Part 4

345 23 0
                                    

Sisi Lain.
2 Jam Kemudian.

Terlihat Xavier sedang tengah berdiri dan berbicara dengan dua pria yang membawa sebuah mobil mewah, dua pria itu harus segera pulang karena besok mereka harus bekerja. Sebelum pergi, Xavier mengatakan sesuatu kepada mereka.

"Kalian jangan kasih tau Ling sama Granger masalah tadi," seketika Xavier menatap tajam ke mereka.

"Kami janji!" Serentak Alucard dan Zilong mengatakannya.

"Iya udah hati-hati, biarin Natan gue yang anter pulang nanti," jelasnya Xavier.

"Yo makasih ya mba!" Alucard dan Zilong pun langsung masuk ke dalam mobilnya masing-masing.

Xavier hanya melambaikan tangannya kepada teman-temannya itu, walaupun teman-temannya agak kurang hajar sikapnya, setidaknya mereka baik. Perlahan-lahan mobil mewah itu menghilang dari pandangannya, Xavier pun memutuskan untuk masuk kembali karena udaranya begitu dingin. Bisa-bisa Xavier jatuh sakit cuma karena angin dingin.

Akhirnya Xavier kembali masuk ke dalam rumahnya, melihat ke arah jam di tangannya yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, seharusnya suaminya sudah pulang, tetapi suaminya pun tidak kunjung pulang juga. Membuat Xavier mendesis kesal, hingga akhirnya Xavier langsung menutup pintu masuk rumahnya.

"Natan?" Terkejutnya Xavier saat melihat Natan.

"Lu udah sadar?" Xavier pun menghampirinya dan duduk bersebelahan dengannya.

"I-iya, cuma badan gue agak sakit," jelasnya lalu langsung meminum teh hangat.

"Harusnya lu banyak istirahat aja, nanti gue telpon Aamon kalau lu lagi nginep di sini," panjangnya Xavier menjelaskan kepada Natan.

"Gak usah, gue juga mau pulang, paling naik angkatan umum," Natan pun melirik ke arah Xavier.

"Gila lu ya? Baru juga sadar masa langsung pulang?" Kesalnya Xavier kepada Natan.

"Udah nunggu suami gue pulang, nanti gue sama suami gue anterin lu pulang!" Jelasnya Xavier.

Natan pun hanya mengangguk kepalanya lalu kembali meminum tehnya, saat hendak ingin angkat bicara, tiba-tiba suara ponsel berbunyi, ternyata itu ponsel miliknya Xavier. Seketika Xavier langsung mengangkatnya dan meninggalkan Natan begitu saja, teman yang baik sekali.

Ia pun menghela napasnya, sambil meminum teh di tangannya, ia teringat kembali dengan kejadian sebelumnya. Ia ingat sekali ada seorang pria dengan dua anak buah di samping kanan kirinya, mengikat kedua tangan dan kakinya. Lalu ia juga ingat kalau pria itu langsung memasukkan tangannya ke dalam pakaiannya, dan meraba-raba perutnya. Saat pria itu meraba perutnya, ia langsung merasakan sakit.

"A-aw...." Natan pun langsung meletakkan tangannya di perut.

"Ish, sialan banget sih," gumam kesalnya Natan sambil mengelus-elus perutnya.

"Kenapa?" Tiba-tiba Xavier datang dan bertanya kepadanya.

"Gak papa, cuma sakit perut," sambil meletakkan cangkir tehnya di atas meja dan menahan perutnya agar tidak sakit.

"Belum makan itu artinya," Xavier pun langsung tertawa kecil.

"Apaan sih?" Desis kesalnya Natan.

"Bentar gue ambilin makanan buat lu," seketika ia langsung pergi setelah mengatakan itu kepadanya.

Sambil menunggu Xavier kembali, Natan dengan sekuat tenaganya menahan perutnya dengan kedua tangannya agar dapat menahan rasa sakitnya. Walaupun terkadang hasilnya tetap sama aja, tetapi lama kelamaan juga sakitnya menghilang. Ia merasa lega dan membuang napasnya dengan mudah, lalu kembali mengambil cangkir tehnya.

Just Aamon and NatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang