Yah jangan terlalu berharap padaku untuk adegan uwu dan mesum :v
***
Mereka tidur di kamar Ame, tentunya tanpa sepengetahuan siapapun.
Marko masuk dari jendela kamar gadis itu pada pukul 10 malam, diam-diam tanpa diketahui oleh siapapun, pertama-tama mereka mengerjakan tugas sekolah selama satu jam, bermain game selama satu jam dan naik ke atas kasur pada pukul 12 malam.
"Gue engga pernah tidur se-awal ini." gumam Marko.
Ame meliriknya. "Jadwal tidur gue itu jam 9, tapi entah kenapa gue belum ngantuk, mungkin karena ada lo." Dia tertawa kecil.
Marko ikut tertawa. "Iya..."
Kasur Ame tidak lah terlalu besar hanya 130 centi lebarnya, tinggi kasur itu hampir sama dengan tinggi Marko sendiri, kakinya hampir keluar dari bawah kasur dan ia harus sedikit menekuk kakinya.
Aroma gadis itu memenuhi seluruh indra nya, sesekali Marko menyesali keputusan ini dalam hati, apa seharusnya dia tidak menerima ajakan Ame? Apa dia bisa tidur malam ini? Bagaimana ini? Aroma gadis itu ada dimana-mana, sial, seharusnya mereka diri di kamarnya saja yang lebar.
Keduanya sama-sama menatap langit-langit kamar Ame.
Jantung mereka berdebar kencang.
Wajah mereka panas.
Seumur hidup keduanya tidak pernah sedekat ini dengan lawan jenis.
Rasanya canggung, gugup, dan kaku.
Bahkan untuk menelan ludah aja agak gimana gitu apalagi mengeser anggota tubuh.
Berada di kasur dan dibawah selimut yang sama dengan seseorang yang kita sukai rasanya benar-benar mendebarkan.
Ame berdeham kecil. "Hm, gue boleh nanyak gak?"
"Iya? Apa?" Marko menjawab secepat kilat.
"Sempit yah?"
"Engga kok, engga." Kedua tangan Marko berada di samping tubuhnya. "Tidur gue engga banyak gerak kok." Dia cenderung tidur seperti orang mati, kalau tidur posisinya gitu yah bangun gitu juga.
"Oh gitu..." Jemari Ame bergerak kaku di atas perutnya. "Sebenernya gue tidurnya agak mirip cacing kenak garam."
Marko berpikir sejenak sebelum akhirnya tertawa kecil. "Makanya lo milih di dekat dinding."
Ame mengangguk, wajahnya memerah, dia memang tidur di sisi yang dekat dengan dinding, kalau dia malu dia bisa menyembunyikan wajahnya, membelakangi Marko. "Hm, kalau gue nendang lo maaf yah."
"Gak apa-apa, gue terbiasa dikasari."
Ame mencubit lengan laki-laki itu.
"Aw, ish...."
Ame tertawa mendengar suara laki-laki itu, lucu.
Hening sejenak.
Jantung Marko hampir saja terbang ketika tiba-tiba ia merasakan tangan Ame mrabah tangannya dan mulai mengenggam erat, jari-jari Ame berada di sekitar sela-sela jarinya, mereka saling menggenggam dengan erat dan tidak memiliki niat untuk melepaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ame (The End)
Teen Fiction~Don't copy my story if you have brain~ Namanya Marko, hidupnya biasa aja, tampangnya juga biasa aja, dan setelah ia memasuki novel buatan adiknya kedua hal di atas menjadi sesuatu yang luar biasa. Safir Amethyst dia adalah salah satu tokoh pendukun...