Bab 7 : Aleksei Maksimillian

132 17 4
                                    

***

Aleksei merogoh kantong kecil di dalam jasnya, mata cokelatnya meruak sisi jendela gedung putih itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aleksei merogoh kantong kecil di dalam jasnya, mata cokelatnya meruak sisi jendela gedung putih itu. Jari-jarinya kaku melebarkan kertas kusut yang sedikit lembab, cuaca terlalu dingin hari itu. Aleksei tersenyum ketika, asap-asap halus mengepul halus, berkeliling dari lubang pernapasannya. Kaki kecil itu langsung menaiki anak tangga itu, dengan wajah bergembira.

"Apa yang kamu cari di sini?" Seorang pria berambut putih mendekati Aleksie yang terlihat celingukan di lobi aula sekolah balet Bolshoi.

"Ah, Prostite menya (Maafkan aku)." Aleksei memberikan selembar kertas kepada pria itu. Dari kartu yang tergantung di lehernya, dia adalah seorang penjaga pintu gerbang.

Mata berbingkai kelopak keriput itu, memindai penampilan Aleksei. "Da, coba kamu masuk ke pintu kiri, ada papan pengumuman di sana."

Aleksei mengangguk, dia menunduk sebagai rasa terima kasih. "Spasibo (Terima kasih)."

Aleksei segera berdiri depan papan mengumuman itu, formulirnya di terima. Dia melihat jelas namanya masuk ke dalam 100 orang yang akan di audisi pekan depan. Tentunya, perasaan anak kecil itu bergembira, seperti bunga kembang api warna-warni yang memecah jelaga kegelapan malam... Indah... Meledak di antara sang kesuraman langit...

***

"Audisi... sekolah Balet?" Leon memutar wajahnya. "Aku sudah mengatakan kepadamu. Tidak akan ada, pria di keluarga Maksimillian Lergard yang menjadi penari!" Dia lantas menjatuhkan kertas kusam itu ke atas meja makannya. Pria dengan pakaian angkatan darat itu sangat marah dengan keputusan Aleksei.

"Aku... Belum tentu lolos audisi..."

"Bagimana kalau kamu lulus?" potong Leon. Tatapannya membungkam wajah Aleksei yang tadinya penuh percaya diri. "Apa yang kamu harapkan dari celana leotard yang memamerkan buah zakarmu."

"Leon! Jangan bicara seperti itu!" seorang wanita berambut cokelat langsung menyahuti kemarahan Leon.

"Da, kamu selalu membela anakmu, Marsha." Leon menyandarkan punggungnya. Beberapa pelayan yang menyiapkan sarapan tampak menunduk ketakutan. Leon mengangkat tangannya memberikan kode agar mereka semua pergi.

Leon Maksimillian Lergard memiliki tiga orang Putra. Anak pertama dan kedua mengikuti jejak Ayahnya, mereka masuk kamp untuk mengikuti pendidikan militer ketika lulus sekolah. Anak terakhirnya memang berbeda, entah siapa yang mempengaruhinya... Ketika dia baru masuk sekolah bermain, dia malah belok ingin menjadi penari.

"Aleksei masih kecil, banyak hal yang belum dia ketahui," ucap Marsha. Dia mengusap rambut cokelat Aleksei yang sedari tadi hanya menunduk.

"Kalau dia anak perempuan, aku tidak akan melarangnya," desis Leon. Dia mengangkat cangkir tehnya dengan kesal.

"Berilah dia sedikit kebebasan, Balet adalah hal yang baik di Rusia. Beberapa orang-orang yang besar juga berasal dari Balet. Mereka terkenal sampai di seluruh dunia."

Mengejar LangkahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang