia harus gandengan sama cowo cowo? Nanti yang ada malah di pukul Elvan.

Sedangkan Farel, Yervant, dan Darren malah ketawa tawa lihat hantunya muncul. Kata mereka bedak yang di pakai si hantu itu ketebelan, udah gitu bibirnya merah banget kayak cabe cabean. Itu mau jadi hantu atau lonet? Memang ketiga manusia ini agak lain. Hantu malah dirosting. Kasihan si hantu.

Jove malah menikmati filmnya, dia sama sekali tak merasakan ketakutan. Padahal orang orang di bioskop bersorak nyaring ketika hantu itu muncul. Jove bisa seberani itu ya? Padahal sekarang dia sedang duduk sendirian. Di bangku deretan A1 lagi. A1 letaknya atas paling pojok. Jove malah asik asik aja mantengin layar bioskop, pemeran utamanya emang ganteng sih, sampe Jove terpesona gitu dan lupa sama hantunya. Lucu emang.

Sedangkan Elvan, Raden, dan Leo malah memilih untuk tidur di kursi deretan penonton. Soalnya tempat duduk mereka emang yang paling atas, enak banget kalau di buat tidur, remang remang gitu. Tapi mereka kok bisa ga keganggu sama suara teriakan orang orang bioskop ya? Wah bener bener amazing memang.

Selepasnya film itu selesai, mereka sama sama keluar dari bioskop. Kata yang cowo cowo sih filmnya ga ngeri sama sekali. Tapi kalo kata yang cewe mah mereka udah merem merem nonton itu film, ya kecuali Kylie sama Jove yang malah terpesona sama pemeran utamanya.

"Masa sih ga serem? Gue sedari tadi remes remes tangan Zeline anjir! Sumpah gue gamau teriak teriak kayak Rangga." Karlyn berucap

"Loh? Emang Rangga kenapa?" tanya Leo. Maklum deh, cowo itu kan jauh tempat duduknya dari Rangga. Selain itu dia juga kan tidur sepanjang film itu ditayangkan.

"Rangga tadi tuh isinya cuma teriak teriak dari awal film sampe akhir film. Semua orang pada lihatin dia. Sumpah gue malu banget duduk di samping dia. Tau gitu gue tukeran sama Jove aja yang duduk sendiri tadi. Beneran bukan temen gue lu, Rang!" seru Ivan. Ia dan Rangga menjadi tontonan orang orang bioskop karena Rangga yang berisik. Bahkan beberapa kali mereka mendapat teguran dari petugas bioskop. Rangga benar benar tidak bisa diajak kerja sama. Ivan kan mau nonton film dengan aman dan damai, eh semesta malah mengiriminya makhluk macam Rangga untuk duduk di sampingnya. Asal kalian tau, suara Rangga kalo ngejerit tu udah nyaring banget kayak ayam kejepit, gimana ga jadi tontonan orang se bioskop coba?

Rangga udah pasrah jadi bulan bulanan temen temen sekaligus adik tingkatnya itu. Makin hari adik adik tingkatnya ini kok makin minus akhlak ya? Tapi Rangga lebih suka kayak gini, ketimbang formal. Soalnya malah canggung.

"Wkwkw, Kak Rangga nih emang ada ada aja, ya." gumam Kylie, pun dibalas anggukan oleh Ghea di sebelahnya.

"Jadinya kita mau pulang sekarang? Apa masih mau mampir makan dulu?" tanya Adeline. Sebenernya dia laper sih, pengen makan, tapi ga enak sama temen temennya. Udahlah makan di kosan aja.

"Kasihan Rena, Rakha, Kajesha, sama Ragas di kosan kalo kita makan disini. Mending beli makanan aja, trus di makan bareng bareng di kosan. Biar mereka juga ngerasain makan bareng. Kasihan, udah ga bisa nonton, ga bisa makan bareng pula." usul Zeline, semuanya mengangguk setuju.

"Beli martabak aja 4 bungkus. Cukup kan dimakan sekosan?"

"Yaudah, yang penting kita keluar dulu dari mall. Masalah porsi martabaknya nanti diomongin lagi di tempat." Jove pada akhirnya mengajak mereka untuk pergi dari mall. Karena malam yang semakin larut. Kan ga lucu kalau mereka habis nonton film sampe kosan jam 11 malem, merinding yang ada.

Sekarang acara mereka selanjutnya adalah mencari penjual martabak yang masih buka. Tujuannya ya itu tadi, supaya Kajesha, Rena, Ragas, dan Rakha bisa makan bareng bareng sama mereka. Perhatian banget ya?

•••

Kosan 95Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang