***
"Semoga sukses, Katya." Lila mengeratkan jemari kecil itu seraya mendoakan Katya. Gadis yang sudah tumbuh bersamanya selama 10 tahun itu, sudah dia anggap sebagai adiknya.
"Terima kasih, Lila." Senyum manisnya merekah diantara lilitan syal putihnya yang tebal.
"Segeralah masuk, supaya kamu tidak kedinginan... Jangan gugup!" Lila masih berteriak mengingatkannya, padahal jarak Kayta sudah menjauh.
Katya melambaikan tangan, ketika kedua kakinya sampai di depan pintu besar aula. Pagi itu sangat dingin, kabut tebal pun merangkupi hampir seluruh wilayah St Petersburg. Beruntung mereka tinggal cukup dekat, hanya berjalan kaki beberapa blok menuju teater ini.
"Katya Tavisha," ucapnya seraya menunjukkan formulir pada ponselnya. Perempuan berkacamata itu hening beberapa saat ketika memeriksa laptopnya. Katya pun ikut membisu, kecamuknya bercampur tegang dan hawa kedinginan.
"Ini nomormu dan tempel di dada sebelah kanan. Jangan lupa, mengenakan leotard polos selain warna putih, tight warna netral. Persiapkan sepatu sendiri, Demi Pointe dan Pointe shoes hanya dikenakan pada sesi 5," terang perempuan itu. "Rambut harus tertata rapi dan tanpa make up."
"Saya mengerti." Katya memperhatikan stiker nomor berukuran tidak terlalu besar itu. Dia mendapatkan nomor NUT0217
"Masuklah ke kanan, ada lorong dengan petunjuk." Perempuan itu mengulurkan tangannya ke sebuah pintu. Kayta segera bergegas menuju pintu bercat hijau yang dimaksud.
Katya merasakan tubuhnya menggelugut, jantungnya berdegup terlalu keras ketika melewati pintu kaca itu. Akhirnya bertahun-tahun Scoliosis mematikan api harapan ibunya... Dia kembali mengikuti untuk audisi untuk harapannya sendiri! Umur 17 tahun, mungkin sangat terlambat untuk menari dengan sempurna.
Katya melambatkan langkahnya ketika menyusuri lorong bercat merah muda pastel itu, aromanya berbeda, dia merasakan akan ada kejutan menanti untuknya. Lamat-lamat suara keramaian terdengar jelas, menandakan banyak peserta yang hadir.
"Kamu nomor berapa?"
Katya memperlihatkan nomor miliknya kepada seorang pria menghadangnya di pintu.
"... Segera ganti pakaianmu di ruangan sebelah sana," ucapnya setelah memeriksa kertas di atas meja.
"Terima kasih." Katya mengambil kembali nomornya, bergegas memutar arah tubuhnya memasuki ruangan itu.
Katya meneguk air ludahnya. Memorinya langsung terbang ke masa dia kecil... Suasana ruangan itu mengingatkannya ketika dia kecil dan bersiap-siap untuk audisi. Tubuh-tubuh lentur mereka meregang, masing-masing berkonsentrasi melakukan pemanasan. Ekspresi wajah mereka juga sama tegang dan takut... Tetapi keinginan kuat mereka, ada ambisi dan tujuan yang sudah terpancang. Menari di atas panggung besar itu, bagaikan pintu gerbang kebanggaan sebagai penari yang selalu berlatih di seumur hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Langkah
RomanceKatya Tavisha menjalani tekanan dari Esmeralda, ibunya. Esmeralda merupakan mantan Prima Balerina terkenal yang mengalami kecelakaan lalu lintas dan pensiun dini. Sejak berumur 4 tahun, Katya harus ikut audisi masuk sekolah Balet internasional. Obse...