8. Bullying

5 0 0
                                    

Sudah empat bulan berlalu rasanya seluruh peristiwa yang sudah terjadi seperti di hari kemarin saja. Kini hubungan Darren dan Zura  pun telah empat bulan lamanya. Dan juga ujian kelulusan kelas 12 SMK sudah akan di mulai dua minggu yang akan datang.

"Ren, mau belajar dimana?" Tanya Zenka yang masih memandangi lembaran buku yang ada di hadapannya.

Darren berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan Zenka. Sedangkan Gevan dan Vanka fokus dengan handphonenya masing-masing. Revano dan Denial sudah tertidur lelap di bawah meja baca perpustakaan. Teman-teman Darren perlakuan mereka kadang mines dan kadang juga vibesnya positif. Minesnya saat mereka belajar seperti ini, bermalas-malasan.

"Gimana kalau di rumah Gevan aja. Menurut gue rumah Gevan titik terdekat buat rumah kita masing-masing, kan. Pas di tengah-tengah." Akhirnya Darren mengeluarkan jawabannya, setiap melakukan belajar bersama Darrenlah yang tepat untuk menentukan dimana tempatnya.

Zenka menjentikkan jemarinya menyetujui jawaban Darren. Mereka sudah bersiap untuk mengundang ikut serta beberapa cewek pujaan bahkan crush mereka untuk ikut belajar bersama agar mereka tampak semangat untuk belajar. Mungkin bagi mereka tips ampuh untuk tetap semangat belajar adalah berada didekat kekasih atau crush.

Darren merogoh ranselnya mencari handphone nya, niat awalnya ia ingin mengabari Zura untuk mengajaknya belajar bersama dengan teman-temannya. Tak lama Darrenpun menekan nomor kontak pada handphonenya dimana nama Zura terpampang menjadi pemilik akun kontak tersebut. Di ketiknya beberapa kalimat untuk di kirimnya kepada Zura. Jantung Darren setiap menghubungi Zura selalu saja ingin meletus karena berdebar sangat kencang.

Beberapa bubble teks itu telah terkirim dan hanya tinggal menunggu Zura membaca pesan teks itu begitu juga dengan balasannya akan ajakan Darren. Tidak lama menunggu, handphone yang sengaja Darren simpan di hadapannya kini layarnya menyala menjadi terang pertanda beberapa pesan teks telah sukses masuk ke kontak Darren.

Melihat balasan Zura membuat senyum bahagia terukir di wajah tampan Darren. Zenka yang tidak sengaja melirik Darren langsung memperhatikan apa yang sedang di lakukan oleh sahabatnya itu sehingga tersenyum-senyum sendirian di hadapannya.

Karena Darren yang tidak bisa berhenti tersenyum saat menghadapi bubble teks yang di kirim oleh Zura kepadanya akhirnya Zenka memukul kecil meja sambil berdeham kasar.  Dehaman Zenka yang bergema di sudut ruangan tersebut membuat Darren tersadar dari lamunannya.

"Kerjain tugas, jangan bucin mulu lo." Tatapan Zenka sangat tajam memandangi Darren yang lama sekali untuk peka dengan apa yang di maksud oleh Zenka.

Darren terkekeh kencang sampai lupa kalau yang di tempatinya adalah tempat yang harus sunyi dan tidak bisa bersuara. Revano dan Denial kini benar-benar diam karena kerjaan mereka sedari masuk perpustakaan adalah tidur, untuk dua remaja itu perpustakaan adalah tempat terenak untuk tidur sekejap asalkan jangan sampai mendengkur.

Mereka menghabiskan waktu istirahat mereka untuk mengejar pelajaran yang akan menjadi soal ujian nanti. Revano bangkit dari tempat rebahannya kemudian duduk di samping Darren.

"Ren, notif shope nih. Kayaknya pesanan lo udah mau sampai deh." Revano membuka handphonenya kemudian memberikannya kepada Darren untuk di cek.

Gevan dan Vanka yang kepo dengan pembahasan shopee mereka langsung berdiri dari tempat duduknya kemudian tepat di belakang Darren mereka berdua mengintip apa yang sedang Darren pesan di shopee.

Melihat tingkah Gevan dan Vanka yang seperti kekanak-kanakan menghasilkan tatapan tajam dari Revano. Tapi tampaknya kedua bocah itu tidak peduli dengan ekspresi wajah Revano.

Sedangkan Darren tengah melihat status pengiriman barang yang ia pesan di aplikasi jual beli online itu. Vanka yang melihat barang apa yang pesan oleh Darren langsung tersenyum jahil sambil menutupi mulut dengan tangannya.

RUMAH SINGGAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang