Part 8

248 14 0
                                    

Tidak selang beberapa waktu, mereka semua masuk ke dalam hotel terbengkalai itu, melewati beberapa mayat penjaga tadi, tidak lupa dengan darah yang berterbaran di tanah. Aamon tidak tahu kalau Yu Zhong sedang menyamar menjadi Fredrinn dengan sihirnya, karena pastinya Aamon akan marah bila rencananya berubah sedikit walaupun itu cuma perpindahan posisi.

Saat berada di dalam hotel terbengkalai, mereka di cegat oleh sekelompok anak buahnya Hanzo. Mereka tidak dapat maju karena mereka kalah jumlah, tetapi Valentina menyuruh Aamon dan Gusion untuk tetap maju saja dan tinggalkan Valentina bersama Tigreal dan Yu Zhong.

"Tapi nek?" Gusion menolak maju karena tidak ingin Valentina terluka.

"Gusion, percaya sama nenek, kalau nenek gak bakal kenapa-napa," menatap cucunya dengan senyuman khas di wajahnya.

"Ayok Gusion," Aamon pun berlari begitu saja meninggalkan mereka.

Tidak ada pilihan lagi, Gusion pun mengikuti Aamon berlari pergi dan meninggalkan mereka bertiga dengan sekelompok anak buah itu, walaupun hatinya Gusion menolak meninggalkan mereka. Tetapi karena sudah di beri kepercayaan oleh Valentina, Gusion terpaksa harus pergi bersama sang kakak.

"Tunggu kak!" Teriaknya memanggil sang kakak yang berlari semakin cepat larinya.

Memang sudah tidak ada waktu lagi untuk diam, semakin dalam perjalanan kedua adik kakak itu ke dalam hotel terbengkalai, semakin aura sihir kegelapan mulai terasa. Hawa-hawanya begitu panas dan bahkan sinar cahaya sedikit pun sudah mulai berkurang, hingga akhirnya mereka bertemu dengan para mafia ninja itu.

Aamon menahan tubuh Gusion untuk tidak melakukan hal yang sama dengan sebelumnya, membiarkan mereka mengelilinginya, dua anak buahnya dan dirinya. Hingga empat mata bertemu.

"Aamon Paxley, datang membawa rasa dendam di jiwanya," sang pemimpin bernama Hanzo sambil bermain dengan belatinya.

"Gusion Paxley, seorang adik yang masih tak paham tentang perang," lirik tajamnya Hanzo kepada Gusion sambil memutari mereka berdua.

"Apa kau bilang!?" Marahnya Gusion mendengar perkataan itu.

"Tahan dirimu, Gusion," Aamon menahan tubuh sang adik dengan kuat.

Tiba-tiba Hanzo tertawa renyah melihat kedua adik kakak itu terpojokkan, tidak ada perlawanan sama sekali, hingga kedua anak buahnya ikut tertawa bersamanya. Kali ini Aamon tidak ingin yang menyerang pertama, andaikan saja Valentina tidak memiliki permintaan, mungkin Aamon sudah membunuh mereka bertiga!

Kedua matanya tertuju pada perban di tubuhnya Hanzo, pundak dan kakinya Hanzo sedang dalam keadaan di perban, membuat Aamon mendapatkan rencana agar Hanzo dapat tumbang dan mati di tangannya dengan mudah.

"Mana Natan? Aku pikir kau membawakannya untukku, ternyata tidak," liriknya Hanzo.

"Dia bahkan tidak mencintaimu, untuk apa aku membawanya untukmu!?" Sedikit amarah Aamon terpancing.

"Jelas dia mencintaiku, hanya pria sialan seperti itu mu membuatnya berpaling," balasnya sambil memutarkan kedua bola matanya.

"Dasar sialan!?" Amarah pun akhirnya terpancing juga.

Aamon pun mulai melangkah dan menyerang Hanzo, tetapi karena sifatnya yang gegabah itu, membuat Hanzo dapat menghindarnya dengan mudah. Dan dengan cepat ketiga ninja itu langsung mengambil posisi, pertarungan antara tiga melawan dua di mulai!

"======================="

Pertarungan yang sangat sengit, belati di mana-mana, darah segar bertetesan ke lantai, aura gelap merajalela. Hawanya semakin panas, sinar cahaya mulai menghilang dan bahkan menghilang untuk selama-lamanya. Suara tertawa tanpa memiliki rasa kasihan, terdengar begitu jelas di semua telinga dan ruangan.

Just Aamon and NatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang