10. Seseorang berbaju hitam

5 0 0
                                    

Setelah pergantian perban dan cairan infus, Darren memasuki ruangan Zura kemudian duduk di tempat yang sama setiap hari dimana ia selalu menunggu Zura untuk membuka matanya.

Darren begitu rajin dan selalu menyempatkan dirinya untuk ke rumah sakit setelah pulang sekolah. Perasaan sedih, sunyi, kesepian dan hampa di rasakannya setelah Zura mengalami koma yang sudah hampir berjalan tiga minggu.

Tidak heran jika Zura mengalami koma berat akibat lukanya dan juga jantung lemah yang ia alami membuatnya semakin lemah untuk bertahan. Setiap hari keluarga dan teman-teman Zura memanjatkan doa kepada yang maha kuasa agar Zura dengan cepat di berikan kesembuhan dan kesehatan.

Sedangkan Celly masih di dalam penjara untuk menjalani hukumannya. Keluarganya pun berharap bahwa hukuman yang ia dapatkan bisa membuat Celly sadar diri dan menjadi anak yang baik.

"Zura, kapan bangunnya. Gak capek tidur melulu." Darren mengusap-usap kening Zura sambil menatapi wajah cantik itu.

Tidak banyak yang bisa Darren katakan karena semua ini sudah menjadi takdir dan kehendak yang di atas.

Pintu ruangan itu di ketuk oleh seseorang dengan sigap Darren merespon seseorang itu kemudian membukakan pintu. Seorang gadis menampakka dirinya seorang diri saja dengan bunga dan bingkisan buah-buahan di tangannya.

"Halo, duren." Tidak salah lagi itu adalah Fiona.

"Nama gue Darren anjir." Respon Darren sangat biasa saja saat namanya tak sesuai di lafalkan.

"Helleh, gitu doang ngambek lo. Duren duren." Fiona malah semakin mengejek Darren.

"Serah lo anjir." Darren pun selalu terpancing emosi saat di ejek oleh Fiona.

Seperti kebiasaan yang di lakukan oleh Fiona jika menjenguk Zura ke rumah sakit yaitu mengganti bunga yang menjadi pengharum ruangan itu. Fiona sengaja tidak melibatkan pengharum ruangan pada umumnya tetapi menggunakan bunga yang di sukai oleh Zura.

"Sudah dua minggu lo ngeganti terus tuh bunga." Darren akhirnya bersuara di ujung sudut ruangan sana sambil memperhatikan kegiatan Fiona.

Fiona hanya tersenyum tidak menjawab pertanyaan Darren kemudian melanjutkan aktivitasnya.

"Dih, di tanya malah gak di jawab." Darren kembali melipat kedua tangannya dengan kesal.

"Iya, ini bunga Zara Gardenia. Bunga kesukaan Zura, emang lo gak tau?" Tanya Fiona sambil melirik samping Darren.

Darren hanya menaik turunkan bahunya sambil membuang muka. Jelas-jelas Darren tidak tahu soal itu.

"Yah mana gue tau." Jawab Darren kemudian beranjak dari tempat duduknya ke arah tempat tidur Zura.

"Iya. Ini gak awet banget sih. Jadi harus di ganti setiap hari." Fiona membereskan bunga yang telah layu kedalam kantong plastik.

Buah-buahan yang Fiona bawa langsung ia bersihkan dan menaruhnya dalam piring sedang di atas meja. Fiona duduk diam memperhatikan selang-selang cairan yang menempel di tubuh Zura. Karena tidak ingin merasa sedih dan hanya ingin menunggu keajaiban datang hari ini, Fiona membuka tasnya dan mulai belajar di ruangan itu.

"Lo gak lapar? Baru pulang sekolah kan lo?" Tanya Darren sambil memainkan layar handphonenya.

"Iya, lapar sih. Kenapa emang?" Tanya balik Fiona setelah menjawab pertanyaan Darren.

Yang di tanyai pun hanya diam sambil terus menatap layar handphonenya. Fiona tidak ingin bertanya lebih lanjut lagi, ia pun melanjutkan kegiatannya.

"Gue dengar-dengar lo nolak Revano?"

RUMAH SINGGAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang