Part 7

302 17 0
                                    

20 Menit Kemudian.

Tengah-tengah keheningan, tiba-tiba pintu ruang rapat pun terbuka, memperlihatkan seorang pria berjalan masuk dengan raut wajah yang sudah tidak dapat dijelaskan oleh kata-kata. Sembari diikuti oleh seorang wanita dan remaja muda di belakangnya, lalu duduk di tempat yang sudah di sediakan.

Saat semuanya sudah duduk di tempatnya masing-masing, pria tadi langsung melemparkan sebuah foto dengan sangat kasar kepada mereka semua. Sebuah foto hasil dirinya memotret sebuah hotel terbengkalai dengan penjagaan yang ketat.

"Apa-apaan ini?" Tanya bingung Fredrinn melihat foto itu.

"Ini cuma hotel terbengkalai, kan?" Heran pria di sampingnya Fredrinn.

"Itu markas mereka, aku yang memotretnya kemarin," jelasnya Aamon.

"Fredrinn sama Tigreal yang akan mencover nenekku," pembicaraan rencana pun di mulai.

"Aku sama Gusion yang akan masuk ke dalam markasnya secara diam-diam," tatap tajamnya ke arah adiknya.

"Dan Yu Zhong, kau yang melihat seluruh keadaan," liriknya ke arah pria bernama Yu Zhong.

Terlihat mereka setuju dengan rencananya yang Aamon buat, tetapi salah satu mereka ada yang menolak rencananya, ialah Valentina. Ia menolaknya karena tidak ingin Aamon dan Gusion yang pergi masuk ke dalam markasnya seorang diri saja, Valentina tahu kalau Aamon tidak akan bisa mengendalikan dirinya, Gusion saja hampir mati di tangannya Aamon hanya karena ingin menyadarkannya saja.

Valentina dengan wajah cemasnya memperhatikan Aamon, memohon kepada Aamon agar Valentina saja yang pergi masuk ke dalam markasnya bersama dengannya. Sedangkan Gusion bersama Fredrinn dan Tigreal.

"Aku tau kamu sayang dengan Natan, tapi dengan haus darah, apa semuanya terbayarkan?" Pertanyaan Valentina membuat Aamon mengepalkan kedua tangannya.

"Aku tidak peduli ya, nek!? Hanzo harus mati di tangan ku, apapun yang terjadi!?" Kesalnya Aamon yang memukul meja rapat.

"Dan aku tidak takut dengan kematian!?" Tegasnya lagi.

Hening, raut wajah Aamon sudah benar-benar tidak bisa dijelaskan, kedua matanya perlahan-lahan memerah seolah-olah jiwa iblis merasukinya, haus akan darah dan dendam sudah merasukinya, Valentina hanya menerima kata-kata cucunya dengan perasaan yang hancur. Membuat Gusion langsung memeluk tubuh Valentina.

Sahabat yang baik, Fredrinn pun mencoba untuk menenangkan Aamon yang tengah berdiam mematung seperti jiwa iblis yang sudah mengambil ahli tubuhnya. Rapat ini menjadi berantakan akibat selisih di antara kedua pihak, terlalu lama berpikir, akhirnya Valentina angkat bicara.

"Oke, nenek mengerti, tapi ...." Akhir kalimat membuat Aamon melirik ke Valentina.

"Nenek minta, jangan sampe kamu melukai Gusion," mintanya Valentina kepada Aamon.

Terdiam, merenung, bingung harus menjawab apa kepada sang nenek. Aamon tahu kalau dirinya mudah sekali hilang kendali, jangankan musuhnya, keluarga sendirinya saja hampir saja terbunuh di tangannya.

Aamon tidak menjawab dan pergi begitu saja dengan mendesis kesal, meninggalkan ruang rapat begitu saja, pergi ke ruang tamu untuk menemui kekasihnya. Di ruang rapat, menjadi hening dan terdengar suara seorang pria menghela napas kasar.

"Oy Yu Zhong, pindah posisi, gue yang bagian melihat keadaan, lu bagian ngecover," ucapnya Fredrinn yang mengubah sedikit rencananya.

"Oke, kapan kita mulai?" Tanyanya Yu Zhong.

"Sore lebih baik," balasnya pria yang bernama Tigreal.

"Bagaimana nyonya?" Liriknya Fredrinn ke Valentina.

Just Aamon and NatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang