Ame 11 : Party

3.3K 535 47
                                    

Safir menatap keadaan rumah Libra sejenak lalu menatap undangan di tangannya.

"Papa Zetra engga ada ngomong apa-apa perihal undangan ini?" tanya Safir, ini undangan penting harusnya kedua orang tua Zetra yang datang.

Zetra mengangkat bahu tidak peduli. "Nyokap gue lagi kabur ke Thailand sama Nyokap lo, bokap gue bilang datang aja sama Safir." Dia tidak bohong, Papa Zetra jelas-jelas mengatakan hal itu sebelum ia pergi tadi.

Sepertinya pria itu sangat mempercayai Safir.

Safir mengangguk mengerti. "Tahu gitu gue pakai gaun yang lebih bagus." Dia hanya menggunakan gaun hitam setengah lengan, flatshoes dan rambut yang disanggul ke atas.

"Udah cantik ini, emang lo mau secantik apa lagi?"

Safir melipat kedua tangannya. "Setiap pakaian ada fungsi dan tujuannya, gaun gue sekarang biasanya dipakai untuk makan malam." jelas Safir.

Peraturan macam apa itu.

"Stelan jas lo, itu siapa yang milih?"

Zetra menatap dirinya. "Pelayan pribadi sih Zetra."

"Arthur engga nata rambut lo?"

Dahinya mengernyit kesal. "Arthur?"

Safir mengangguk. "Nama pelayan pribadi Zetra, Arthur." Safir mengenalnya.

Mereka sebenernya kurang kerjaan sekali, bukanya masuk ke dalam, mereka malah mengobrol di dekat semak-semak.

"Panggil aja dia pelayan, ngapain pakai nama-nama?"

"Lah kok sewot?" balas Safir.

"Gue aja engga lo panggil pakai nama."

"Gue engga tahu nama lo siapa."

Zetra kenak sekak.

"Panggil aja gue Zetra." ujarnya lirih.

"Gak mau." tegas Safir.

Zetra mengacak-acak rambutnya, dia gregatan sendiri. "Marko."

Safir meliriknya aneh. "Apa hubungan lo sama Mikro?"

Ingin sekali ia berkata kalau kedua orangtuanya adalah maniac ekonomi jadi mereka memberikannya nama Marko karena dia adalah anak pertama, sebenernya Mita adiknya mau dikasih nama Mikro, tapi Makro langsung melarangnya, waktu itu ia berumur 8 tahun.

Yah seperti yang bisa kalian tebak, Marko adalah calon mahasiswa abadi, sudah 24 tahun, tapi belum wisuda, sebenernya dia mau segera menyelesaikan studinya, naasnya dia malah pindah ke novel adiknya.

"Dia kembaran gue." jawab Zetra asal.

Safir mendengus kesal. "Malas banget gue." Dia menarik bahu Zetra mendekat dan mengeluarkan sisir serta minyak rambut pria milik Papanya. "Sini cepat, lo itu perwakilan keluarga Zetra, jangan malu-maluin."

Zetra menurut, dia membiarkan gadis itu menata rambutnya.

"Nanti di dalam bilang aja sama mereka gue pelayan lo." tukas Safir.

"Gak mau."

Safir melotot tajam. "Jaga image, lo engga malu apa bawa-bawa gue?"

"Gak." Dia menggelengkan kepalanya.

Ah, Safir lupa.

Laki-laki dihadapannya ini bukanlah Zetra, tapi kepribadian lain laki-laki itu.

Zetra yang sebenarnya pasti akan sangat malu membawanya kemana-mana, kata Zetra gaya berpakaiannya terlalu ribet dan wah, dia lebih suka perempuan dengan pakaian sederhana.

My Ame (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang