***
Novosibirsk, pukul 7 pagi hari itu, tidak terlalu terang. Sang mentari masih saja betah menyelimuti dirinya di balik gumpalan awan-awan kelabu. Lingkup sudut jalanan kota modern di tepi Sungai Ob, mulai padat oleh Orang-orang berjaket tebal. Langkah mereka meniti hati-hati paving yang digenangi air sisa hujan semalam.Kayta mengigil menaikkan jaket bulunya, guna menepis rasa sangat dingin. Untung saja... Dia berangkat mengenakan menghangatkan kaki berlapis-lapis, karena cukup beresiko jika kakinya membeku.
Studio latihannya hanya beberapa blok saja, tetapi dia lebih senang melalui jalan tembus dari belakang rumahnya. Walaupun sedikit kumuh dan menanjak, setidaknya dia bisa melihat pemandangan seluruh kota Novosibirsk... Salah satunya Teater Opera and Balet terbesar di kota itu.
"Ah, poster mereka terpajang?" Mata Katya melebar, lalu berdiri di ujung pagar kawat seraya memincingkan matanya. Dia ingin melihat dengan jelas poster besar terbaru yang terpasang di depan teater itu.
"Apa yang kamu lihat di sini?"
Katya sedikit meloncat kaget. Dia memundurkan langkahnya, ketika perempuan dengan tutup kepala itu berdiri di sampingnya. "Baba, kamu mengejutkanku."
"Hehe. Hati-hati berdiri di ujung pembatas seperti itu. Kawat ini sudah berkarat dan mungkin lapuk."
Baba adalah nenek gelandangan yang tinggal di lorong kumuh itu. Katya mengenalnya karena sering melalui di jalan tembus itu.
"Iya, Baba. Hanya melihat poster baru di teater," ucap Katya. Dia melepaskan satu tali tas punggungnya.
"Oh?" Baba ikut mengarahkan wajahnya ke arah gedung dengan atap dome besar di tengah kota. "Apa ada pertunjukan baru?"
"Ya, itu pertunjukan dari Sekolah Balet Mariinsky, Saint Petersburg. Mereka mengadakan pertunjukan... Don Quixote," terang Katya. Poster besar itu memang menampilkan juga pas de deux[4] dengan dominasi kostum merah.
"Apakah kamu akan menontonnya, Katya?"
"Tidak tahu, Baba." Katya mengulurkan kotak makanannya. Jika berangkat berlatih sendirian, dia sengaja membungkus beberapa makanan tanpa sepengetahuan Mamanya. "Ini untuk Baba... Aku harus pergi."
"Kenapa kamu membawakan makanan lagi." Baba terpaksa menerima bungkusan kotak makan itu.
"Tidak apa-apa." Katya melambaikan tangannya, segera melanjutkan perjalanannya.
***
"Kat, apakah kamu mau menonton Don Quixote di akhir minggu?"
Olivia mendekati Katya yang sudah terengah-engah di pojokan studio. Mereka baru saja selesai berlatih. Peluh membasahi seluruh tubuh mereka, untungnya penghangat ruangan berlatih itu tidak rusak.
"Aku tidak tahu. Bukankah, keesokan harinya kita akan audisi?" Katya mengusapkan handuk ke keningnya. Dia masih merenggangkan kakinya. "Apakah kamu akan pergi menonton, Olivia?"
"Kita harus menontonnya. Salah satu bintang adalah Principles Danseur[5], dulunya adalah pemenang mendali emas di Toronto. Katanya dia adalah penari pria terbaik di sekolah Balet Mariinsky."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Langkah
RomanceKatya Tavisha menjalani tekanan dari Esmeralda, ibunya. Esmeralda merupakan mantan Prima Balerina terkenal yang mengalami kecelakaan lalu lintas dan pensiun dini. Sejak berumur 4 tahun, Katya harus ikut audisi masuk sekolah Balet internasional. Obse...