Sudah seminggu berlalu, tapi hingga saat ini Zura masih belum sadarkan diri. Seminggu yang lalu dokter menyatakan bahwa Zura terkena serangan pada dadanya hingga membuatnya jantungan dan pendarahan yang begitu banyak membuatnya lemah dan tidak sadarkan diri alias koma.
Riwayat penyakit Zura yang tidak banyak di ketahui oleh orang-orang di sekitarnya adalah Zura yang dengan penyakit lemah jantung. Yang di alaminya sedari kecil hingga dewasa seperti sekarang. Itu kenapa Zura sering saja merasakan sesak napas saat tidak sengaja terkejut di situasi dan kondisi tertentu.
Begitu hebat bagi Zura yang harus melewati cobaan saat itu, jika ia tidak menguatkan dirinya mungkin saja keluarganya akan berduka cita seminggu yang lalu. Tapi tuhan memberkati Zura dengan kekuatan batin yang di milikinya, keinginan bertahan hidup.
"Pah, kerjaan kantor papa menumpuk loh. Biar mama aja yang jaga Zura disini." Bujuk Mamah kepada suaminya yang kini tengah menggenggam tangan anaknya yang masih terpejam.
Lagi-lagi Papa menggelengkan kepalanya tidak ingin pisah dan jauh-jauh dari putrinya. Seminggu lalu beliau hampir merasakan kehilangan jika semuanya di lakukan dengan terlambat.
"Mah, papah takut putri papah kenapa-kenapa lagi." Perasaan khawatir Papa Zura benar-benar bisa di baca dari sorot matanya menatap putrinya tertidur.
Dengan lemah lembut Mama merangkul suaminya dengan penuh perasaan cinta dan kasih. Darren yang sedari tadi hanya duduk di sofa ruangan sambil memperhatikan orang tua Zura sedang begitu khawatir kepada Zura.
Karena ingin membuat orang tua Zura tidak merasakan kekhawatiran berlebihan lagi, Darren memutuskan untuk menawarkan diri yang akan menjaga Zura selama sehari di rumah sakit itu.
"Om, Tante. Biar Darren aja yang jaga Zura disini. Kalian pulang dulu saja. Percayakan Zura kepada Darren om." Darren memohon kepada Papa agar diizinkan agar bisa menjaga Zura.
"Iya pah, biarin nak Darren yang jaga. Papa butuh istirahat sama kerjaan kantor menumpuk." Bujuk Mama meyakinkan suaminya.
Setelah beberapa kali di bujuk akhirnya Papa berhasil mengiyakan bujukan Mama dan Darren. Papa beranjak dari tempat tidurnya kemudian mengecup dahi putrinya.
"Kalau ada apa-apa telpon kami yah nak." Pinta Papa sambil menepuk bahu Darren.
"Iya Om, Tante." Darren mengangguk paham.
"Papah sama Mamah pergi dulu, yah. Hati-hati ngejaga Zura. Mamah percaya sama nak Darren." Mamah mengusap pucuk rambut Darren tanda kepercayaan Mama sudah di berikan sepenuhnya kepada Darren.
"Iya Tante. Hati-hati di jalan." Darren mengecup pundak tangan Mama dan Papa sebelum mereka pergi meninggalkan kamar pasien.
Darren mengantarkan Papa dan Mama sampai di lift, rasanya Darren begitu bangga hari ini karena bisa membuat orang tua Zura bisa percaya kepadanya. Darrenpun kembali ke kamar pasien dimana Zura berada. Tempat duduk yang tadinya diduduki oleh Papa kini tengah diduduki oleh Darren untuk menjaga sang kekasih.
"Cepat pulih yah, sayang." Darren menatap Zura dengan tatapan sayu dan penuh rasa khawatir.
Darren benar-benar merindukan Zura saat masih bertingkah sangat ceria dan bobrok di sekolah. Seluruh tentang Zura sangat di rindukannya oleh Darren. Karena merasa kesepian, Darren dengan segera menghubungi Zenka dan anak-anak lainnya untuk datang menemani mereka berdua.
—🥀—
"Paman!! Kok Mama sama Papa gak datang jenguk Celly sih?" Pertanyaan Celly membuat Pamannya bingung harus menjawab apa.
Orang tua Celly begitu kecewa kepada putrinya yang tak di duga bisa melakukan tindak kriminal kepada temannya sendiri. Paman menggaruk tengkuknya yang tak gatal itu berusaha memikirkan jawaban yang pas untuk pertanyaan Celly.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUMAH SINGGAH
Teen Fiction⛔ Semua alur cerita murni pemikiran author sendiri. ⛔ Plagiat dan ingin menjiplak sebagian cerita di mohon tidak melakukan hal tersebut. pada akhirnya kita kembali pada dunia kita sendiri sendiri, saling mencoba berpindah ke lain hati, saling menc...