Bab 1: Harapan

238 28 6
                                    

***

"... Kembali posisi satu... Slow Plié[1]... Demi Plié."

Suara perempuan terdengar tegas, matanya tajam mengawasi lima orang anak berlatih depan bar kayu. Alunan Piano Adagio 4/4 memenuhi ruangan dengan kaca besar di sisi tengahnya.

"Нet... Putar pergelangan tanganmu keluar. Turunkan lenganmu, jangan terlalu tinggi, buka punggungmu, Olivia." Mata pengajar itu tidak berkedip. Dia memastikan gestur anak-anak itu tepat. Terkadang dia menyentuh beberapa titik pada tubuh mereka, mengkoreksi apa yang harus mereka lakukan.

"Katya, pahamu harus sejajar." Perempuan setengah baya itu menepuk paha anak 6 tahun itu dengan sedikit keras. "... putar pinggangmu sedikit."

"Vtoraya Pozitsiya," perintah pelatih itu untuk berpindah posisi kaki kedua. "... Demi Plié."

Esmeralda mewawaskan tatapannya dari luar studio mini itu. Dia menghisap dalam sisa rokoknya, sebelum mematikannya. Dihembuskannya asapnya tinggi-tinggi seraya memandangi langit berkelambu abu-abu, cuaca barat daya Siberia itu sedang dingin-dinginnya.

"... Kita harus membicarakan ini."

Esmeralda tersenyum datar. "Aku baru selesai merokok. Sabarlah," sahutnya. Dia menepis puntung rokoknya ke parit.

"Tahun ini sekolah Bolshoi hanya menerima 10 anak. Minggu depan audisi untuk 100 orang kandidat. Aku takut, Katya tidak akan memiliki kesempatan di tahun ini."

Esmeralda mengambil tongkat berjalannya, dia mendekati pria bernama Ivan yang menyodorkan selembar kertas. Pria tanpa rambut itu menatapnya serius di tengah pintu masuk.

"Kalau tidak tahun ini, dia akan terlambat. Umur tujuh tahun bukanlah umur yang ideal untuk menjadi Prima Balerina di masa depan," Pungkas Esmeralda. Dia melewati Ivan dengan wajah ketus.

"Semua orang menginginkan kesempatan yang sama. Menembus 100 kandidat itu sangat sulit, apalagi 10 yang terbaik."

"Buktinya, aku bisa lolos audisi Bolshoi, ketika berumur lima tahun..." Esmeralda mendekati pintu ruangan studio, mata hijaunya memandangi putrinya sedang berlatih. Plié, gerakan dasar dalam Balet. Setiap penari melakukan gerakan dasar menekuk lutut itu hampir di seumur hidupnya. "... Tergantung Katya saja yang berusaha."

Ivan berdiri di samping Esmeralda. "Dia punya potensi sebagai penari, tetapi mereka tidak akan memberi dispensasi untuk masalah fisik. Kamu tidak bisa menolak kenyataan itu, Esmeralda."

"Pasti kondisi, Katya sudah lebih baik dengan terapinya. Dia akan melakukannya lebih baik untuk audisi ini." Esmeralda tersenyum datar, diremasnya ujung tongkatnya. Dia tidak ingin memikirkan tentang kegagalan lagi. Segala usaha sudah dilakukannya... Jika Katya gagal untuk masuk audisi sekolah terbaik tahun ini, itu akhir dari harapan mereka. Hanya Bolshoi, sekolah Balet terbaik yang melahirkan penari-penari balet terbaik di dunia, termasuk dirinya.

"Da, Kamu terlalu memaksakan ambisimu, Esmeralda."

"Siapa yang tidak ingin anaknya sukses? Aku ingin, Katya juga menjadi Prima Balerina di masa depan. Paling tidak, dia mengikuti jejak kesuksesanku."

***

Kayta memandangi piring makanan malamnya, hanya tiga iris daging ayam, kacang merah dan sedikit kentang. Padahal... Perutnya lapar sekali.

"Minumlah susu hangatmu," ucap Esmeralda, seraya meletakkan gelas putih di depan putrinya. Rokoknya masih terselip di antara jari-jari bercat kuku merah itu.

Katya mengangguk, dia menyahut apa pun. Diambilnya gelas berisi susu itu. Diteguknya pelan-pelan... Hangat... Walaupun, Katya tidak terlalu suka rasa amis dari susu sapi.

Mengejar LangkahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang