Ame 31 : Return

3K 460 82
                                    

Bang!

Bang!

Bang!

Abang!

Marko sialan!

Marko bangsat!

Woi! Bangun!

Kedua mata Marko terbuka lebar, keringat bercucuran dari tubuhnya, nafasnya memburu dan jantungnya berdebar kencang.

Hal pertama yang ia lihat adalah wajah Mita yang terlihat marah padanya.

"Lo engga ke kampus? Udah jam 7 nih."

"Mita?" panggil Marko.

Mita menatap kakak laki-lakinya itu dengan bingung, ia memiringkan kepalanya lucu. "Lo kenapa? Mimpi buruk? Kenapa lo kayak orang habis dikejar setan?"

Marko terdiam sejenak, ia duduk di atas kasurnya, menatap tangannya dan tubuhnya sendiri.

Laki-laki itu tertawa, air matanya mengalir deras. "Sialan...."

Mita tentu saja terkejut melihat wajah kakaknya itu, ia tidak pernah melihatnya menangis. "Lo kenapa dah? Sakit? Demam? Apa kepala lo kebentur dinding?"

Marko menatap Mita, dia menarik seragam sekolah gadis itu. "Novel lo, gue mau baca novel lo."

"Hah?" Mita memasang raut wajah terkejut. "Kemarin lo bilang novel gue alurnya pasaran."

"Gue mau baca." tegas Marko.

"Hah?"

"Gue mau baca, cepat kasih gue!"

Mita tertegun, dia tidak pernah melihat kakaknya yang seperti ini.

Buru-buru gadis itu kembali ke kamarnya, mengambil sebuah novel dan memberikannya pada Marko.

Marko buru-buru membacanya, dia menghapus air matanya.

"Lo kenapa sih?" tanya Mita.

Marko tidak menjawab.

Dengan perasaan khawatir, Mita keluar dari kamar kakak laki-lakinya, dia menutup pintu dan segera pergi ke sekolah.

Marko aneh, padahal kemarin malam dia sendiri yang hina-hina alur novelnya yang pasaran.

Marko terus membaca, dia mengulang semuanya, dari awal hingga akhir air matanya tidak bisa berhenti, dia terus bergumam dan menghitung nama Ame di dalam novel, dia seperti orang gila, dadanya sesak dan pikirannya entah kemana-mana.

Nafas Marko terjerat ketika menemukan ending yang sebenernya dari novel itu.

Dia membaca perlahan-lahan.

"Safir Mati! Dia mati! Dia mati karena lo Zetra!" Metz menunjuk Zetra dengan jari telunjuknya, menyalahkan laki-laki berusia 16 tahun itu.

"Sebenernya apa yang ada di otak lo itu? Hah? Apa lo engga bisa lihat dia Zetra? Lihat perasaan dia?!"

Ternyata akhirnya seperti ini.

Safir Amethyst ditakdirkan untuk mati di dalam novel.

Dia mengalami kecelakaan mobil bersama Zetra, sama seperti yang ia alami Rem mobilnya tidak bisa digunakan dan semua itu dilakukan oleh Cavier yang memiliki ambisi untuk memiliki Kanala, Zetra selamat karena dia adalah tokoh utama dan Safir tidak selamat karena dia adalah tokoh sampingan.

Marko mengigit bibirnya, suaranya bergetar hebat, dadanya sesak, dia melempar novel itu ke sudut kamarnya.

Seandainya, seandainya saja dia membaca novel hingga akhir, ia pasti bisa menghentikan kematian Ame.

My Ame (The End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang