Kalau dipikir-pikir hebat sekali Safir bisa mengenali Zetra sampai sedetail itu, dia bahkan menyadari kalau dirinya bukanlah Zetra yang asli.
Dia pintar, peka dan susah untuk dibohongi.
Padahal kedua orang tua Zetra tidak curiga dengan perubahan sifatnya yang tiba-tiba ini.
Hanya gadis itu yang menyadarinya.
Dia jadi sedikit iri dengan Zetra asli.
Pria brengsek itu memiliki seseorang yang akan selalu berada di sampingnya meksipun dunia membencinya.
"Bangsat," umpat Zetra.
Dia jadi ingin merebut gadis itu untuk dirinya sendiri.
Tentunya itu tidak mudah.
Safir Amethyst adalah gadis yang sangat sulit untuk ditaklukkan.
Zetra yang sedang melamun di tepi balkon kamarnya dikejutkan dengan kehadiran Safir, gadis itu baru saja keluar dari rumahnya bersama dengan seekor kucing belang tiga. Laki-laki itu tersenyum tipis, ia segera turun ke lantai bawah dan mendekati Safir yang sedang jalan-jalan bersama Kucingnya.
"Mau jalan kan?" tanya Safir pada Kucingnya.
Kucing dengan bulu tiga warna itu mengeong, dia berputar-putar mengelilingi Safir.
"Jalan dong."
Kucing itu masih melakukan ritualnya.
"Siapa namanya?"
Safir mendongak, ia melihat Zetra berdiri dengan nafas ngos-ngosan.
Bukannya menjawab pertanyaan Zetra, gadis itu menggendong kucingnya dan secepat mungkin berjalan kembali memasuki rumahnya.
Zetra melompati pagar kayu rumah Safir, dia berlari dan menahan tudung Hoodie gadis itu.
"Lepasin gue, orang asing." ujar Safir.
Sudah dua hari berlalu sejak Safir sakit dan selama itu juga ia menghindari Zetra. Di sekolah setiap kali ia melihat Zetra, gadis itu langsung berbalik arah dan pergi begitu saja, rumah mereka berhadapan, namun begitu sulit mencari keberadaan Safir.
Gadis itu membencinya.
"Jangan benci gue dong." Entah kenapa dia tidak mau dibenci olehnya.
"Gue engga benci lo."
"Terus kenapa lo pergi dari gue?"
Gadis itu menghela nafas panjang. "Karena gue engga ada hubungannya sama lo."
Hubungan?
"Lo bukan siapa-siapa, kita engga kenal, engga dekat, dan engga punya alasan untuk itu."
Wow, kejam sekali.
"Anggap aja gue Zetra."
"Lo bukan Zetra." tegas Safir.
Aish, ribet yah.
"Kalau gitu gimana kalau kita jadi teman?"
Teman?
Alis Safir terangkat sebelah. "Teman lo kan banyak." Dia sudah memperhatikan akhir-akhir ini.
Tidak seperti Zetra yang antisosial dan Introvert, makhluk aneh ini sangat suka bersosialisasi terutama dengan para gadis.
Dia tebar pesona kesana-kemari.
Zetra tersenyum menggoda. "Lo diam-diam lihat gue yah?"
"Kebetulan aja lo ada di radar penglihatan gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ame (The End)
Teen Fiction~Don't copy my story if you have brain~ Namanya Marko, hidupnya biasa aja, tampangnya juga biasa aja, dan setelah ia memasuki novel buatan adiknya kedua hal di atas menjadi sesuatu yang luar biasa. Safir Amethyst dia adalah salah satu tokoh pendukun...