Saat ini Reyga telah duduk di kursi penumpang pesawat, beberapa menit lagi pesawat akan lepas landas dan terbang ke singapura. Mata Reyga tidak lekat menatap keluar jendela kecil di samping nya sambil mengingat kembali kenangan yang pernah ia lalui bersama teman-temannya.
Lamunan Reyga berakhir saat ia terkejut mendengar suara nada dering ponselnya. Sontak Reyga mengangkat panggilan telepon itu. Di lihatnya ternyata Fiona yang menghubunginya, dengan segera Reyga menjawab telepon itu dan mulai berbicara dengan Fiona.
"Halo, kenapa fin?" Tanya Reyga yang kini memasang earphone di telinganya.
"Lu dimana, Rey?" Tanya Fiona sekaligus menjawab pertanyaan Reyga.
"Gue di rumah, fin. Kenapa emang?" Jawab Reyga berbohong.
"Loh, lu balik, Rey?" Tanya Fiona.
"Lu tuli yah bego. Kan gue udah bilang tadi siang, gue mau balik. Ada kepentingan mendadak." Jawab Reyga dengan nada kesal. "Lu kenapa nelpon gue?" Tanya Reyga lagi.
"Zura nyuruh lu datang ke pantai, Rey. Katanya Zura mau ngomong sesuatu sama lu." Jelas Fiona.
Perkataan Fiona membuat Reyga menyandarkan pundaknya di tempat duduk itu sambil menghela napas panjang. Matanya mulai serius menatap pramugari yang sedang sibuk memandu para penumpang pesawat.
"Gue?..." Ada sedikit jeda sebelum Reyga mengatakan apa yang ingin ia katakan. "Gue gak bisa, Fin. Gue sibuk. Kalau lu ada keperluan lain, lu bisa kirim pesan teks ke gue. Bay..." Seketika Reyga memutuskan panggilan telepon itu tanpa persetujuan dari pihak penelpon.
Reyga mengacak-acak rambutnya prustasi kemudian memejamkan matanya perlahan berusaha untuk menenangkan dirinya. Bagi Reyga tidak mungkin untuk bertemu dengan Zura kembali, ia sudah memutuskan hubungan pertemanan mereka bahkan Reyga tidak ingin lagi berkomunikasi dengan Zura.
Kini pesawat yang di tempati oleh Reyga telah lepas landas, akhirnya Reyga meninggalkan Bandung dan seluruh tentang apa yang ada di sana.
—🥀—
Beberapa hari berlalu, tidak ada hal yang terjadi beberapa hari ini bahkan Celly kini berhenti dan diam tidak sama sekali mengusik Zura. Begitu juga dengan kabar Reyga yang tiba-tiba pindah sekolah keluar negeri membuat seluruh orang-orang yang di kenalnya terkejut mendengar kabar mendadak tentang Reyga.
"Gue gak nyangka Reyga pergi gak ngabarin." Ucap Fiona sambil menatap kosong keluar jendela.
"Iya, Fin. Reyga kenapa, yah?" Tanya Zeva dengan pulpen yang di pukul-pukul ke meja hingga menimbulkan suara sedikit berisik.
"Tangan lu boleh diam gak, Zev!!" Teriak salah satu teman sekelasnya.
"Santai!!" Zeva balik meneriaki.
Zura hanya terdiam dengan tangan menopang dagunya sambil menatap kosong ke bangku Reyga yang kini sudah kosong beberapa hari ini.
Tidak lama mereka mengobrol tentang Reyga, bel istirahat berbunyi membuat murid-murid lainnya sontak berteriak senang karena bisa ke kantin untuk mengisi ulang energi mereka dengan berbagai makanan.
Seperti biasa Darren selalu menjemput kekasihnya di kelas membuat murid-murid lainnya merasa iri dengan Zura karena telah memiliki status istimewa dengan murid cowok terpopuler di sekolah ini.
Darren memasuki ruang kelas Zura dengan senyum khas nya yang membuat siapa saja bisa meleleh jika melihatnya. Fiona yang melihat kehadiran Darren pun ikut menggoda Zura.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMAH SINGGAH
Jugendliteratur⛔ Semua alur cerita murni pemikiran author sendiri. ⛔ Plagiat dan ingin menjiplak sebagian cerita di mohon tidak melakukan hal tersebut. pada akhirnya kita kembali pada dunia kita sendiri sendiri, saling mencoba berpindah ke lain hati, saling menc...