2. Basecamp Gang Motor Amorfos.

20 6 0
                                    

Pak Azka membukakan pintu mobil untuk Zura, tentu hal seperti ini membuat Zura ingin sekali muntah.

"Pak, gak usah alay deh, ah. Saya bisa sendiri." Zura memasuki mobil itu dan menutup pintu dengan keras mencoba memperlihatkan bahwa Zura sangat kesal saat ini.

Pak Azka hanya bersifat bodo amat terhadap Zura yang merasa kesal kali ini. Pak Azka mulai menyalakan mesin mobil dan menancap gas untuk bergegas mengantar pulang Zura dan tidak lupa tujuan awal Pak Azka datang ke rumah Zura.

Di perjalanan Zura hanya diam tidak ingin membicarakan hal apapun terhadap Pak Azka. Tapi Pak Azka menolak kesunyian di antara mereka. Langsung saja Pak Azka membahas tugas yang di berikan oleh nya tadi siang kepada Zura.

"Tugas yang saya berikan tadi siang udah selesai berapa soal, Zura?" Tanya Pak Azka dengan mata yang masih fokus terhadap jalan di depannya.

Zura memalingkan wajah ke luar dengan raut wajah malas untuk menjawab pertanyaan konyol Pak Azka. Lagi-lagi Pak Azka tidak menyerah untuk menanyakan hal yang sama hingga Zura menjawabnya.

"Tugas yang saya berikan tadi siang udah selesai berapa soal, Zura?" Pak Azka mengulangi pertanyaan yang sama. Tapi kali ini kecepatan mobil Pak Azka begitu tinggi hingga membuat Zura terkejut dan menggenggam sabuk pengamannya dengan erat.

"Pak Azka! Bisa pelan-pelan gak sih? Pak Azka mau mengantar saya ke malaikat Izrail?" Tiba-tiba Zura mengingat sumpah serapah nya kepada Pak Azka tadi siang. Zura menyesal mengatakan sumpah itu jika ia harus ikut dengan Pak Azka.

"Aish, yang benar aja lah Pak! Masih 3 jam yang lalu Pak Azka ngasih saya soal. Masa iya harus selesai beberapa soal sekarang. Kalau nanya yang masuk akal dong Pak. Jangan yang di luar nalar. Gila banget pertanyaan nya." Ocehan Zura sekaligus jawaban bagi Pak Azka membuat kecepatan mobil yang awalnya 60/km sekarang menjadi 30/km.

"Nah gitu, jawab aja susah Zura?" Lagi lagi Pak Azka bertanya membuat Zura benar-benar muak kali ini.

"Terserah Pak! Saya gak peduli." Jawab Zura dengan raut muka yang bodo amat tidak memperdulikan Pak Azka lagi.

Setelah itu suasana di mobil itu begitu senyap hanya terdengar mesin kendaraan yang berlalu lalang terdengar dan suara klakson mobil serta motor yang mungkin begitu terburu-buru padahal ini adalah waktu untuk pulang beristirahat kerumah.

Tidak lama bagi Zura untuk duduk di tempat yang menurutnya adalah neraka baginya kini sudah sampai di depan rumah Zura. Sabuk pengaman yang di kenakan oleh Zura di lepas oleh Pak Azka sendiri. Karena jujur saja bagi Zura melepaskan sabuk pengaman itu sangat susah baginya.

"Makasih pak." Ucap Zura kemudian turun dari mobil.

Zura berlari masuk kedalam rumah tanpa menutup kembali pintu mobil membuat Pak Azka menggelengkan kepala.

"Ma! Pa! Zura pulang!" Teriak Zura yang kini menghempaskan tubuhnya di atas sofa. Zura memejamkan matanya berniat untuk melepaskan segala sesuatu yang telah terjadi seharian ini di sekolah.

Hanya beberapa menit Zura memejamkan mata tapi suara yang familiar itu membuat nya kembali jengkel dan harus bergegas pergi dari ruangan itu menuju kamarnya.

"Permisi." Itu Pak Azka yang mulai menginjakan kakinya kedalam rumah Zura.

Papa Zura yang datang dari belakang rumah menyapa dengan hangat kehadiran Pak Azka di rumahnya.

"Selamat datang Nak Azka." Sambut Papa.

Zura yang masih berada di salah satu anak tangga mendengar sambutan Papa nya membuat nya menoleh ke bawah untuk melihat siapa yang benar-benar datang kali ini. Matanya masih menangkap wajah Pak Azka, hanya dia seorang tidak ada orang lain.

RUMAH SINGGAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang