Safir menatap wajah Kanala dari tempat ia duduk. Kanala terlihat tidak nyaman, meksipun wajahnya tersenyum dan dia menyambut semua orang, ketidaknyamanan di wajahnya tercetak jelas. Sebenernya apa yang dia lakukan di tempat seperti ini dan kenapa Zetra membawanya kesini, apa keduanya ada hubungannya dengan sesuatu.
"Lihat apa?" bisik Zetra.
Safir terkejut, dia mengusap telinganya. "Bisa gak sih ngomongnya jangan di telinga gue?" Zetra sering sekali seperti itu, sebenernya engga masalah hanya saja karena ini Zetra bisikan itu membuat jantung Safir berdebar kencang dan wajahnya panas.
Nyebelin tahu!
"Me! Me! Me! Ame! It's Ame, hi, Ame the problem, it's Ame."
Dia tiba-tiba saja bernyanyi, Safir menatapnya aneh.
"Kita ngapain sih disini?" tanya Safir.
Zetra yang sedang makan jagung bakar terdiam, bibirnya penuh dengan saos jagung bakar. "Nunggu orang." katanya, dia ingin menggunakan jaketnya untuk mengelap bibir, Safir langsung menghentikannya. "Pakai tisu." Dia mengeluarkan selembar tisu dari tasnya.
"Bersihin." Dia mencondongkan wajahnya.
"Engga mau."
"Tangan gue kotor nih, tolongin."
Safir menghela nafas, menghadap arah lain dan membersihkan bibir Zetra.
Zetra tertawa kecil. "Ame lo ngelap apa?" Dia mengangkat tangan gadis itu. "Bibir gue disini, bukan dibawah." Sejak tadi gadis itu mengelap lehernya.
"Oh iya." Safir tidak peduli.
"Lihat gue kenapa sih, gue kan disini, bukan disana."
Safir pura-pura tidak mendengar.
Kesal laki-laki itu langsung menarik dagu Safir dengan lembut untuk melihat matanya.
"Apa?!" Safir berseru kesal, dia menepis tangan Zetra.
"Galak banget sih, padahal udah gue kasih tempat minum baru masih aja galak, tempat minum gue lebih bagus dari punya si Zetra bahkan ada nama lo nya."
Hadiah yang dimaksud laki-laki itu ketika mereka pergi nonton adalah sebuah botol minum, Safir sangat senang ketika menerimanya karena desainnya bagus, tapi ketika ia melihat namanya disana wajahnya langsung cemberut.
"Nama gue bukan My Ame."
"Itu nama kesayangan gue, buat lo."
Safir terdiam.
Zetra melempar sampah jagung bakarnya ke tong sampah, laki-laki itu berdiri. "Gue cuci tangan dulu disana, jangan kemana-mana, disini aja." Tegasnya.
"Lo pikir gue anak kecil?"
"Engga, kalau lo anak kecil engga mungkin gue suka lo, gue cuma engga suka apa yang gue punya dilirik orang lain, lo itu punya gue." Dia mencubit pipi Safir pelan. "Jangan lihat-lihat kemana-mana, nih pakai." Dia membwrik topinya pada Safir. "Awas lo, kalau macem-macem gue nikahin langsung, pakai paksaan."
Safir tidak bisa berkata-kata, wajahnya berubah lucu dengan mulut terbuka kecil.
Zetra tertawa gemas, dia segera pergi untuk mencuci tangan dan membasuh bibirnya.
Kanala menghampiri Safir setelah kepergian Zetra, wajah gadis itu terlihat pucat.
"Aku boleh duduk sini?" Dia menunjuk samping Safir, tempat dimana Zetra duduk.
Safir mengangguk. "Boleh."
Kanala segara duduk, dia menopang dagunya. "Kamu sama Zetra pacaran?"
"Eh engga." Safir menggelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ame (The End)
Подростковая литература~Don't copy my story if you have brain~ Namanya Marko, hidupnya biasa aja, tampangnya juga biasa aja, dan setelah ia memasuki novel buatan adiknya kedua hal di atas menjadi sesuatu yang luar biasa. Safir Amethyst dia adalah salah satu tokoh pendukun...